OSCE DMS-HIS: Lessons Learned

Setelah minggu pertama UAS langsung dihadapan dengan SOOCA dan minggu kedua yang full lima hari ujian CBT, tibalah ujian pamungkas di semester ini: OSCE~ Ternyata, OSCE DMS-HIS merupakan salah satu OSCE yang paling hectic juga (bahkan lebih hectic dari OSCE RPS), karena OSCE DMS hampir seluruhnya (atau seluruhnya ya?) adalah tindakan, dan OSCE HIS adalah tindakan ditambah hafalan yang banyak. Penasaran? Ini adalah list station skills lab selama DMS-HIS:

DMS:
1. Physical Exam Dermatology
2. Physical Exam Orthopaedi (Knee)
3. Physical Exam Spine
4. Wound Care and Dressing
5. Wood Splinting, Bandaging, Traction
6. Basic Life Support (Cardiopulmonary Resuscitation)
7. Basic Surgical 1 (Knotting)
8. Basic Surgical 2 (Anesthesia & Suturing)

HIS
1. History Taking Anemia, Bleeding and Malignancy
2. Physical Exam Anemia, Bleeding, Malignancy, Hepato-splenomegaly
3. Peripheral Blood Smear
4. WBC Differential Count
5. History Taking Allergic & Immune Disease
6. Physical Exam in Allergic & Immune Disease
7. Otolaryngology & ENT Exam
8. Infection Corpse Management/Embalming Dead Body

H-3 H-2 OSCE. Sebelumnya sempat ada kabar bahwa mahasiswa SBMPTN akan ujian OSCE di hari pertama, lalu Bang Rezka menyampaikan lagi kalau yang SBMPTN tetap di hari kedua, seperti biasa. Kami, para mahasiswa SBMPTN ini pun super-YOLO dan masih belum terlalu belajar intensif, termasuk saya sendiri. Bahkan di hari Senin ini, belajar saya masih sedikit santai. Di siang hari, tiba-tiba grup angkatan mendadak berisik dan ternyata........................................................anak SBMPTN akan OSCE di HARI PERTAMA. Yap, H-3 kami pun seketika berubah jadi H-2. Harkos tingkat tinggi. Saya baru menghafal HT Hematology dan Allergy. Masih 2/11 station. Masih ada yang drafnya belum dibuat. Masih ada yang belum dipelajari sama sekali. Masih ada yang belum dibaca-baca lagi. Tapi, saya, tetap pada fisiologis saya. Tidak panik. Tidak stres. Totally numbing. Ya begitulah.

H-1 OSCE. Mencoba belajar efektif, belum menyentuh suturing dan ENT exam sama sekali, dan masih banyak yang belum dihafal. Sorenya, saya ke kostan Teh Dina untuk meminjam minor surgical set beserta fake skin dan ke Griya sebentar untuk sedikit berbelanja makanan. Di kostan pun malamnya saya baru membuat draf ENT exam dan belajar suturing bersama Azizah. Karena sudah mengantuk, saya tidur jam setengah 11 setelah draf ENT selesai. Tapi, saya justru main handphone dan ujung-ujungnya tidur jam setengah 1...

Rabu, 1 Juni 2016. Pagi ini alhamdulillah saya bangun jam setengah 4. Sholat, kemudian belajar PE Dermatology, belajar membuat status dermatologikus dari foto-foto kelainan kulit sewaktu skills lab. Awalnya masih duduk, lama-lama sambil tiduran, hawa-hawa kasur semakin terasa enak, dan sekitar jam 4.20 pagi, saya justru tertidur lagi. Alarm yang bunyi-dimatikan-bunyi-dimatikan secara berulang-ulang akhirnya membangunkan saya di jam 5 kurang sekian. Saya pun sholat subuh, mandi, dan belajar PE Dermatology lagi. Padahal, semalam saya sudah membuat planning station-station apa saya yang akan saya pelajari di pagi ini. Tapi, yaa, apa boleh buat. Akhirnya saya berangkat ke kampus sekitar jam 6.20.

