SUPERCAMP #1: "Nikmatin aja"
Setelah tahun lalu saya menjadi peserta Supercamp, maka tahun ini merupakan saatnya untuk menjadi panitia Supercamp! Sebelumnya, kalau ada yang masih belum tahu, penjelasan singkat mengenai Supercamp bisa dibaca di sini. Dan tahun ini, Supercamp akan dilaksanakan di Kecamatan Cimerak, Pangandaran! Inilah salah satu alasan kenapa saya ikut (baca: pantai) hehe.
Rabu, 10 Agustus 2016. Hari ini, satu dari dua panitia mahasiswa dari sebelas desa harus berangkat terlebih dahulu. Sisanya, akan berangkat bersama peserta di hari Jumat. Saya sedesa dengan Natsir, dan awalnya Natsir yang ditugaskan untuk berangkat duluan. Tapi tiba-tiba, saya yang harus menggantikan Natsir karena dia ada acara keluarga. Dan tiba-tiba lagi, hari ini dia bilang kalau acaranya tidak jadi. Katanya, "Ini saya gajadi pulang sama abah malah disuruh stay aja. Gapapa kan ya tetep lu yg jalan? Punten pisan." Berhubung saya sudah sangat siap dari segi persiapan dan mental, ya sudahlah, akhirnya saya berangkat duluan :")
Sekitar jam 10.30, saya dan Azizah berangkat, jalan kaki ke Padjadjaran Travel. Di sana, sudah ada Harisnan, Faisal, Sholah, dan Dimhar yang setelah ditunggu sebentar akhirnya datang juga. Kami langsung naik travel menuju RSHS. Sepanjang perjalanan, terjadi perbincangan-perbincangan random yang membuat bagian belakang agak lebih berisik dari bagian depan kendaraan hahaha.
Sampai di RSHS, kami lanjut jalan ke arah Eijkman. Karena di Eijkman juga baru ada Ica dan belum ada instruksi lanjutan, kami makan siang dulu di warung dekat Eijkman. Setelah itu, kami baru ke Eijkman dan menaruh barang di lobi. Begitu masuk, saya ketemu Teh Dinan dan malah ditanya "Kamu lagi prakoas?" Hahaha skripsi aja belum mulai atuh, Teh...
Saya pun sholat zuhur dijamak ashar, lalu duduk lagi di sofa lobi yang super-enakeun itu. Tiba-tiba saja kami dapat kabar dari dr. Adi kalau kami baru akan berangkat jam 3, sedangkan saat itu masih jam 1. Oke, kami pun bingung harus ngapain. Akhirnya saya, Azizah, dan Ica jajan ke indomaret karena awalnya saya bilang kepingin makan es krim. Eh, malah saya yang ngga beli es krim hahaha.
Saya pun sholat zuhur dijamak ashar, lalu duduk lagi di sofa lobi yang super-enakeun itu. Tiba-tiba saja kami dapat kabar dari dr. Adi kalau kami baru akan berangkat jam 3, sedangkan saat itu masih jam 1. Oke, kami pun bingung harus ngapain. Akhirnya saya, Azizah, dan Ica jajan ke indomaret karena awalnya saya bilang kepingin makan es krim. Eh, malah saya yang ngga beli es krim hahaha.
Kembali lagi ke RSHS, kali ini kami pindah tempat ke kursi-kursi dekat musholla bersama anak-anak yang laki-laki. Dan terjadilah penyedotan listrik Eijkman! Saya alhamdulillah membawa kabel roll yang bisa memuat empat colokan, begitu juga ada tambahan dua buah colokan kaki tiga lainnya. Dan bisa dibayangkan betapa penuhnya colokan tersebut, sampai-sampai kami takut Eijkman jadi mati lampu gara-gara kami, ataupun stopkontak itu jadi meledak hahaha. Yaa begitulah, Intinya, kami supergabut di sini. Ngobrol ngalor ngidul, Sholah baca buku Politics: 101, ngeledekin dua insan berinisial F dan S, dan berkali-kali disapa oleh dokter yang lewat dengan mengatakan, "Kalian belum berangkat?"
