3rd SOOCA: Ill-Prepared Deadliner
Prolog:
Setelah melewati 2 SOOCA sebelumnya yang penuh cerita, akhirnya datang juga SOOCA ketiga, SOOCA yang cukup istimewa. Yap, ini" SOOCA system" pertama kami, karena ini juga sistem pertama kami: RPS (Reproductive System). Kalau pada semester pertama, SOOCA dilakukan pada UTS dan UAS. Sedangkan, mulai semester ini, SOOCA hanya akan diadakan pada UAS. It means kasus yang disajikan akan lebih banyak... Dan yang jelas, masih banyak lagi 'keistimewaan' SOOCA system ini :")
Setelah melewati 2 SOOCA sebelumnya yang penuh cerita, akhirnya datang juga SOOCA ketiga, SOOCA yang cukup istimewa. Yap, ini" SOOCA system" pertama kami, karena ini juga sistem pertama kami: RPS (Reproductive System). Kalau pada semester pertama, SOOCA dilakukan pada UTS dan UAS. Sedangkan, mulai semester ini, SOOCA hanya akan diadakan pada UAS. It means kasus yang disajikan akan lebih banyak... Dan yang jelas, masih banyak lagi 'keistimewaan' SOOCA system ini :")
Well, untuk persiapan? Jujur, persiapan saya jauh lebih kacau dibandingkan dengan 2 SOOCA pertama. Kesibukan organisasi, dispensasi Liga Medika selama seminggu, sifat deadliner saya yang sudah mendarah daging, semuanya turut andil dalam menumpuknya pembelajaran saya pada 3 minggu terakhir. Bahkan, bisa dibilang, saya baru benar-benar belajar di H-14, di mana saya menargetkan 1 hari untuk belajar 2 case. sekali pun akhirnya saya hanya sanggup belajar 1 case dalam sehari... Dan alhamdulillah, case kami yang semula berjumlah 14, dipangkas menjadi tinggal 12 case, jadilah beban kami lebih ringan...
Padahal, di semester ini, saya mengalami beberapa kemajuan. Saya lebih banyak membaca dari berbagai sumber yang ada. Saya juga banyak mencatat, atau merangkum buku, dan binder saya jauh lebih tebal dibandingkan dengan binder semester lalu. Tapi, kadang, saya justru lebih ke menerjemahkan, ketimbang merangkum. Contohnya pada saat saya 'merangkum' Williams Obstetric, yang pada akhirnya tidak saya mengerti sendiri... Ya, lain kali, saya harus lebih memperhatikan apa yang saya catat supaya bisa berguna dalam membuat draft SOOCA :"( Dan ngomong-ngomong soal draft, saya tidak membuat draft SOOCA, lagi-lagi. Saya hanya membuat draft flipchart (seperti biasa) dan bergantung kepada handout tutor, draft Tasya, draft Anis, atau pun draft siapa pun yang bisa saya dapatkan. Itu semua karena saya sudah tidak punya waktu lagi untuk membuat draft sendiri....
Intinya, pada SOOCA kali ini, saya semakin tidak panik dan justru 100% tenang-tenang saja.. Jam tidur juga selalu bablas (6-8 jam). Sekali pun saya sempat kehilangan motivasi (pada postingan sebelumnya), namun akhirnya saya bisa mendapatkan motivasi kembali dan melanjutkan belajar. Bahkan di H-1 pun, kepanikan juga masih belum menyerang :")
Kamis, 21 Mei 2015. Hari ini akhirnya datang juga. Semalam saya tidur jam 10, bangun jam 1. Masih ada concept map yang belum saya sentuh. Saya pun membuat (baca: menyalin) 2 concept map tersebut, dan berusaha menghafal 2 case. Sekitar jam 4 pagi, saya justru mengantuk dan malah tidur... Niatnya, hanya tidur setengah jam. Tapi, saya malah baru bangun jam setengah 6-_- Saya pun bangun, sholat, mandi, dan mau sarapan. Saya pun baru ingat kalau saya tidak punya makanan apa-apa untuk dimakan... Saya se-ill-prepared itu... Padahal di SOOCA sebelumnya, saya sudah beli roti dan beli nasi dari malamnya. Saya pun bertanya ke roommate, "Put, lo sarapan apa?" Dijawab, "Gue ada roti nih, Din." Alhamdulillah.... Terima kasih telah memberikan hamba roommate sebaik itu, yaa Allah. Padahal hamba masih suka tidak tahu diri sebagai roommate-nya :"D Hahaha
By the way, hari ini saya pakai baju kemeja dan kerudung oranye, dengan rok hitam dan sepatu hitam. Warna yang cukup cerah sih.. Tapi itu semua karena saya mensugesti diri saya sendiri: "Today is going to be fun, so I wear orange." since orange is some kind of associated with "fun"...