Di Padang Mahsyar C6.3, kami langsung mengambil tempat duduk. Mulai berdiskusi dan menghafal masing-masing. Bapak pemanggil nama pun datang sekitar jam 7. Awalnya, beliau mengumumkan peraturan OSCE dan lain-lain. Pak Aep sempat bicara sebentar, dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin Bang Rez. Karena kata bapak pemanggil nama, "Tiada kata yang lebih indah dari do'a" hahaha. Ditutup dengan pemanggilan nama kloter pertama... Entah kenapa, saya punya feeling kalau saya akan ada di kloter kedua atau ketiga. Dan benar. Ketika wing D disebut namanya, begitu mendengar nama Catherine (NPM-nya persis setelah saya), saya langsung mengucap alhamdulillah :")

Sekitar jam setengah 8, saya, Azizah, Amel, Dea, Hasna, dll turun ke Asy-Syifaa untuk sholat duha. Setelah sholat, saya kembali ke atas duluan, meninggalkan yang lain. Tidak lama, nama kloter kedua dipanggil. Alhamdulillah, saya kloter dua. Karena beberapa nama yang dipanggil masih di Asy-Syifaa, saya pun turun dan memanggil mereka. Lalu, seperti biasa kami baris dulu untuk diabsen, selanjutnya berjalan ke ruang isolasi yaitu ruang tutorial C5.2 (untuk wing C dan D).

Selama di ruang isolasi, saya mulai menghafal Infection Corpse Management, PE Orthopaedi, PE, dan ENT Exam. Sekitar jam 10 kurang sekian, saya ke toilet. Begitu keluar toilet, kok ya beberapa anak ada yang di luar dan membawa tas.. Ternyata wing D sudah disuruh turun. Wah... Saya pun turun, dan berbaris di depan ruang skills C5.1 bersama Lijo, Anput, Dini, Bang Rez, Brandon, Faisal, Gita, Gianta, TM, dan satu lagi saya lupa. Karena total station ada 11 dan kami juga ada 11, maka kami tidak mendapat station istirahat :") Yaa pokoknya setelah ini kami masuk dan menempati station masing-masing. Diminta membaca soal, dan menunggu 5 menit karena dosen penguji mau istirahat sebentar. (N.B: Ini station nya nggak terlalu urut sebenarnya, karena saya lupa huhu)

TEEEET

Station 9
Baru station pertama, langsung mendapat Suturing (Basic Surgical 2) hahaha. Alhamdulillah pasiennya sudah dianestesi. Alhamdulillah pengujinya dr. Dimas (?) Saya justru agak nge-blank di awal, apalagi saat menyebutkan alat. Saya pokoknya sebutkan apa saja yang terlihat oleh saya, bahkan tanpa membedakan steril dan non-steril...  Awalnya, saya sempat mengambil benang bekas yang ada di kidney basin. Sampai beliau bertanya, "Itu kamu ambil benangnya dari mana?" "Oh iya, maaf, Dok..." Saya juga lupa membersihkan luka lagi dengan proviodine/antiseptik, tidak memakaikan duk bolong, wah kacau deh.. Saya langsung suturing aja pokoknya. Yang diminta adalah menjahit luka dengan teknik interrupted. Tanpa banyak bicara, saya fokus dengan jahitan saya, sekalipun tangan agak tremor. Begitu mau melakukan knotting pada jahitan pertama, eh, kok simpulnya terbuka lagi.. Saya coba lagi, eh, kenapa ini benangnya halus pisan... Kenapa benangnya mirip benang untuk jahit baju... Alhasil, saya pun hanya bisa menyelesaikan 3 jahitan akibat berulang kali melakukan knotting yang sedikit-sedikit lepas. Belum sempat menyebutkan apa saja yang harus dievaluasi dari hasil suturing dan apa saya yang harus ditulis di dokumentasi, bel sudah keburu berbunyi..