Tiba-tiba, beberapa PJ konsumsi (termasuk saya) dicari doleh dr. Ghina, dan beliau memberikan instruksi tentang jumlah konsumsi yang harus difollow-up untuk hari H. Selama bicara dengan dr. Ghina, ada pesan Whatsapp yang masuk ke handphone saya dari nomor yang tidak dikenali. Ya iyalah, hp saya kan habis diservis jadi memang nomor kontaknya kosong semua hahaha.
"Assalamu'alaykum. Kenalkan, saya Hasan, kordes kertamukti. Punten, saya batal berangkat hari ini. Tadinya saya pikir Natsir yang berangkat duluan. Adinda sudah siap berangkat? Nanti yg ke kertamukti ada pegawai FK pak Tatang dan pak Beben."
Saya pun diminta bertemu dengan beliau yang sudah menunggu di lobi. Begitu di lobi, saya tidak tahu beliau yang mana dan di mana... Saya chat beliau, "Punten, Dok. Saya sudah di lobi. Dokter ada di sebelah mananya ya, Dok?" Beliau balas, "Samping Pak Yanto. Sebelah kiri." Nah, masalahnya: (1) saya tidak tahu Pak Yanto yang mana, (2) saya bingung apakah sebelah kiri dari pintu masuk atau sebelah kiri dari arah dalam. Saya pun melihat ada dua bapak-bapak yang duduk di sofa, dua bapak-bapak yang duduk di pos satpam, begitupun dua bapak-bapak yang duduk di lobi luar. Saya jadi bingung. Mau menyapa tapi takut salah. Sempat saya mencoba untuk stalking dr. Hasan terlebih dahulu, tapi malah tidak ketemu namanya di google hahaha :") Akhirnya saya tanyakan juga, "Punten, Dok. Yang di sofa, atau di pos satpam ya, Dok?" Ternyata, beliau yang duduk di sofa dan bahkan tadi sempat berkontak mata dengan saya hahaha.
Saya temui beliau. Intinya, beliau agak kaget karena jadi saya yang berangkat duluan, padahal awalnya sudah di-plot agar yang berangkat yang laki-laki terlebih dahulu untuk membantu logistik dan karena masalah keamanan juga tentunya. Beliau juga bingung, besok malam saya akan tidur di mana. Karena, besok malam, panitia yang akan ada di Desa Kertamukti laki-laki semua (Pak Beben, Pak Tatang, dan dr. Hasan), kecuali saya. Di samping itu, nanti di sana akan disediakan motor untuk kordes (koordinator desa) dan panitia mahasiswa keliling desa dalam rangka mengecek kelayakan rumah-rumah yang akan ditinggali peserta. Beliau merasa kurang nyaman kalau harus berboncengan dengan saya. Di satu sisi, saya paham akan ketidaknyamanan beliau dan saya cukup kagum karena beliau sangat menjaga syari'at :") Tapi di sisi lain, saya bingung juga bagaimana solusinya. Karena saya juga belum kebayang kondisi di lapangan nanti akan seperti apa. Beliau lalu mengajak saya ke bagian rumah tangga untuk berkenalan dengan Pak Tatang dan Pak Beben. Ternyata, mereka berdua tidak ada di tempat. Akhirnya, dr. Hasan kembali ke ruang auditorium dan berkata, "Ya udah. Hati-hati ya." Memang ucapan yang biasa, tapi entah kenapa saya melihat semacam kekhawatiran di wajah dr. Hasan. Sampai-sampai saya bertanya, "(Hati-hatinya) Dalam konteks apa ya, Dok?" Dan beliau jawab, "Yaa semuanya. Pokoknya hati-hati aja."