Well, saya pun menuju kampus dengan ojeg, dan sampai dengan selamat. Langsung naik ke "Padang Mahsyar", lapangan futsal C6.3. Biasanya, begitu di atas, saya baru terasa deg-degannya. Tapi, kali ini saya masih 100% tenang dan tak ada palpitasi sama sekali. Saya pun duduk secara random di sebelah Nisa Apriani. Saya mulai menghafal case 3 sampai seterusnya.
SOOCA kali ini diawali dengan pengarahan oleh dr. Achadiyani. Di sinilah saya baru merasakan adanya sedikit kepanikan, ditandai dengan mulesnya perut saya. Tapi kami malah disuruh berteriak "Merdeka!" untuk 'melepaskan' kepanikan kami. Kok rasanya seperti mau ke medan perang...
Setelah itu, nama-nama pada kloter pertama langsung dipanggil. Tidak lama setelah mereka pergi, ditepuk-tangani, dan seolah dilepas ke medan perang, kloter kedua pun segera dipanggil. Saya agak bingung, karena interval antara 1 kloter dengan kloter lainnya cukup cepat. Tapi, nama saya pun tak kunjung dipanggil. Akhirnya, saya melanjutkan menghafal, dan menyalin concept map case 4 dan 11 yang dimiliki Nisa. Saya juga menyalin beberapa brainstrorming concept map yang belum.. Huft. Se-deadliner itu saya. Di saat orang-orang sudah tinggal menghafal saja, saya masih ada beberapa hal krusial yang belum saya buat-_-
Kloter 1, 2, 3, 4, 5, bahkan 6, sudah berlalu, tanpa panggilan untuk saya. Semakin siang, semakin lapar, semakin bosan. Saya bahkan sudah 6 kali bolak-balik ke kamar mandi... Masih juga nama saya belum dipanggil. Sampai akhirnya di kloter 9, nama saya dipanggil juga. Saya lantas duduk sebentar di kursi antrian, dan langsung berjalan beriringan menuju gedung C4. Di dalam C6, sudah ada kakak-kakak Spekatria yang sudah selesai ujian. Begitu lewat, tiba-tiba ada suara, "Cie Dinda RPS! Semangat ya!" dan ketika saya menoleh, ternyata itu adalah Teh Muti (Mutia Nur Maulida) yang menyemangati saya lewat jendela C6 hahaha. Saya menjawabnya dengan, "Doain ya, Teh!"