Station 10
Dari sebelah tadi sudah sempat terdengar suara Faisal yang melontarkan pertanyaan bertubi-tubi. Ini adalah station HT Hematology! Saya pun mulai bertanya kepada sang pasien ibu-ibu yang mengeluh pucat. Karena daftar pertanyaan yang superbanyak, saya pun seringkali menggabungkan beberapa pertanyaan dalam satu rangkaian (supaya tidak habis waktu). Si ibu pokoknya cuma jawab nggak-nggak aja. Lama-lama saya jadi bingung. Akhirnya saya tanyakan semuanya, mulai dari anemia, bleeding, dan malignancy. Di bagian bleeding dan malignancy, jawabannya 'nggak' semua. Saya pun mengakhiri history taking, kemudian sang dosen penguji bertanya:

DP: Jadi diagnosisnya apa?
ASN: Anemia, Dok.
DP: Anemia apa?
ASN: Kemungkinan iron deficiency anemia, Dok.
DP: Kenapa?
ASN: Soalnya, pasiennya petani, Dok.
DP: Kalo petani emang kenapa? Karena hookworm?
ASN: Iya, Dok. Kan kalau di sawah biasanya nggak pakai sepatu.
DP: Tau dari mana? Emangnya tadi kamu udah nanya?
ASN: *dalam hati "Oh iya ya..."
DP: Tadi kamu nanya "apakah ibu pernah berkontak dengan parasit", emang pasiennya ngerti parasit itu apa?
ASN: *dalam hati membenarkan, tapi ya gimana*
DP: Oh iya kamu juga kalo nanya ke pasien, jangan digabung-gabung gitu ya. Satu-satu nanya nya. Kan pasiennya jadi bingung.

Hmm benar sih perkataan sang dosen, semua benar. Tapi, ini kan OSCE, Dok. Kalau ditanya satu persatu nanti keburu habis waktunya dan belum lengkap ceklisannya :"(

Station 11
Bel berbunyi, baca soal, dan masuk ke ruangan yang sudah sempat terlihat isinya apa dan suara Bang Rez terdengar sangat jelas tadi. Jeng jeng jeng....Basic Life Support! Saya pun langsung melakukan prosedur mulai dari mengamankan korban, shake and shout, call for help, sampai kompresi. Dan sumpah, ini supercapek... Melakukan resusitasi jantung paru 5 siklus.... Sepertinya lama-lama teknik saya semakin buyar akibat kelelahan. Dan saat reevaluasi, nadi ada, tapi kata dosennya tidak ada napas. Huft, berarti saya harus melakukan ventilasi (napas buatan, red) sebanyak 10-12 kali. Entah apakah pemberian napas buatan saya dari tadi benar atau tidak, karena saya justru tidak memperhatikan dada pasien dan juga meteran yang di bawah (nggak tau apa namanya). Kemudian saya ditanya setelah 1 menit harus re-evaluasi apa, dan lain-lain. Pokoknya ditanya-tanya mengenai algoritma. Karena saya tidak bisa jawab dengan baik, akhirnya beliau mengoreksi kesalahan saya dan menjelaskan yang benar. Alhamdulillah. Terima kasih, Dok! Dan masa ya, saya nggak membersihkan lagi mulut manekin yang sudah saya beri napas buatan sebanyak 10+12 kali itu hahaha maafin,...

Station 1
PE Dermatology. Disuguhkan satu gambar kuku yang bermasalah, ditambah satu gambar bagian dorsum kaki yang mengalami dermatitis akibat pemakaian sandal jepit (ini seriusan). Duduk, mengamati gambar, mengisi status dermatologikus. Saya yang tidak membawa pulpen (gara-gara tadi Pak Aep sempat melarang bawa alat tulis) justru meminjam pulpen sang dosen untuk menulis, dan bahkan sempat terpikir untuk meminjamnya sampai station akhir hahaha :")

Sewaktu pengisian, alhamdulillah cukup lancar. Setelah itu saya diminta menyebutkan, dan sang dosen bertanya, "Udah, lesinya itu aja? Ini kan contact dermatitis ya, ada di SOOCA, kan? Coba, diinget lagi lesinya ada apa aja." Awalnya saya baru menuliskan macula erythema, crust, scale. Kemudian saya masih mencoba mengobservasi luka, sampai akhirnya beliau menunjuk sesuatu sambil bertanya "Ini apa?" Karena tampak ada sebuah elevasi, saya bilang, "Papule atau plaque, Dok." Beliau justru memberi petunjuk, "Ini isinya air." Jelas sekali kalau berisi air berarti vesicle atau bullae :") Lalu ditanya perbedaan vesicle dan bullae, ditanya kembali ada lesi apa lagi, sampai akhirnya saya tulis fissure dan diminta untuk menunjuk. Alhamdulillah, baik pisan dokternya :")

