SUPERCAMP #3: Mulai (Agak) Kerja
Jumat, 12 Agustus 2016. Bangun, sholat subuh, mandi. Menunggu kepastian jam keberangkatan. Sekitar jam 6 lewat, kami turun ke tempat sarapan dan makan. Dokter Gradia dan dokter Putri baru kembali dari jalan-jalan ke pantai. Mbakfir masih pusing dengan topik skripsi, sampai-sampai saya, Nciw, dan Ica mencoba membantu. Elsa sudah berangkat duluan dengan dr. Rizky, disusul oleh Ica yang dijemput wakordesnya. Tinggal kami bertiga yang akhirnya memutuskan ke pantai.
Alhamdulillah, matahari di Pantai Batu Karas tidak seterik kemarin, jadi lebih photo-friendly. Selain berfoto, Mbakfir juga melepaskan ke-stress-annya terhadap topik skripsi. "Lepaskan semuanya di sini, Mbak! Sampaikan pada ombak di sana!" kata saya prihatin hahaha. Nciw membuat tulisan "Medik Prabu" di pasir pantai, sedangkan saya justru menulis "ANALISIS KUALITATIF TUTORIAL PAGI & SIANG" hahaha. Tiba-tiba, ada anjing liar yang mendekat. Kami sontak berjalan menjauh, tapi serba salah juga karena kami tidak boleh lari. Untung saja anjingnya cuma numpang memandangi pantai ya.. Dan tiba-tiba juga, gerimis turun. Awalnya masih rintik-rintik, lama-lama mulai agak deras. Kami langsung kembali ke bungalow sambil sedikit berbasah-basahan dan duduk di tempat sarapan tadi. Setelah dr. Putri dan dr. Gradia datang, kami berangkat ke Kertamukti.
Di tengah jalan, dr. Putri menyodorkan lembaran kertas ke saya yang seharusnya diberikan ke anak acara (Mbakfir dan Nciw). Mungkin beliau bingung kenapa kertasnya tidak ada yang meraih. Begitu beliau menengok ke belakang, beliau bilang, "Eh, salah. Ini mah anaknya Kang Hasan, yang nyasar." Hahaha nyasar pisan, Dok :")
Mobil berhenti di tempat fotokopian untuk mempermbanyak kertas berisi rundown acara yang tadi disodorkan dr. Putri. Karena posisi duduk saya yang paling dekat dan paling mudah untuk keluar, maka saya yang diminta turun. "Kenapa jadi dia yang dikerjain," kata dr. Putri hahaha. Saya pun memfotokopi sebanyak 5 rangkap, tapi entah kenapa, mbak-mbak fotokopiannya kerjanya lambat sekali. Setelah kertas-kertas tersebut dihekter, saya kaget kok yang dihekter bukannya per-rangkap, tapi malah perlembar yang sama. Dibongkar lagi lah tiap lembaran. Bahkan saya sampai ikut menyusun dan meng-hekter saking gemasnya. Masa iya cuma memfotokopi empat lembar sebanyak lima rangkap dalam kondisi tempat fotokopian sepi sampai memakan waktu hampir lima belas menit...
Sesampainya di Desa Kertamukti, saya meletakkan barang di aula desa dan duduk di sana. Memberi kabar dan menanyakan keberadaan dr. Hasan. Beliau tak kunjung membalas, tapi tiba-tiba muncul dari dalam aula. Saya mencoba menyapa beliau, tapi beliau hanya melihat saya sekilas dan langsung pergi. Dok, salah saya apa..... Saya mendadak baper di sini. Apakah saya tidak dibutuhkan di sini...? Apakah beliau masih berharap Natsir duluan yang datang...? Ah, cukup, cukup. Saya buang jauh-jauh kebaperan irrasional itu. Saya mencoba khusnudzan. Pasti sebenarnya beliau sedang riweuh dan hectic mengurus semuanya. Semangat, Dok!
Tidak lama, rombongan peserta pun datang dan Desa Kertamukti turun hujan. Rombongan baru turun setelah hujan agak reda. Satu-persatu berdatangan, meletakkan barang di aula, dan duduk menunggu instruksi selanjutnya. Hujan sempat turun lagi, barulah setelah itu peserta diinstruksikan untuk briefing di madrasah. Saya yang mencoba mencari pekerjaan, menghampiri dr. Nandina (wakordes). "Dok, ada yang bisa saya bantu?" tanya saya. Beliau pun meminta saya untuk mendampingi selama brifeing. Akhirnya, saya dan Natsir ikut mendengarkan brifeing dari dr. Hasan dan dr. Nandina mengenai tugas selama balai pengobatan besok, pembagian tim, pembagian rumah, dan lain-lain.