Sesampainya di C4.1, kami kembali diisolasi di dalam lab.anatomi. Masih banyak yang belum naik ke atas. Seperti SOOCA kedua, saya kembali 'beser' di sini sampai 2 kali. Setelah itu, sekitar jam 11.15, kami naik ke lantai 2. Saya 1 kloter dengan Azizah, Zara, Ujun, Acid, Gio, Redho, Dhana, TM, dan sisanya anak Twinning. Lalu ada ibu-ibu yang kami tidak tahu namanya, bilang, "Kalian di sini agak lama ya. 1 jam. Soalnya mau istirahat dulu." Tensi yang kami rasakan pun langsung menurun... Saya sudah lelah membaca dan menghafal. Rasanya ingin segera mengakhiri semua ini. Ditambah lagi dengan rasa lapar dan kantuk yang mulai memecahkan konsentrasi. TIba-tiba dr. Yanti masuk dan berkata, "Itu ada nasi box 3. Kalau ada yang laper banget, kalian boleh makan. Pokoknya ini sudah saya bilang boleh, berarti kalian boleh makan ya." Dan respon teman-teman sekloter, rata-rata justru malas makan karena sudah kehilangan selera. Berbeda dengan saya. Bagi saya, makan adalah sebuah kebutuhan mendasar yang tak bisa dilepaskan dalam kondisi dan alasan apa pun. Akhirnya saya yang makan, dan yang lain tidak, hahaha.
Habis kenyang, terbitlah kantuk. Saya mencoba menghafal case lagi, tapi malah nyaris tertidur. Sampai akhirnya ada suara, "Ayo, kalian masuk sekarang!" Oh, God.... Seperti biasa, kami menaruh tas di koridor dan masuk ke laboraturium, dengan mengambil nomor undian. Saya mendapat meja nomor 15, paling kanan dan paling belakang. Saya buka kertas case dan langsung mencari diagnosis. Premature Rupture of Membrane (PROM). Alhamdulillah! Well, selama menjelang SOOCA, sebenarnya saya tidak terlalu berharap mendapat case tertentu, atau pun berdoa minta case. Saya juga tidak mendapat waham apa pun mengenai case yang akan saya dapat. Saya benar-benar pasrah. Tapi, saya cukup berharap mendapat case 1, 2, 3, 6, 7, 8, atau 10. Dan alhamdulillah, saya masih mendapat case 7 :")
Proses pengerjaan flipchart pun dimulai. Saat saya menulis, dr. Yanti bilang, "Kalian tulisannya jangan gede-gede ya. Gunakan flipchart seminimal mungkin, biar kalian nggak repot juga nantinya. Tuh, kayak yang nomor 15 tuh, tulisannya kecil." hahaha. Memang, semenjak mulai menulis draft flipchart, saya jadi terbiasa menulis kecil-kecil agar muat di kertas. Beliau juga menyuruh kami agar menulis sambil duduk, supaya kami tidak capek. Awalnya pun saya duduk. Tapi, rasanya kurang leluasa kalau duduk. Terlebih lagi, proses pengerjaan flipchart saya agak tersendat, karena saya agak lupa dan kurang yakin dengan final concept map saya. Apalagi saat menentukan learning issues (LI), saya nge-blank... Begitu menulis flipchart basic science pun saya agak kaget karena LI saya cukup sedikit. Entah kenapa saya merasa ada LI yang belum saya masukkan, tapi saya lupa apa. Bahkan saat saya baru menuliskan farmakologi, tiba-tiba waktu kami habis. Saya bahkan belum menulis BHP dan PHOP dari kasus ini.
Sekarang saatnya kami duduk menunggu di depan ruang tutorial. Tapi, bel presentasi belum juga dibunyikan akibat masih banyak dosen yang sholat, dan bahkan ada ruangan yang dosennya belum kembali satu pun. Saya berusaha mengintip ke dalam ruang 15, tapi agak sulit untuk melihat ke dalam. Tiba-tiba dr. Adi Babe yang masuk ke ruangan saya. Ah, senangnya..... Tapi saya justru sakit perut dan nervous di sini, gara-gara memikirkan BHP dan PHOP dari kasus ini. Saya juga masih memikirkan LI yang belum saya tulis, karena saya yakin pasti ada yang terlewat. Saya berusaha menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam, dan mengeluarkannya secara perlahan dari hidung.