Station 2
PE Orthopaedi. Sang bapak ceritanya mau kontrol kaki kanannya yang bekas fraktur akibat kecelakaan. Sedihnya, di sini saya agak blank... Sewaktu "look", saya lupa memeriksa soft tissue dan shape. Deformitas pun baru saya sebut sewaktu ingat di tengah-tengah melakukan "feel". Saya sempat agak bete karena luka di kaki pasien banyak... Jadi harus saya sebut semua, termasuk scar-nya hahaha :")

Di bagian "feel" juga ternyata saya lupa melakukan pengecekan synovial membrane dan kelebihan cairan synovium... Selebihnya, alhamdulillah sudah saya lakukan. Entah bagaimana hasilnya, saya sudah pasrah...

Station 3
Masuk, ada seorang dosen dan dua buah mikroskop. Tidak lain tidak bukan, suatu station dengan tingkat mortalitas tertinggi tahun lalu. Differential Count... Saya pun memulai dengan tenang, mulai dari cuci tangan, pakai glove, memasang preparat, dan memainkan mikroskop. Saya tidak terlalu banyak bicara dan lebih banyak melakukan (padahal di OSCE harusnya sambil bicara sambil melakukan._.). Alhamdulillah daerah bacanya cepat ditemukan. Saya langsung mengambil kertas diff.count, dan jeng jeng.....kolom jenis leukositnya kosong :") Yaa saya pun pasrah, mencari 20 leukosit, dan yang saya temui banyak neutrofil band, bahkan perbandingannya hampir sama dengan neutrofil segmented. Saya yakin ada yang salah, tapi saya tidak tau bagaimana cara menyampaikan suatu kelainan pada apus darah ini, sampai akhirnya saya terpaksa bilang interpretasinya "normal". Sebelum sempat ditanya gambar, bel pun berbunyi.

Station 4
PE Liver & Spleen. Awalnya saya sudah informed consent, cuci tangan, meminta pasien membuka sedikit bajunya, dan mau memulai. "Pertama, saya membuat garis imajiner dari midclavicle ke arcus costae. Kemudian saya akan melakukan palpasi..." Kedua jari tangan kanan saya pun sudah menempel di abdomen pasien. BOOM. Saya mendadak blank. Jujur, station ini memang belum sempat saya ulang lagi. Waktu saya membuat draf station ini pun, saya masih belum paham betul. Bahkan, dulu saat skills lab-nya, saya datang terlambat dan baru masuk di tengah-tengah. Ini superparah. Dosen yang tadinya mendekat ke arah saya, sampai duduk lagi ke tempatnya. Saya diam entah sekian menit sambil dalam hati mengutuki diri sendiri. Saya benar-benar lupa harus palpasi ke arah mana dulu, karena dulu saya menonton beberapa video yang metodenya berbeda-beda, ditambah dengan penjelasan di modul yang agak berbeda. Akhirnya saya sempat mengingat sedikit, sampai akhirnya menghitung perbesaran dari arcus costae dan xyphoid processus. Itu juga tekniknya salah, karena saya lupa menopang punggung pasien. Yaa sudahlah... Usaha memang sebanding dengan hasil...