Selesai briefing, saya mulai lapar lalu makan di aula desa dan sholat. Alhamdulillah, keran di kamar mandi dekat musholla sudah menyala. Saya pun berwudhu di situ. Saat menutup keran, tiba-tiba, kerannya lepas! Alhasil, air langsung mengalir keluar dengan sangat deras, dan langsung membasahi sepatu saya... Saya langsung ambil keran tersebut, dan secara cepat menancapkannya lagi ke lubangnya. Sempat agak terciprat air, namun akhirnya bisa tertutup juga, sekali pun masih ada sedikit air yang keluar. Huft... Saya terpaksa mengganti sepatu dengan sandal untuk seharian ini....
Terjadilah kegabutan part sekian. Mulai dari menonton penampil yang sedang berlatih untuk acara pembukaan besok, sampai menyaksikan pemasangan tenda. Sebagai PJ konsumsi desa, saya putuskan untuk bertemu ibu PKK yang menyediakan makanan snack dan makan siang kami. Saya ke rumah beliau diantar naik motor oleh Pak Agus (salah satu petinggi desa yang baik pisan). Bertemu sebentar, menanyakan tentang snack sore, membicarakan jumlah makanan untuk besok, lalu kembali lagi ke sekitar aula dan kantor desa. Satu-persatu, peserta diantar ke rumah masing-masing. Ada yang naik bus, naik truk, bahkan mobil ambulance. Setelah snack datang, barulah saya dibantu Natsir, Mbakfir, dan Nciw mendistribusikan snack kepada para penampil yang sedang gladi resik. Begitu pun ke peserta yang belum berangkat, karena snack baru datang setelah beberapa peserta sudah diantar ke rumah. Karena tidak mungkin mengantar snack lagi ke rumah-rumah (jaraknya jauh-jauh), jadi snack sisanya dibagi-bagikan.
Sesi gabut berikutnya, saya, Natsir, Mbakfir, Nciw, Iska dan Lisna (panitia acara yang baru datang hari ini) duduk-duduk di bawah tenda sambil menonton gladi resik penampilan untuk besok dan mengobrol dengan dosen-dosen panitia acara seperti dr. Dimas, dr. Aang, dan dua dokter lagi yang namanya saya tidak tahu (hampura Dok). Banyak hal random yang dibicarakan, tapi yang paling saya ingat adalah mengenai catatan kuliah yang bisa dibukukan, seperti buku-buku bunga rampai. Ada juga catatan kuliah yang sangat membantu saat koas berjuluk "cendol".
Langit mulai gelap dan angin mulai berhembus semakin kencang. Kami, para panitia dan dosen-dosen pindah duduk-duduk ke dalam kantor desa. Di sana, juga ada para tentara yang membantu untuk acara pembukaan besok. Saat mengobrol dengan salah satu tentara, beliau mengaku kalau adiknya tahun lalu juga ikut acara seperti ini (Supercamp). Beliau bertanya ke kami, "Kalian angkatan berapa?" "Kalian kenal Eka? Aku abangnya." Wah, ternyata dunia ini sempit ya! Kebetulan, Mbakfir adalah teman satu kost Eka. Beliau langsung menelpon Eka. "Eka, ini ada teman kau. Kau kenapa nggak ikut? Paadahal kalau kau ikut, ketemu kita," katanya. Ahhh how sweet :") Handphone-nya pun diberikan ke Mbakfir. dan sesi mengobrol malah berlanjut di telepon hahaha.
Di saat semua peserta sudah diantarkan ke rumah masing-masing dan para panitia acara sudah kembali ke Batu Karas, Saya, Natsir, dr. Hasan, dr. Nandin, Teh Nisa, dan Teh nisa (teteh kebidanan 2012) berkumpul di aula desa. Kami pun pindah tempat ke rumah yang dekat aula, yang terdapat warung di depannya. Di sana, dr. Hasan meminta izin untuk kami, panitia perempuan, menginap di rumah beliau. Setelah mendapat izin, kami langsung memasuki kamar dengan sebuah tempat tidur besar yang muat untuk empat orang dengan posisi melintang. Kami mandi secara bergantian, tidak lupa mengisi ulang baterai handphone (alhamdulillah colokannya banyak). Saya sudah terkapar sambil main handphone, mata juga sudah lima watt mungkin. "Dinda udah ngantuk ya?" tanya dr. Nandin yang menyadari wajah lelah saya.