Saya kembali ke tempat duduk bersama teman-teman tadi, lalu jajan lagi ke indomaret. Kali ini, saya membeli banyak bekal untuk persiapan di perjalanan yang panjang. Sekembalinya dari indomaret, kami bertemu dr. Adi dan beliau mengabarkan kalau sekarang adalah waktunya berangkat! Alhamdulillah. Kami langsung bergegas mengambil tas dan memindahkan barang ke dalam bus. Bahkan, semua charger, handphone, makanan, dan buku yang pemiliknya entah masih di mana, saya masukkan sementara ke dalam kantung plastik milik saya. Awalnya, kami masih memenuhi bus di bagian belakang karena takutnya nanti akan ada dosen-dosen atau pegawai yang akan masuk. Ternyata, di bus ini hanya akan ada kami bersebelas + dr. Adi + supir dan kenek. Alhamdulillah, kami langsung menyebar dan duduk sendiri-sendiri di bangku untuk berdua. Beliau juga menyampaikan, "Ini ada uang makan untuk dua hari. Nanti kalian tanda tangan dua kali ya." Begitu mendengarnya, raut wajah saya langsung berubah gembira hahaha. Alhamdulillah sekali :")
Bus pun mulai berangkat pukul 17.45. Padahal, awalnya kami diberitahu kalau kami akan berangkat setelah zuhur. Tapi, toh 10 menit sebelum maghrib juga masih termasuk setelah zuhur kok :")
Sepanjang perjalanan, tidak terlalu banyak yang dilihat. Selain karena hari sudah mulai malam dan langit sudah gelap, banyak dari kami yang sudah kelelahan menunggu dari siang. Untungnya, karena kami duduk sendiri-sendiri, jadi kaki kami bebas selonjoran ke kursi sebelah hehehe. Dan alhamdulillah, supir busnya mengemudikan dengan tenang, tidak mengebut atau ugal-ugalan, tidak sedikit-sedikit menginjak rem, dan tidak sedikit-sedikit membunyikan klakson (seperti supir bus Supercamp saya tahun lalu). Saya jadi bisa bersandar dan bersantai dengan tenang, sambil sesekali mengobrol ke belakang.
Mulai memasuki suatu daerah (punten nggak tahu daerah mana), jalanan mulai berkelok-kelok ekstrem. Huft, mungkin jalan yang sama dengan tahun lalu. Perut saya mulai tidak karuan. Mual. Kepala juga pusing. Habis sudah dua tablet antasida dikunyah oleh saya. Tetap tidak hilang. Sampai akhirnya kami sampai di sebuah rumah makan untuk makan malam. Saya tidak nafsu makan karena mual, sehingga saya cuma ambil sedikit nasi dan ayam kecap. Yang mengejutkan adalah: harganya! Saya masih tidak habis pikir kenapa menu seminimalis itu bisa seharga delapan belas ribu... Tapi, karena saya tidak suka memprotes dan mencoba memaklumi, ya saya bayar juga (ya kali nggak bayar). Kami pun makan di satu meja sendiri, justru memisahkan diri dari dr. Adi. Alhamdulillah dr. Adi tetap ada yang menemani dari bus satunya lagi (yang berisi barang logistik dan bapak-bapak pegawai FK). Selama makan, kami sedikit-sedikit menengok ke dr. Adi, memastikan dr. Adi sudah selesai makan atau belum, agar kami bisa menyesuaikan. Tapi toh tetap saja saya makannya yang paling lama hehehe.
Selesai makan, kami sholat di musholla sebelah rumah makan. Yang belum sholat tinggal kami yang perempuan (lima orang), dan satu laki-laki, sebut saja si "X". X wudhu, disusul kami para perempuan yang wudhu, karena tempat wudhunya jadi satu dengan mushollanya. Kami menyuruh X untuk tidak melihat ke belakang (karena beberapa dari kami mau sedikit buka kerudung untuk wudhu) dan saya pun menyarankannya untuk sholat sunnah. Saat kami mau mulai sholat, saya bertanya ke Azizah, "Isya dulu kan?" Azizah bilang, "Maghrib dulu." Awalnya saya agak bingung karena sepemahaman saya, kalau sudah masuk waktu sholat yang kedua, maka yang dikerjakan sholat yang kedua. Tapi, ya, saya ikuti saja Azizah. Dan ternyata, sholatnya empat rakaat.... Ok, saya yakin banyak yang salah niat di sini. Lalu, si X masih berdoa cukup lama. Saya pikir, mungkin sepemahaman si X, sekalipun sholatnya dijamak, tetap harus berdoa sampai tuntas di setiap selesai sholat. Setelah si X selesai berdoa, tiba-tiba dia ke belakang dan berwudhu lagi. Saya pikir, "Oh, mungkin tadi wudhunya batal." Bukannya kembali ke tempat sholat, sehabis berwudhu ia justru memakai sepatu dan pergi. Kami langsung pandang-pandangan dan bingung. Akhirnya, kami sholat maghrib sendiri-sendiri.