TEEEET
Saya masuk, dan justru lupa basa-basi pertama ("Boleh saya masuk, Dok?"). Saya agak lebih santai dan tidak seformal biasanya di sini. Bukannya tidak menghormati dr. Adi Babe, tapi karena kebaikan dan ke-friendly-an beliau, saya jadi lebih tenang dan tidak terlalu tegang. Terlebih lagi saya justru mendadak teringat akan postingan di akun Path beliau kemarin (?) Saya pun mengisi absen dan menempel flipchart.
dr.AB : Kamu mau menjelaskan dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri, terserah.
ASN : (Menempel flipchart)
dr.AB : Would you like to tell the presentation in English, or Indonesia?
ASN : In Indonesia.
dr.AB : Atau mau bahasa Jawa?
ASN : Haha ngga ngerti bahasa Jawa saya, Dok.
dr.AB : Loh, kamu bukannya orang Jawa?
ASN : Saya orang Jawa, sih, Dok. Jawa-Palembang. Tapi, nggak bisa bahasa Jawa. Kalo bahasa Palembang masih bisa.
dr.AB : Oooh berarti kamu ini ya. Wong kito.
ASN : Hehe, iya, Dok. Boleh saya mulai presentasinya, Dok?
dr.AB : Iya, iya, sok mulai.
Saya pun menjelaskan dengan cukup tenang, walau pun kadang agak terbata-bata karena kesulitan dalam pemilihan kata atau pun agak bingung menyambungkan satu LI ke LI berikutnya. Di tengah proses presentasi, dosen penguji saya yang satu lagi masuk. Ternyata beliau adalah dr. Indah. Saya justru agak sedikit tegang di sini, karena dr. Indah memperhatikan flipchart saya dengan sangat serius.
Sampai di (hampir) akhir presentasi, saya menyebutkan farmakologi yang sebenarnya saya masih ragu akan kebenarannya.. Kalau oxitocyn, jelas untuk memicu kontraksi. Tapi, kalau antibiotik ampicillin, sejujurnya saya tidak hafal MoA-nya karena sering tertukar dengan antibiotik lainnya... Ya saya tulis saja 'inhibit cell wall synthesis'... (Ini ngarang banget sumpah). Setelah farmakologi, saya jelaskan BHP PHOP. "Jadi, BHP pada kasus ini adalah mengenai patient compliance, karena pasien tidak meminum obat antibiotik sesuai anjuran dokter, sehingga UTI-nya masih ada sampai minggu ke-38. Kemudian, PHOP dari kasus ini........................................................................................................................" I really had no idea about the public health issues.... Bahkan ngarang pun nggak bisa. Saya udah mati kutu rasanya. Rasaya bodoh sekali, PHOP aja nggak tau.
ASN : Boleh saya skip dulu, Dok?
dr.AB : Yaa nggak apa-apa. Sok kalo mau jelasin yang lain.
ASN : Oh iya, mohon maaf, Dok. Ada LI yang belum sempat saya tuliskan di flipchart. *menjelaskan perbedaan PROM dan PPROM*
dr.AB : Ada lagi yang mau ditambahkan? Atau yang tadi belum kamu selesaikan?
ASN : Hmm, PHOP-nya..... *masih diam seribu bahasa juga*
dr.AB : PHOP. Public health. Berarti harus menyangkut masyarakat banyak. Kira-kira yang kamu lakukan kalau masyarakat sudah terkena penyakitnya, atau sebelum?
ASN : Sebelum, Dok.
dr.AB : Nah, kira-kira apa yang mau kamu lakukan supaya masyarakat tidak terkena penyakit itu?
ASN : Hmmm melakukan early detection, Dok.
dr. I : Gimana caranya?
ASN : Jadi, pasien melakukan pemeriksaan prenatal care secara rutin, Dok. Jadi, diperiksa juga, apakah membran amnionnya masih intact atau tidak.
Dan masiiih ada beberapa hal yang dr. Adi tanyakan kepada saya. Mulai dari kriteria diagnosis, bakteri penyebab UTI-nya, dan lain-lain. Bel kedua pun berbunyi, saya diminta keluar sebentar. Saat di luar, saya kembali pasrah... Saya pun mendengar sayup-sayup suara percakapan dr. Indah dengan dr. Adi, yang kedengarannya agak sedikit berdebat mungkin... Entahlah. Saya tidak dengar perkataannya dengan jelas hahaha
"Adinda..."