Station 5
HT & PE ENT dengan pasien yang mengeluhkan hidung berair. Awalnya sempat kaget karena harus ada history taking juga, padahal saya belum sempat menghafal (superbanyak). Begitu masuk, dosen pengujinya familiar sekali wajahnya. Setelah absen, beliau bilang, "Lakukan pemeriksaan THT lengkap." Saya pun langsung menganamnesis pasien dengan pertanyaan standar seperti keluhannya apa, hidung yang kanan atau kiri, sejak kapan, apakah hilang timbul, apakah dipicu oleh sesuatu, dan gejala lain yang menyertai. Kemudian, saya kenakan masker, handglove, dan headlamp. Saya mulai dari pemeriksaan hidung, dan sang dokter yang ternyata dulu menjadi resource person ini langsung berdiri mendekat. Saya ambil nasal speculum, dan cara pegang saya salah. Beliau pun langsung membenarkan cara memegangnya... Bahkan beliau menuntun tangan saya dengan sangat hati-hati untuk memasukkan spekulum ke dalam hidung pasien, lalu menuntun dengan verbalnya untuk mengeluarkan spekulum dan memeriksa lubang hidung sebelahnya lagi. "Apa yang diperiksa?" beliau bertanya, lalu saya jawab. "Sekarang periksa telinga ya. Eh, wajah dulu," kata beliau. Saya lantas mulai inspeksi wajah, bahkan beliau mengingatkan bahwa saya harus memeriksa adanya allergic shiner, dan lain-lain. Lalu saya palpasi, dan beliau "mengingatkan" saya untuk melakukan perkusi setelahnya, dengan mengetuk-ngetukkan wajah pasien. Dilanjutkan dengan pemeriksaan telinga, beliau kembali "memberi petunjuk" akan apa yang harus saya inspeksi, mulai dari preauricular, auricular, dan retroauricular. Ketika pemeriksaan dalam, beliau lagi-lagi menunjukkan caranya dengan menarik pinna (daun telinga) pasien secara backward & upward, serta menekan tragus ke arah depan. Saat memeriksa dengan otoscope pun beliau menuntun tangan saya untuk memasukkannya secara benar ke dalam telinga pasien. Bahkan, sewaktu saya mau memeriksa telinga sebelahnya, sang dokter yang memutarkan kursinya untuk saya. Selanjutnya, di pemeriksaan rongga mulut dengan tongue spaltel, beliau lagi-lagi menuntun tangan saya untuk menggerakkan spaltel. Ah, saya speechless... Padahal station ini pun baru saya buat drafnya semalam, dan baru saya pelajari di hari H. Terima kasih banyak, Dok. Saya yakin Allah sudah menyediakan tempat untuk Dokter di surga-Nya nanti :"")

TEEEET
Belum sempat pemeriksaan leher. Saya setengah kaget dan langsung berdiri. Tiba-tiba seperti ada yang menahan saya. Headlamp beserta kabelnya... Saya langsung lepaskan headlamp, lepaskan handglove, dan masker, berterima kasih kepada sang dokter penguji dan pasien. Langsung berlarian ke luar ruangan.

Station 6
Wound Care and Dressing yang dihuni oleh dr. Hamda. Informed consent dan mulai menginspeksi luka. Sewaktu saya meng-assess adanya tanda-tanya infeksi, dr. Hamda menjawab semua pernyataan saya dengan "Nggak ada." Dari tanda-tanda tersebut, saya menyimpulkan bahwa luka pasien non-infectious. Tapi, saya bingung. Saya merasa kalau nggak mungkin kami disuruh melakukan yang non-infectious, soalnya itu benar-benar cuma 2 step-nya... Saya lanjut universal precaution dan memperkenalkan alat-alat. Sebelum memulai, saya tanyakan lagi, "Ini lukanya infectious atau ngga, Dok?" Beliau justru menjawab, "Oke, misalnya lukanya infectious, dan ada pus-nya. Terus mau kamu apain?" Dan karena sudah diperintahkan seperti itu, saya pun melakukan step yang infectious hahaha. Alhamdulillah lancar, sekalipun agak sedikit tremor.

Station 7
Ceritanya seorang anak perempuan usia 8 tahun mengalami sesak napas setelah makan udang semalam. HT Allergy. Dengan pengawas seorang dokter entah dokter siapa, dan dengan pasien seorang residen. Saya asumsikan dokter residen ini sebagai ibu dari pasien. Saya anamnesis, dan setiap saya ajukan pertanyaan yang beruntun, beliau hanya menjawab "Ya." Ketika ditanya, "Yang mana, Bu?" hanya dijawab lagi oleh satu suku kata: "Ya." Saya mulai merasa aneh, tapi, yaa saya lanjutkan sajalah. Sekalipun ada beberapa pertanyaan yang sepertinya ke-skip, tapi alhamdulillah bisa terselesaikan juga. Kemudian sang dokter penguji menanyakan "Coba, ada lagi ngga yang belum.. Kamu udah tanya yang penyakit kronik belum?" Saya pun bingung. Saya justru bertanya, "Apakah anak ibu memiliki penyakit kronis?" dan sang dokter residen justru membuat ekspresi wajah bingung. Lah, ini gimana... Ah, iya. Yang ada yaitu pertanyaan tentang gejala kronis, tapi saya ingat kok sudah menanyakan itu tadi..... Kemudian bel berbunyi huft.