Sewaktu kembali ke bus, saya tanyakan ke si X, "X, kamu teh udah maghrib?" Ternyata, si X lupa tadi... Wah, pantas saja langsung pergi tadi ya... Semoga Allah mengampuni dosamu dan dosa kita semua ya, X :")
Perjalanan dilanjutkan, malam semakin larut, saya mulai mengantuk. Saya sempat tidur beberapa saat dan terbangun lagi. Bangun lagi, tidur lagi. Setiap bangun dan mau tidur lagi, saya malah waswas dan takut akibat laju bus yang semakin cepat dan jalanan berkelok-kelok. Sekitar jam dua belas, saya sudah tidak bisa tidur lagi. Saya malah membaca-baca topik skripsi, memilih 3 pilihan topik dan 3 topik alternatif, lalu mengisi form pra-submit topik skripsi. Dokter Adi di depan saya yang tadinya tidur pulas, kini menyalakan handphone dan membuka Maps. Mungkin mengecek lokasi. Sempat bus berhenti di SPBU karena sang sopir mau buang hajat, lalu perjalanan kembali dilanjutkan. Sudah dekat katanya. Dan benar, sekitar jam 1 dini hari, kami sampai di Area Wisata Batu Karas. Kami melewati gerbang dan diberhentikan oleh penjaganya. Diminta bayar. Padahal, pembayaran sudah disatukan bersama dengan rombongan lainnya. Dokter Adi pun turun dan melakukan negosiasi. Akhirnya, kami bisa masuk.
Alhamdulillah, ternyata pernyataan dr. Adi sebelum keberangkatan ("Malam ini kita tidurnya bisa di bungalow atau di masjid") terwujud dalam bentuk opsi yang pertama. Kami sampai di depan Bintang Bungalow, dan tiba-tiba banyak anjing liar (lebih dari lima sepertinya) yang mendekati bus dan menggonggongi kami dengan mata yang menyalak-nyalak. Waduh, gawat. Saya takut anjing. Satu saja takut, apalagi banyak... Untungnya ada warga (atau mungkin pegawai bungalow) yang 'mengamankan' anjing-anjing tersebut. Kami jadi bisa turun, meletakkan barang, dan menunggu pembagian kamar. Azizah dan Sakina di kamar bawah. Saya, Elsa, Nandini, dan Ica di kamar atas. Sebelah kamar kami diisi oleh Faisal, Harisnan, Dimhar, dan Sholah. Alhamdulillah kamarnya bagus, ber-AC, dan kamar mandinya berasa di laut, karena nuansanya biru pisan hahaha. Saya langsung memfoto kamar dan mengirim ke Natsir yang tidak jadi berangkat HAHAHA. Sebelumnya, sewaktu saya bilang perjalanannya 'ngaret', Natsir hanya bilang, "Nikmatin aja," dan saya balas dengan foto amplop uang makan disertai tulisan "Alhamdulillah menikmati xxx ribu" hahaha.
Malam ini pun kami sholat, mandi, dan tidur. Tidak lupa mengisi ulang baterai handphone dan powerbank, dibantu oleh kabel roll saya yang alhamdulillah bermanfaat hehe.
Saya temui beliau. Intinya, beliau agak kaget karena jadi saya yang berangkat duluan, padahal awalnya sudah di-plot agar yang berangkat yang laki-laki terlebih dahulu untuk membantu logistik dan karena masalah keamanan juga tentunya. Beliau juga bingung, besok malam saya akan tidur di mana. Karena, besok malam, panitia yang akan ada di Desa Kertamukti laki-laki semua (Pak Beben, Pak Tatang, dan dr. Hasan), kecuali saya. Di samping itu, nanti di sana akan disediakan motor untuk kordes (koordinator desa) dan panitia mahasiswa keliling desa dalam rangka mengecek kelayakan rumah-rumah yang akan ditinggali peserta. Beliau merasa kurang nyaman kalau harus berboncengan dengan saya. Di satu sisi, saya paham akan ketidaknyamanan beliau dan saya cukup kagum karena beliau sangat menjaga syari'at :") Tapi di sisi lain, saya bingung juga bagaimana solusinya. Karena saya juga belum kebayang kondisi di lapangan nanti akan seperti apa. Beliau lalu mengajak saya ke bagian rumah tangga untuk berkenalan dengan Pak Tatang dan Pak Beben. Ternyata, mereka berdua tidak ada di tempat. Akhirnya, dr. Hasan kembali ke ruang auditorium dan berkata, "Ya udah. Hati-hati ya." Memang ucapan yang biasa, tapi entah kenapa saya melihat semacam kekhawatiran di wajah dr. Hasan. Sampai-sampai saya bertanya, "(Hati-hatinya) Dalam konteks apa ya, Dok?" Dan beliau jawab, "Yaa semuanya. Pokoknya hati-hati aja."