Dokter Indah membuka pintu dan memanggil saya masuk. Saya dipersilakan duduk, dan kali ini saya semakin pasrah.
dr. I : Adinda, kamu belajar?
ASN : Belajar, Dok. Tapi, kadang suka ketuker-tuker LI-nya.
dr.AB : Maksudnya?
ASN : Iya, kadang LI dari case lain bisa masuk ke case ini.
dr.AB : Kalo emang berhubungan dengan kasus, kenapa nggak?
Well, sewaktu menulis flipchart, saya tadi sempat memikirkan LI apa yang berhubungan dengan case ini. Tapi saya tidak menemukan satu LI pun selain yang saya tulis... Dan sekarang, saya ditanya-tanya mengenai pemilihan LI dan lain-lain. Duh, maaf, Dok, saya nggak tahu lagi LI apa yang harus saya masukkan.... Bahkan tiba-tiba dr. Adi menyebutkan collagenase, dan bertanya tentang enzim. Saya jelas udah lupa, Dok.... Materi FBS itu :"(
dr.AB : Di sini kan kamu menjelaskan mekanisme oksitosin. Nah, kira-kira perlu ngga jelasin mekanisme oksitosin yang di dalam tubuh? Yang dari hipotalamus, ke pituitary, gitu-gitu?
ASN : (Udah terlalu pasrah dan nggak tahu lagi harus jawab apa) Hmm perlu, Dok.
dr.AB : Berarti kalo kamu punya pasien nanti, kamu jelasin ke ibunya, "Ibu, ini saya kasih oksitosin. Nanti ini dari hipotalamus ibu, terus ke pituitary." gitu? Atau tinggal bilang "Ibu, ini oksitosin fungsinya buat merangsang kontraksi ya, Bu."?
ASN : (Ketawa dulu. Sumpah ini lucu) Hehe, berarti ngga perlu, Dok.
Pokoknya saya masih ditanyai seputar mana LI yang perlu atau tidak perlu dibahas dan beberapa mekanisme pada kasus ini, sampai akhirnya bel kedua berbunyi. Saya masih diajak bicara oleh kedua dosen super itu. Sampai akhirnya saya disuruh melepaskan flipchart. Dokter Indah berpesan, "Kamu udah bagus kok sebenernya. Tapi diperdalam lagi ya." Baiklah, Dok :))
Dari luar, sudah ada yang mengetuk pintu. Sepertinya kloter berikutnya sudah mau masuk, karena bel berikutnya sudah dibunyikan lagi. Sebelum keluar, saya bertanya dulu, "Jadi, hasilnya gimana, Dok?" "Hasil apa?" "Nilainya, Dok. Hehe." Dokter Indah menjawab, "Ya, pokoknya kamu lulus kok. Cukup kan?" Karena saya merasa kurang enak untuk bertanya angka atau pun hurufnya, ditambah lagi dengan kloter berikutnya yang sudah saatnya masuk, akhirnya saya jawab, "Ya udah deh, Dok. Hehe. Makasih ya, Dok." Saya pun meninggalkan ruangan. Dan benar, Joys sudah ada di luar, menunggu giliran masuk. Bahkan dia masih sempat-sempatnya bertanya, "Dosennya baik ngga, Din?" hahaha
Epilog:
Well, inti dari SOOCA kali ini adalah: pertama, saya harus bersyukur sebanyak-banyaknya. Alhamdulillah, saya mendapat kloter hampir terakhir, jadi masih bisa baca-baca dan menghafal lagi. Alhamdulillah, saya diberi ketenangan dan ketidakpanikan yang tiada akhir. Karena kalau saya sudah panik dan stres, sepertinya saya bukannya belajar, malah menangis dan menyesali kurangnya belajar saya. Alhamdulillah saya mendapat sarapan dari roommate saya, dan juga makanan gratis selama menunggu di ruang isolasi. Alhamdulillah saya mendapat kasus yang saya kuasai. Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan brainstorming, concept map dan LI saya (walau pun ada 1 LI yang terlewat). Alhamdulillah saya mendapat dokter penguji yang superbaik dan supergaul: dr. Adi Babe dan dr. Indah. Alhamdulillah saya diberi kelancaran dalam presentasi. Alhamdulillah saya masih diberi kelulusan. Alhamdulillah saya masih diberi kemudahan, walau pun saya sadar, usaha saya masih jauh dari baik.