Station 8
Awalnya setengah tidak percaya kalau ini adalah station terakhir. Rasanya waktu berjalan sangat cepat ya... Dan alhamdulillah, ini adalah station Infection Corpse Management. Langsung memakai peralatan pelindung diri yang dimulai dari handglove pertama-disposable coat-masker-handglove kedua-sepatu boot-goggle-cap. Mulai melakukan tindakan kepada jenazah, lalu melepaskan alat pelindung diri. Begitu melepaskan coat, kok resletingnya tidak bisa ditarik ke bawah.. Kata pengujinya "Coba ditarik ke atas dulu." Ohh ternyata tersangkut di handglove saya. Prosedur selanjutnya pun  cukup lancar, sekalipun saya belum selesai melepaskan alat pelindung diri saat bel berbunyi. Karena ini station terakhir, sang dosen pun mempersilakan saya untuk melanjutkan penjelasan. Alhamdulillaaah, berakhir juga OSCE terhectic dan ter-kurang-persiapan ini :"")

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya jam 5 sore, pengumuman hasil OSCE pun keluar. Memang, menurut saya, kali ini adalah OSCE terburuk saya dengan persiapan minim. Sebanding dengan hasilnya, yaitu saya remedial 4 station... Padahal di tiga OSCE sebelumnya, saya selalu hanya remedial 2 atau 1 station :") Dan station-station tersebut adalah: (1) PE Liver & Spleen. Ini jelas sekali lah yaa kenapa saya bisa remed. Persiapan superminim + ngeblank saat hari H, (2) Basic surgical skill/suturing. Well, untuk melakukan suturing-nya sih, saya bisa. Cuma, ternyata masih banyak step di awal yang saya lewatkan, mulai dari informed consent, mengecek indikasi dijahit, menngecek luka, meminta pasien membersihkan luka dengan sabun dan berganti dengan gaun operasi, memberi antiseptik, memakaikan duk bolong, dan menjelaskan harus membuat berapa jahitan, (3) PE Orthopaedi. Setelah menyadari kalau cukup banyak yang saya skip, wajarlah kalau saya remed, dan (4) HT Allergy. Saya ingat kalau cuma sedikit yang ke-skip. Entahlah kenapa saya bisa remed ini....

Jumat, 3 Juni 2016. Saya justru bangun kesiangan dan akhirnya ke kampus naik ojek. Sampai di C6.3, rasanya sudah malas membaca-baca lagi. Sewaktu semua orang hunger games berebutan turun ke c3.3 untuk mengantri remedial pun, saya masih santai-santai. Saya pikir, dengan jumlah remed 4 station, toh nantinya saya akan pulang lebih siang juga. Jadi saya biarkan teman-teman yang hanya remed 1 atau 2 station duluan. Karena pasti mereka mau cepat pulang.. Saya malah jajan dulu ke kantin.

Barulah sekitar jam setengah 10 dan antrian mulai agak sepi, saya mengantri untuk HT Allergy. Singkatnya, begitu masuk, dosen pengujinya familiar. Ternyata dr. Faisal, dokter spesialis anak yang superbaik dan seorang residen (mungkin residen anak) yang menjadi pasien. Awalnya saya berasumsi bahwa sang residen berperan sebagai orang tua pasien, jadi saya menyapanya dengan "Selamat pagi, Pak." Kemudian sang residen malah malah komat-kamit bilang "Anak-anak." Dokter Faisal juga mengingatkan, "Pasiennya anak-anak ya. Nggak ditemenin orang tuanya." Lalu saya mendadak bingung dan canggung. Bahkan saya tanya lagi, "Ini ceritanya anaknya ya, Dok?" karena di soalnya, pasien adalah anak perempuan, sedangkan dokter residennya laki-laki hahaha. Alhamdulillah, proses anamnesis berjalan lancar dan tidak ada yang terlewat. Pasien pun sangat kooperatif, akting-nya sangat baik, dan improvisasinya bagus hahaha. Begitu selesai, dr. Faisal bilang ke saya:

