Untukmu yang Sedingin Pagi
Pagi yang mengharu biru. Sendu. Syahdu.
Dingin seolah menyergap dari segala sisi.
Gelap. Kuyakin, di luar sana masih gelap.
Hati yang terayun oleh alunan nada lagu.
Bersimfoni, mendesak masuk ke dalam telinga, mendesak masuk ke dalam kalbu.
Simpul-simpul kenangan yang terbuka, terurai, tercecer.
Luka yang sempat mengering, kembali basah seketika.
Perih.
Terasa ganjalan dalam dada.
Sesak.
Datanglah, hampiri aku.
Sembuhkan aku dari segala rasa yang membelenggu karenamu.
Minimal, lekukkan bibir itu.
Tersenyum padaku.
Tersenyumlah. Itu saja cukup bagiku.
Setidaknya, untuk saat ini.
Selanjutnya, kubebaskan padamu.
Tapi kuingatkan padamu.
Aku akan selalu siap.
Aku yang terdepan menunggumu.
Jadi, kalau suatu saat kau hilang arah, berbaliklah.
Aku di belakangmu.
Siap menuntunmu.
Siap dituntun olehmu.
Dingin seolah menyergap dari segala sisi.
Gelap. Kuyakin, di luar sana masih gelap.
Hati yang terayun oleh alunan nada lagu.
Bersimfoni, mendesak masuk ke dalam telinga, mendesak masuk ke dalam kalbu.
Simpul-simpul kenangan yang terbuka, terurai, tercecer.
Luka yang sempat mengering, kembali basah seketika.
Perih.
Terasa ganjalan dalam dada.
Sesak.
Datanglah, hampiri aku.
Sembuhkan aku dari segala rasa yang membelenggu karenamu.
Minimal, lekukkan bibir itu.
Tersenyum padaku.
Tersenyumlah. Itu saja cukup bagiku.
Setidaknya, untuk saat ini.
Selanjutnya, kubebaskan padamu.
Tapi kuingatkan padamu.
Aku akan selalu siap.
Aku yang terdepan menunggumu.
Jadi, kalau suatu saat kau hilang arah, berbaliklah.
Aku di belakangmu.
Siap menuntunmu.
Siap dituntun olehmu.
Jatinangor, 16 Juni 2016, 05.53
ASN, dalam dinginnya pagi
Comments
Post a Comment