Dokter Nandin sudah siap dengan tas selempangnya dan berkata ke kami, "Saya pergi dulu ya." Salah satu dari Teh Isma atau Teh Nisa bertanya, "Loh, mau ke mana, Dok?" dan dijawab, "Mau ke madrasah. Bantuin Kang Hasan." Mendengar hal itu, kami bertiga langsung bersiap dan ikut keluar, menyusuri jalanan gelap yang lampu jalannya mati. Saya mencoba mengalahkan rasa kantuk. Tidak mungkin kordes, wakordes, dan pegawai FK lain bercapek-capek malam ini, sedangkan saya justru enak-enakan tidur.
Di dalam ruang kelas yang akan disulap menjadi apotek, tampak banyak kardus-kardus berisi obat. Dokter Adi yang menangkap wajah mengantuk + datar + bengong saya kembali menyapa dan memecah lamunan saya. Saya tidak terlalu ingat yang beliau katakan, karena saya sedang tidak fokus pada malam itu. "Saya masih kuat kok, Dok," kata saya meyakinkan beliau.
Sekarang waktunya saya dan Natsir bekerja. Natsir mengeluarkan obat, saya menyusun obat yang sama. Kami mengurusi obat-obat botol. Sedangkan, Teh Nisa mengurusi tablet-tablet. Teh Isma dan dr. Nandin mempersiapkan Ante Natal Care (ANC). Setelah kami susun obatnya, dr. Adi datang dan bilang, "Kita reshuffle lagi yah." Jadi, obat-obatnya akan disusun berdasarkan jenis dan alfabet. Misalnya antibiotik dengan antibiotik, obat luar dengan obat luar, analgesik-antipiretik dengan sesamanya. Lumayanlah, sekalian belajar farmakologi dan me-refresh lagi ingatan tentang obat. Setelah itu saya makan sebentar dan kembali lanjut menyusun obat. Sedangkan, Natsir memasukkan oreo, susu ultra full cream, dan handuk ke dalam goody bag untuk souvenir. Natsir pun tumbang. Malah tidur di lantai. Untung saja dr. Hasan memberi alas buat dia tidur. Tinggal saya yang masih menyusun botol-botol paracetamol, obat batuk, dan vitamin.
Saya mulai mengantuk dan duduk di kursi depan dr. Adi. Beliau sudah mulai memenjamkan mata. "Udah, bobo mah bobo aja. Ngga usah malu-malu. Kang Adi aja bobo," kata dr. Hasan. Beliau melanjutkan, "Lanjutin besok lagi. Kan besok masih ada waktu selama acara pembukaan." Baiklah, Dok. Saya pun pulang ke rumah, sendirian, gelap-gelapan di jalan... Akhirnya saya lari-larian ke rumah hahaha. Barulah dr. Nandin menyusul pulang dan kami tidur. Saya yang tadinya mau memakai bantal saya sendiri (bantal kecil berukuran 30x30cm), justru ditawari untuk satu bantal berdua dengan dr. Nandin. Uuh sweet sekali ya :") Beliau juga memberikan selimut ke saya. Alhamdulillah, dr. Nandin sudah seperti menjadi pengganti mama saya selama di sini ya :")
Di tengah jalan, dr. Putri menyodorkan lembaran kertas ke saya yang seharusnya diberikan ke anak acara (Mbakfir dan Nciw). Mungkin beliau bingung kenapa kertasnya tidak ada yang meraih. Begitu beliau menengok ke belakang, beliau bilang, "Eh, salah. Ini mah anaknya Kang Hasan, yang nyasar." Hahaha nyasar pisan, Dok :")
Mobil berhenti di tempat fotokopian untuk mempermbanyak kertas berisi rundown acara yang tadi disodorkan dr. Putri. Karena posisi duduk saya yang paling dekat dan paling mudah untuk keluar, maka saya yang diminta turun. "Kenapa jadi dia yang dikerjain," kata dr. Putri hahaha. Saya pun memfotokopi sebanyak 5 rangkap, tapi entah kenapa, mbak-mbak fotokopiannya kerjanya lambat sekali. Setelah kertas-kertas tersebut dihekter, saya kaget kok yang dihekter bukannya per-rangkap, tapi malah perlembar yang sama. Dibongkar lagi lah tiap lembaran. Bahkan saya sampai ikut menyusun dan meng-hekter saking gemasnya. Masa iya cuma memfotokopi empat lembar sebanyak lima rangkap dalam kondisi tempat fotokopian sepi sampai memakan waktu hampir lima belas menit...