Mendapat banyak pertanyaan dari dr. Adi dan dr. Indah, dan melihat banyaknya pertanyaan yang tak terjawab, saya merasa masih sangat kurang dalam hal apa pun. Saya masih kurang membaca, kurang memahami, dan kurang memperhatikan. Ah, terima kasih, Dok, sudah menyadarkan saya. Berarti, ke depannya saya harus membaca lebih banyak lagi. Saya tidak boleh mudah lelah dan menyerah dengan keadaan. Karena sejatinya, seorang dokter adalah long life learner. Harus selalu belajar, termasuk belajar dari kesalahan :")
N.B : Terima kasih banyak draft-nya, Rievanda Natasya! Dan sebagian draft Anis. Dan draft pinjamannya, Nandini, Azka, Ivany. Terima kasih juga untuk handout yang super keren, tutor 7 RPS! Terima kasih untuk concept map-nya, Ryoga, Nisa Apriani, dan Tami! Dan terima kasih banyak buat semua yang sudah berperan dalam kesuksesan SOOCA saya, dan juga yang sudah menyuruh saya belajar :))
TEEEET
Saya masuk, dan justru lupa basa-basi pertama ("Boleh saya masuk, Dok?"). Saya agak lebih santai dan tidak seformal biasanya di sini. Bukannya tidak menghormati dr. Adi Babe, tapi karena kebaikan dan ke-friendly-an beliau, saya jadi lebih tenang dan tidak terlalu tegang. Terlebih lagi saya justru mendadak teringat akan postingan di akun Path beliau kemarin (?) Saya pun mengisi absen dan menempel flipchart.
dr.AB : Kamu mau menjelaskan dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri, terserah.
ASN : (Menempel flipchart)
dr.AB : Would you like to tell the presentation in English, or Indonesia?
ASN : In Indonesia.
dr.AB : Atau mau bahasa Jawa?
ASN : Haha ngga ngerti bahasa Jawa saya, Dok.
dr.AB : Loh, kamu bukannya orang Jawa?
ASN : Saya orang Jawa, sih, Dok. Jawa-Palembang. Tapi, nggak bisa bahasa Jawa. Kalo bahasa Palembang masih bisa.
dr.AB : Oooh berarti kamu ini ya. Wong kito.
ASN : Hehe, iya, Dok. Boleh saya mulai presentasinya, Dok?
dr.AB : Iya, iya, sok mulai.
Saya pun menjelaskan dengan cukup tenang, walau pun kadang agak terbata-bata karena kesulitan dalam pemilihan kata atau pun agak bingung menyambungkan satu LI ke LI berikutnya. Di tengah proses presentasi, dosen penguji saya yang satu lagi masuk. Ternyata beliau adalah dr. Indah. Saya justru agak sedikit tegang di sini, karena dr. Indah memperhatikan flipchart saya dengan sangat serius.
