Dakwah itu Sederhana

Tulisan ini dilatarbelakangi oleh jawaban yang belum tersampaikan. Jadi, sewaktu saya menjalani wawancara calon mentor oleh Nunu, ada pertanyaan mengenai tarbiyah dan dakwah. Saya agak lupa dengan jawaban saya, yang jelas saya tidak terlalu banyak menjelaskan karena pada saat wawancara, otak saya mendadak kosong dan bingung mau bicara apa. Lalu saya sempat izin ke kamar kecil, dan sewaktu kembali, saya sempat terpikir akan jawaban ini. Tapi, saat saya tanya, "Masih ada pertanyaan yang belum kejawab, ngga?" kata Nunu, semuanya sudah terjawab. Well, daripada "mubazir", saya merasa lebih baik saya jika tuliskan di sini. Bagi pembaca yang lebih paham atau ilmunya lebih tinggi, mohon koreksi bila ada kesalahan dalam apa yang saya sampaikan ini...

Bismillaahirrahmaanirrahiiim.
Apa itu dakwah?

Bagi saya, dakwah adalah manifestasi dari sabda Rasulullah SAW yang berbunyi, 
"Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat."

(HR. Bukhari)

Perintahnya sesederhana itu. Kita tidak dituntut untuk hafal al-Qur'an dan al-Hadist terlebih dahulu untuk bisa berdakwah. Walaupun hanya satu ayat pun yang kita kuasai dan pahami, jika itu memang sebuah kebenaran, maka sampaikanlah. (Tapi, ya jangan sampai " walau hanya satu ayat" membuat kita tidak mau mempelajari ayat-ayat dan hadist-hadist yang lain ya...)

Dalam talkshow Learning by Sharing SKOMEN tanggal 28 April 2016, Menurut Kang Opa (Musthafa Al-Hasyiri, FK Unpad 2013), "Perintah untuk berdakwah tidak menuntut kriteria pendakwahnya." Selain itu, Teh Ina (FKG Unpad 2013) menyampaikan, "Untuk menasehati orang, orang itu tidak harus lebih baik dari yang dinasehati. Kan, sesama manusia itu harus saling menasehati."

Seandainya untuk berdakwah diberikan kriteria khusus (misalnya, yang menasehati harus lebih baik dari yang dinasehati), tentu tidak akan ada yang mau memulai berdakwah, kecuali kalau sudah menjadi ustadz/ustadzah. Analogi yang sama dengan guru dan murid. Guru tidak selalu lebih pintar daripada muridnya, bukan? Pasti ada saja beberapa aspek yang lebih dikuasai sang murid. Mengenai teknologi, misalnya. Atau, contoh lain. Misalnya si A yang pintar matematika tapi kurang pintar di biologi mau mengajari si B yang kurang pintar di matematika tapi pintar di biologi. Apakah si A harus lebih pintar dari B dalam segala aspek dulu baru boleh mengajari si B? Lantas, si B mau bilang, "Kamu nggak usah sok ngajarin aku, deh. Benerin dulu itu nilai biologi kamu!" begitu?

Hmm, makanya, saya kurang setuju saat ada yang menasehati seseorang, tapi justru dibalas, "Urusi saja urusanmu sendiri," "Perbaiki dulu aja diri sendiri," atau "Sendirinya aja belum bener udah sok-sok nasehatin orang." Padahal, manusia tentulah memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Padahal, manusia diwajibkan untuk saling menasehati dalam kebaikan. Kalau harus menunggu sempurna dulu, sampai kapanpun semua orang akan sibuk dengan diri sendiri, tidak peduli dengan orang lain, dan tidak ada yang mengingatkan kesalahan diri sendiri (lha orang yang mau mengingatkan aja masih belum sempurna). Entah seperti umat manusia kalau sudah begini...

Intinya, menurut saya yang ilmunya masih tidak seberapa ini, dakwah tidak serumit itu. Untuk memulai, tidak perlu menunggu sampai merasa ilmunya cukup tinggi untuk bisa dibagikan. Kita bisa mulai dari yang sederhana. Kita bisa mulai dari pengalaman hidup sendiri, ambil dan bagikan hikmah yang kita dapat dari pengalaman tersebut. Atau yang lebih ringan, kita lakukan dan contohkan hal yang baik. Kita ajak orang untuk berbuat baik. Kita ingatkan kalau ada orang yang berbuat kurang baik. Sampaikan apa yang kita ketahui, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.

"Barangsiapa yang menunjukkan suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala yang melakukannya."
(HR. Muslim)

Maasyaa Allah. Sederhana sekali, bukan?

Ah, iya. Hampir lupa. Untuk melakukan suatu kebaikan, tentu harus dengan cara yang baik pula ya. Jangan sampai niat baik kita justru tidak tersampaikan akibat cara penyampaian yang kurang baik.

Ya, sebelum saya akhiri, adapun saya bukanlah seorang pengurus organisasi keagamaan apalagi aktivis dakwah. Ilmu saya masih sangat sedikit dan dangkal. Masih banyak yang harus diperbaiki dari diri saya. Dan bahkan, apa yang saya tulis ini justru menjadi pembelajaran bagi diri saya sendiri. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam tulisan ini, saya mohon koreksi dan kritik membangun. Dan sekiranya saya justru belum melakukan apa yang saya tulis sendiri, tolong ingatkan saya ya :)
"Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran, dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran."
(QS. Al-'Ashr: 1-3) 

Comments

Popular Posts