Sesampainya di Desa Kertamukti, saya meletakkan barang di aula desa dan duduk di sana. Memberi kabar dan menanyakan keberadaan dr. Hasan. Beliau tak kunjung membalas, tapi tiba-tiba muncul dari dalam aula. Saya mencoba menyapa beliau, tapi beliau hanya melihat saya sekilas dan langsung pergi. Dok, salah saya apa..... Saya mendadak baper di sini. Apakah saya tidak dibutuhkan di sini...? Apakah beliau masih berharap Natsir duluan yang datang...? Ah, cukup, cukup. Saya buang jauh-jauh kebaperan irrasional itu. Saya mencoba khusnudzan. Pasti sebenarnya beliau sedang riweuh dan hectic mengurus semuanya. Semangat, Dok!
Tidak lama, rombongan peserta pun datang dan Desa Kertamukti turun hujan. Rombongan baru turun setelah hujan agak reda. Satu-persatu berdatangan, meletakkan barang di aula, dan duduk menunggu instruksi selanjutnya. Hujan sempat turun lagi, barulah setelah itu peserta diinstruksikan untuk briefing di madrasah. Saya yang mencoba mencari pekerjaan, menghampiri dr. Nandina (wakordes). "Dok, ada yang bisa saya bantu?" tanya saya. Beliau pun meminta saya untuk mendampingi selama brifeing. Akhirnya, saya dan Natsir ikut mendengarkan brifeing dari dr. Hasan dan dr. Nandina mengenai tugas selama balai pengobatan besok, pembagian tim, pembagian rumah, dan lain-lain.
Selesai briefing, saya mulai lapar lalu makan di aula desa dan sholat. Alhamdulillah, keran di kamar mandi dekat musholla sudah menyala. Saya pun berwudhu di situ. Saat menutup keran, tiba-tiba, kerannya lepas! Alhasil, air langsung mengalir keluar dengan sangat deras, dan langsung membasahi sepatu saya... Saya langsung ambil keran tersebut, dan secara cepat menancapkannya lagi ke lubangnya. Sempat agak terciprat air, namun akhirnya bisa tertutup juga, sekali pun masih ada sedikit air yang keluar. Huft... Saya terpaksa mengganti sepatu dengan sandal untuk seharian ini....
Terjadilah kegabutan part sekian. Mulai dari menonton penampil yang sedang berlatih untuk acara pembukaan besok, sampai menyaksikan pemasangan tenda. Sebagai PJ konsumsi desa, saya putuskan untuk bertemu ibu PKK yang menyediakan makanan snack dan makan siang kami. Saya ke rumah beliau diantar naik motor oleh Pak Agus (salah satu petinggi desa yang baik pisan). Bertemu sebentar, menanyakan tentang snack sore, membicarakan jumlah makanan untuk besok, lalu kembali lagi ke sekitar aula dan kantor desa. Satu-persatu, peserta diantar ke rumah masing-masing. Ada yang naik bus, naik truk, bahkan mobil ambulance. Setelah snack datang, barulah saya dibantu Natsir, Mbakfir, dan Nciw mendistribusikan snack kepada para penampil yang sedang gladi resik. Begitu pun ke peserta yang belum berangkat, karena snack baru datang setelah beberapa peserta sudah diantar ke rumah. Karena tidak mungkin mengantar snack lagi ke rumah-rumah (jaraknya jauh-jauh), jadi snack sisanya dibagi-bagikan.
Sesi gabut berikutnya, saya, Natsir, Mbakfir, Nciw, Iska dan Lisna (panitia acara yang baru datang hari ini) duduk-duduk di bawah tenda sambil menonton gladi resik penampilan untuk besok dan mengobrol dengan dosen-dosen panitia acara seperti dr. Dimas, dr. Aang, dan dua dokter lagi yang namanya saya tidak tahu (hampura Dok). Banyak hal random yang dibicarakan, tapi yang paling saya ingat adalah mengenai catatan kuliah yang bisa dibukukan, seperti buku-buku bunga rampai. Ada juga catatan kuliah yang sangat membantu saat koas berjuluk "cendol".
Langit mulai gelap dan angin mulai berhembus semakin kencang. Kami, para panitia dan dosen-dosen pindah duduk-duduk ke dalam kantor desa. Di sana, juga ada para tentara yang membantu untuk acara pembukaan besok. Saat mengobrol dengan salah satu tentara, beliau mengaku kalau adiknya tahun lalu juga ikut acara seperti ini (Supercamp). Beliau bertanya ke kami, "Kalian angkatan berapa?" "Kalian kenal Eka? Aku abangnya." Wah, ternyata dunia ini sempit ya! Kebetulan, Mbakfir adalah teman satu kost Eka. Beliau langsung menelpon Eka. "Eka, ini ada teman kau. Kau kenapa nggak ikut? Paadahal kalau kau ikut, ketemu kita," katanya. Ahhh how sweet :") Handphone-nya pun diberikan ke Mbakfir. dan sesi mengobrol malah berlanjut di telepon hahaha.