dr.F: Udah bagus ya. Kemarin kenapa bisa remed?
ASN: Kayaknya kemarin ada yang ke-skip, Dok.
dr.F: Banyak ngga?
ASN: Sebenernya sedikit sih, Dok.
dr.F: Kok bisa remed ya?
ASN: Nah, itu dia, Dok. Saya juga bingung hehe.

Saya pun keluar dan mengantri lagi di station PE Orthopaedi. Di depan saya masih ada 2 antrian, sedangkan yang remed station BSS (suturing) dipanggil, tapi tidak ada yang mengantri. Alhasil saya ke station suturing dulu. Di dalam, ada 2 station yang sama-sama tidak ada yang duduk di depannya. Saya pun mengintip ke dalam, melihat siapa dosen pengujinya. Di ruangan pertama ada dosen laki-laki yang sudah cukup berumur. Di ruangan kedua, ada dosen laki-laki yang masih muda dan lumayan ganteng. Akhirnya saya pilih ruangan kedua HAHAHA. Saya pun menyebutkan semua step awal yang terlewat saat OSCE, lalu memulai suturing. Baru membuat 1 jahitan, sang dosen sudah berkata, "Ya, anggap aja udah 5/6 jahitan." Alhamdulillah, saya selesaikan dan keluar ruangan~

Saya mengantri lagi di station PE Orthopaedi. Waktu saya masuk ruangan dan memulai cuap-cuap, sang pasien selalu senyum dan menggangguk setiap saya bicara, seolah membenarkan ceklisan saya. Pasien yang superkooperatif. Bahkan sebelum saya minta berbaring, beliau sudah berinisiatif berbaring duluan. Tanpa harus diminta, celananya sudah digulung sejak awal saya masuk. Pemeriksaan lancar, tidak ngeblank, pasien kooperatif. Alhamdulillah bisa "membalas" kealpaan saat OSCE kemarin hahaha.

Station terakhiiiir. PE Liver & Spleen yang sudah sepi. Padahal, jumlah remedialnya terbanyak yaitu 117 orang. Tapi karena ada 5 ruangan dan sudah agak siang, jadinya saya tidak perlu mengantri lama. Masuk, sempat berebut dengan Ujun yang sama-sama mau masuk ke ruangan yang pengujinya dr. Trully. Saya keduluan, akhirnya saya masuk ke ruangan dr. Adi Imam. Dan pemeriksaan alhamdulillah berjalan lancar juga. Dengan ini, berakhirlah OSCE DMS-HIS, berakhir pula semester 4 dan tahun 2 di FK Unpad~ :D

Pelajaran dari OSCE kali ini:
1. Pelajari SEMUA station dengan sebaik mungkin. Jangan ada yang terlewat ataupun dianggap tidak ada karena banyak...
2. Mau hari kedua atau pertama, tetap persiapkan OSCE sebaik mungkin.
3. Belajar OSCE-nya jangan mepet. Apalagi kalau hafalan/tindakannya banyak.
4. Kalau skills lab harus serius dan benar-benar mencoba, apalagi yang berupa tindakan.
5. Bawa pulpen saat OSCE, sekalipun sempat dilarang hahaha. Kan malu kalau tiap station pura-pura kehilangan pulpen sambil meraba-raba kantung jas lab dan menunggu kepekaan dosen penguji buat meminjamkan pulpen...

Well, cukup sekian, kisah OSCE terburuk saya, terseru, terkacau, tapi juga terbanyak pelajaran yang bisa diambil. Semoga kesalahan-kesalahan saya tidak terulang lagi di OSCE berikutnya :)

Comments

Popular Posts