Pre-1st Night Shift: Sang Pengantar
Kegiatan jaga selalu meninggalkan kisah yang beragam dan penuh makna, tidak terkecuali pada stase THT di mana mayoritas senior mengeluhkan lelahnya disuruh ke sana kemari untuk urusan-urusan yang dianggap remeh temeh. Namun, bagi saya, sekalipun sesuatu yang disuruh bukanlah hal yang merupakan kompetensi saya ataupun sesuatu yang sebenarnya bisa dikerjakan sendiri oleh residen, saya justru bahagia ketika diminta ini-itu. Saya bisa belajar banyak dari hal-hal yang seringkali luput dari pandangan mata yang sudah lelah, sekaligus senang karena keberadaan saya bisa bermanfaat sekalipun barangkali tidak terlalu signifikan.
Sore itu, kami masih bimbingan divisi audiologi di depan poli audiologi. Jarum jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Seorang residen pin 2 tiba-tiba datang dan menanyakan siapa yang jaga malam ini. Saya yang berada cukup dekat dengan sang residen, spontan mengangkat tangan dan menjawab, “Saya, Dok.” Pintanya klasik: antarkan pasien dari poli ke ruangan rawat inap. Lantas saya beranjak dari tempat duduk dan menemui pasien yang dimaksud. Seorang bapak berusia 59 tahun dengan papilloma laring, post tracheostomy. Ditemani sang istri yang setia menemani dan menjawab pertanyaan, mewakili si bapak yang saat ini belum bisa berbicara.
Kami bertiga berjalan menuju gedung Kana. Sesekali, saya ajak mengobrol mengenai keluhan dan rencana operasi si bapak. Lift di gedung Kemuning pun membawa kami ke lantai 2, lalu menyebrang sedikit ke gedung Kana. Sebenarnya bisa saja kami naik tangga, tapi saya agak kurang tega, takut membuat lutut mereka lelah.
Selanjutnya, saya serahkan status pasien kepada perawat Kana B. Si bapak pun dipakaikan gelang pasien lalu diantarkan ke tempat tidurnya. Tugas saya pun selesai. Mereka berdua berterima kasih kepada saya. Terima kasih yang teramat tulus. Masih terbayang hingga kini, betapa otot-otot wajah yang mereka gunakan untuk tersenyum, dikontraksikan secara maksimal. Padahal, saya hanya mengantarkan mereka. Tidak memeriksa, mengobati, apalagi mengoperasi yang benar-benar bisa menyembuhkan penyakit si bapak. Hanya mengantarkan, yang sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri dengan bantuan satpam rumah sakit.
Senyum yang mereka lontarkan pun menular. Selama saya berjalan sepanjang koridor Kana, saya turut tersenyum lebar. Ternyata kebahagiaan kadang datang dari sesuatu yang bisa dianggap sebagai keluhan. Ternyata kebahagiaan bisa timbul dari hal-hal kecil yang sepele. Kini, saya merasa beruntung diberi kesempatan untuk mengantarkan pasien hingga tempat peristirahatannya untuk beberapa hari ke depan. Dengan ini pula, saya jadi bersemangat untuk memulai jaga malam perdana saya hari ini.
Bandung, 13 April 2018
ASN
Comments
Post a Comment