Saya kembali ke tempat duduk bersama teman-teman tadi, lalu jajan lagi ke indomaret. Kali ini, saya membeli banyak bekal untuk persiapan di perjalanan yang panjang. Sekembalinya dari indomaret, kami bertemu dr. Adi dan beliau mengabarkan kalau sekarang adalah waktunya berangkat! Alhamdulillah. Kami langsung bergegas mengambil tas dan memindahkan barang ke dalam bus. Bahkan, semua charger, handphone, makanan, dan buku yang pemiliknya entah masih di mana, saya masukkan sementara ke dalam kantung plastik milik saya. Awalnya, kami masih memenuhi bus di bagian belakang karena takutnya nanti akan ada dosen-dosen atau pegawai yang akan masuk. Ternyata, di bus ini hanya akan ada kami bersebelas + dr. Adi + supir dan kenek. Alhamdulillah, kami langsung menyebar dan duduk sendiri-sendiri di bangku untuk berdua. Beliau juga menyampaikan, "Ini ada uang makan untuk dua hari. Nanti kalian tanda tangan dua kali ya." Begitu mendengarnya, raut wajah saya langsung berubah gembira hahaha. Alhamdulillah sekali :")
Bus pun mulai berangkat pukul 17.45. Padahal, awalnya kami diberitahu kalau kami akan berangkat setelah zuhur. Tapi, toh 10 menit sebelum maghrib juga masih termasuk setelah zuhur kok :")
Sepanjang perjalanan, tidak terlalu banyak yang dilihat. Selain karena hari sudah mulai malam dan langit sudah gelap, banyak dari kami yang sudah kelelahan menunggu dari siang. Untungnya, karena kami duduk sendiri-sendiri, jadi kaki kami bebas selonjoran ke kursi sebelah hehehe. Dan alhamdulillah, supir busnya mengemudikan dengan tenang, tidak mengebut atau ugal-ugalan, tidak sedikit-sedikit menginjak rem, dan tidak sedikit-sedikit membunyikan klakson (seperti supir bus Supercamp saya tahun lalu). Saya jadi bisa bersandar dan bersantai dengan tenang, sambil sesekali mengobrol ke belakang.
Mulai memasuki suatu daerah (punten nggak tahu daerah mana), jalanan mulai berkelok-kelok ekstrem. Huft, mungkin jalan yang sama dengan tahun lalu. Perut saya mulai tidak karuan. Mual. Kepala juga pusing. Habis sudah dua tablet antasida dikunyah oleh saya. Tetap tidak hilang. Sampai akhirnya kami sampai di sebuah rumah makan untuk makan malam. Saya tidak nafsu makan karena mual, sehingga saya cuma ambil sedikit nasi dan ayam kecap. Yang mengejutkan adalah: harganya! Saya masih tidak habis pikir kenapa menu seminimalis itu bisa seharga delapan belas ribu... Tapi, karena saya tidak suka memprotes dan mencoba memaklumi, ya saya bayar juga (ya kali nggak bayar). Kami pun makan di satu meja sendiri, justru memisahkan diri dari dr. Adi. Alhamdulillah dr. Adi tetap ada yang menemani dari bus satunya lagi (yang berisi barang logistik dan bapak-bapak pegawai FK). Selama makan, kami sedikit-sedikit menengok ke dr. Adi, memastikan dr. Adi sudah selesai makan atau belum, agar kami bisa menyesuaikan. Tapi toh tetap saja saya makannya yang paling lama hehehe.