Di saat semua peserta sudah diantarkan ke rumah masing-masing dan para panitia acara sudah kembali ke Batu Karas, Saya, Natsir, dr. Hasan, dr. Nandin, Teh Nisa, dan Teh nisa (teteh kebidanan 2012) berkumpul di aula desa. Kami pun pindah tempat ke rumah yang dekat aula, yang terdapat warung di depannya. Di sana, dr. Hasan meminta izin untuk kami, panitia perempuan, menginap di rumah beliau. Setelah mendapat izin, kami langsung memasuki kamar dengan sebuah tempat tidur besar yang muat untuk empat orang dengan posisi melintang. Kami mandi secara bergantian, tidak lupa mengisi ulang baterai handphone (alhamdulillah colokannya banyak). Saya sudah terkapar sambil main handphone, mata juga sudah lima watt mungkin. "Dinda udah ngantuk ya?" tanya dr. Nandin yang menyadari wajah lelah saya.
Dokter Nandin sudah siap dengan tas selempangnya dan berkata ke kami, "Saya pergi dulu ya." Salah satu dari Teh Isma atau Teh Nisa bertanya, "Loh, mau ke mana, Dok?" dan dijawab, "Mau ke madrasah. Bantuin Kang Hasan." Mendengar hal itu, kami bertiga langsung bersiap dan ikut keluar, menyusuri jalanan gelap yang lampu jalannya mati. Saya mencoba mengalahkan rasa kantuk. Tidak mungkin kordes, wakordes, dan pegawai FK lain bercapek-capek malam ini, sedangkan saya justru enak-enakan tidur.
Di dalam ruang kelas yang akan disulap menjadi apotek, tampak banyak kardus-kardus berisi obat. Dokter Adi yang menangkap wajah mengantuk + datar + bengong saya kembali menyapa dan memecah lamunan saya. Saya tidak terlalu ingat yang beliau katakan, karena saya sedang tidak fokus pada malam itu. "Saya masih kuat kok, Dok," kata saya meyakinkan beliau.
Sekarang waktunya saya dan Natsir bekerja. Natsir mengeluarkan obat, saya menyusun obat yang sama. Kami mengurusi obat-obat botol. Sedangkan, Teh Nisa mengurusi tablet-tablet. Teh Isma dan dr. Nandin mempersiapkan Ante Natal Care (ANC). Setelah kami susun obatnya, dr. Adi datang dan bilang, "Kita reshuffle lagi yah." Jadi, obat-obatnya akan disusun berdasarkan jenis dan alfabet. Misalnya antibiotik dengan antibiotik, obat luar dengan obat luar, analgesik-antipiretik dengan sesamanya. Lumayanlah, sekalian belajar farmakologi dan me-refresh lagi ingatan tentang obat. Setelah itu saya makan sebentar dan kembali lanjut menyusun obat. Sedangkan, Natsir memasukkan oreo, susu ultra full cream, dan handuk ke dalam goody bag untuk souvenir. Natsir pun tumbang. Malah tidur di lantai. Untung saja dr. Hasan memberi alas buat dia tidur. Tinggal saya yang masih menyusun botol-botol paracetamol, obat batuk, dan vitamin.
Saya mulai mengantuk dan duduk di kursi depan dr. Adi. Beliau sudah mulai memenjamkan mata. "Udah, bobo mah bobo aja. Ngga usah malu-malu. Kang Adi aja bobo," kata dr. Hasan. Beliau melanjutkan, "Lanjutin besok lagi. Kan besok masih ada waktu selama acara pembukaan." Baiklah, Dok. Saya pun pulang ke rumah, sendirian, gelap-gelapan di jalan... Akhirnya saya lari-larian ke rumah hahaha. Barulah dr. Nandin menyusul pulang dan kami tidur. Saya yang tadinya mau memakai bantal saya sendiri (bantal kecil berukuran 30x30cm), justru ditawari untuk satu bantal berdua dengan dr. Nandin. Uuh sweet sekali ya :") Beliau juga memberikan selimut ke saya. Alhamdulillah, dr. Nandin sudah seperti menjadi pengganti mama saya selama di sini ya :")
Comments
Post a Comment