Selesai makan, kami sholat di musholla sebelah rumah makan. Yang belum sholat tinggal kami yang perempuan (lima orang), dan satu laki-laki, sebut saja si "X". X wudhu, disusul kami para perempuan yang wudhu, karena tempat wudhunya jadi satu dengan mushollanya. Kami menyuruh X untuk tidak melihat ke belakang (karena beberapa dari kami mau sedikit buka kerudung untuk wudhu) dan saya pun menyarankannya untuk sholat sunnah. Saat kami mau mulai sholat, saya bertanya ke Azizah, "Isya dulu kan?" Azizah bilang, "Maghrib dulu." Awalnya saya agak bingung karena sepemahaman saya, kalau sudah masuk waktu sholat yang kedua, maka yang dikerjakan sholat yang kedua. Tapi, ya, saya ikuti saja Azizah. Dan ternyata, sholatnya empat rakaat.... Ok, saya yakin banyak yang salah niat di sini. Lalu, si X masih berdoa cukup lama. Saya pikir, mungkin sepemahaman si X, sekalipun sholatnya dijamak, tetap harus berdoa sampai tuntas di setiap selesai sholat. Setelah si X selesai berdoa, tiba-tiba dia ke belakang dan berwudhu lagi. Saya pikir, "Oh, mungkin tadi wudhunya batal." Bukannya kembali ke tempat sholat, sehabis berwudhu ia justru memakai sepatu dan pergi. Kami langsung pandang-pandangan dan bingung. Akhirnya, kami sholat maghrib sendiri-sendiri.
Sewaktu kembali ke bus, saya tanyakan ke si X, "X, kamu teh udah maghrib?" Ternyata, si X lupa tadi... Wah, pantas saja langsung pergi tadi ya... Semoga Allah mengampuni dosamu dan dosa kita semua ya, X :")
Perjalanan dilanjutkan, malam semakin larut, saya mulai mengantuk. Saya sempat tidur beberapa saat dan terbangun lagi. Bangun lagi, tidur lagi. Setiap bangun dan mau tidur lagi, saya malah waswas dan takut akibat laju bus yang semakin cepat dan jalanan berkelok-kelok. Sekitar jam dua belas, saya sudah tidak bisa tidur lagi. Saya malah membaca-baca topik skripsi, memilih 3 pilihan topik dan 3 topik alternatif, lalu mengisi form pra-submit topik skripsi. Dokter Adi di depan saya yang tadinya tidur pulas, kini menyalakan handphone dan membuka Maps. Mungkin mengecek lokasi. Sempat bus berhenti di SPBU karena sang sopir mau buang hajat, lalu perjalanan kembali dilanjutkan. Sudah dekat katanya. Dan benar, sekitar jam 1 dini hari, kami sampai di Area Wisata Batu Karas. Kami melewati gerbang dan diberhentikan oleh penjaganya. Diminta bayar. Padahal, pembayaran sudah disatukan bersama dengan rombongan lainnya. Dokter Adi pun turun dan melakukan negosiasi. Akhirnya, kami bisa masuk.
Alhamdulillah, ternyata pernyataan dr. Adi sebelum keberangkatan ("Malam ini kita tidurnya bisa di bungalow atau di masjid") terwujud dalam bentuk opsi yang pertama. Kami sampai di depan Bintang Bungalow, dan tiba-tiba banyak anjing liar (lebih dari lima sepertinya) yang mendekati bus dan menggonggongi kami dengan mata yang menyalak-nyalak. Waduh, gawat. Saya takut anjing. Satu saja takut, apalagi banyak... Untungnya ada warga (atau mungkin pegawai bungalow) yang 'mengamankan' anjing-anjing tersebut. Kami jadi bisa turun, meletakkan barang, dan menunggu pembagian kamar. Azizah dan Sakina di kamar bawah. Saya, Elsa, Nandini, dan Ica di kamar atas. Sebelah kamar kami diisi oleh Faisal, Harisnan, Dimhar, dan Sholah. Alhamdulillah kamarnya bagus, ber-AC, dan kamar mandinya berasa di laut, karena nuansanya biru pisan hahaha. Saya langsung memfoto kamar dan mengirim ke Natsir yang tidak jadi berangkat HAHAHA. Sebelumnya, sewaktu saya bilang perjalanannya 'ngaret', Natsir hanya bilang, "Nikmatin aja," dan saya balas dengan foto amplop uang makan disertai tulisan "Alhamdulillah menikmati xxx ribu" hahaha.
Malam ini pun kami sholat, mandi, dan tidur. Tidak lupa mengisi ulang baterai handphone dan powerbank, dibantu oleh kabel roll saya yang alhamdulillah bermanfaat hehe.
Comments
Post a Comment