Sampai di (hampir) akhir presentasi, saya menyebutkan farmakologi yang sebenarnya saya masih ragu akan kebenarannya.. Kalau oxitocyn, jelas untuk memicu kontraksi. Tapi, kalau antibiotik ampicillin, sejujurnya saya tidak hafal MoA-nya karena sering tertukar dengan antibiotik lainnya... Ya saya tulis saja 'inhibit cell wall synthesis'... (Ini ngarang banget sumpah). Setelah farmakologi, saya jelaskan BHP PHOP. "Jadi, BHP pada kasus ini adalah mengenai patient compliance, karena pasien tidak meminum obat antibiotik sesuai anjuran dokter, sehingga UTI-nya masih ada sampai minggu ke-38. Kemudian, PHOP dari kasus ini........................................................................................................................" I really had no idea about the public health issues.... Bahkan ngarang pun nggak bisa. Saya udah mati kutu rasanya. Rasaya bodoh sekali, PHOP aja nggak tau.
ASN : Boleh saya skip dulu, Dok?
dr.AB : Yaa nggak apa-apa. Sok kalo mau jelasin yang lain.
ASN : Oh iya, mohon maaf, Dok. Ada LI yang belum sempat saya tuliskan di flipchart. *menjelaskan perbedaan PROM dan PPROM*
dr.AB : Ada lagi yang mau ditambahkan? Atau yang tadi belum kamu selesaikan?
ASN : Hmm, PHOP-nya..... *masih diam seribu bahasa juga*
dr.AB : PHOP. Public health. Berarti harus menyangkut masyarakat banyak. Kira-kira yang kamu lakukan kalau masyarakat sudah terkena penyakitnya, atau sebelum?
ASN : Sebelum, Dok.
dr.AB : Nah, kira-kira apa yang mau kamu lakukan supaya masyarakat tidak terkena penyakit itu?
ASN : Hmmm melakukan early detection, Dok.
dr. I : Gimana caranya?
ASN : Jadi, pasien melakukan pemeriksaan prenatal care secara rutin, Dok. Jadi, diperiksa juga, apakah membran amnionnya masih intact atau tidak.
Dan masiiih ada beberapa hal yang dr. Adi tanyakan kepada saya. Mulai dari kriteria diagnosis, bakteri penyebab UTI-nya, dan lain-lain. Bel kedua pun berbunyi, saya diminta keluar sebentar. Saat di luar, saya kembali pasrah... Saya pun mendengar sayup-sayup suara percakapan dr. Indah dengan dr. Adi, yang kedengarannya agak sedikit berdebat mungkin... Entahlah. Saya tidak dengar perkataannya dengan jelas hahaha
"Adinda..."
Dokter Indah membuka pintu dan memanggil saya masuk. Saya dipersilakan duduk, dan kali ini saya semakin pasrah.
dr. I : Adinda, kamu belajar?
ASN : Belajar, Dok. Tapi, kadang suka ketuker-tuker LI-nya.
dr.AB : Maksudnya?
ASN : Iya, kadang LI dari case lain bisa masuk ke case ini.
dr.AB : Kalo emang berhubungan dengan kasus, kenapa nggak?
Well, sewaktu menulis flipchart, saya tadi sempat memikirkan LI apa yang berhubungan dengan case ini. Tapi saya tidak menemukan satu LI pun selain yang saya tulis... Dan sekarang, saya ditanya-tanya mengenai pemilihan LI dan lain-lain. Duh, maaf, Dok, saya nggak tahu lagi LI apa yang harus saya masukkan.... Bahkan tiba-tiba dr. Adi menyebutkan collagenase, dan bertanya tentang enzim. Saya jelas udah lupa, Dok.... Materi FBS itu :"(
dr.AB : Di sini kan kamu menjelaskan mekanisme oksitosin. Nah, kira-kira perlu ngga jelasin mekanisme oksitosin yang di dalam tubuh? Yang dari hipotalamus, ke pituitary, gitu-gitu?
ASN : (Udah terlalu pasrah dan nggak tahu lagi harus jawab apa) Hmm perlu, Dok.
dr.AB : Berarti kalo kamu punya pasien nanti, kamu jelasin ke ibunya, "Ibu, ini saya kasih oksitosin. Nanti ini dari hipotalamus ibu, terus ke pituitary." gitu? Atau tinggal bilang "Ibu, ini oksitosin fungsinya buat merangsang kontraksi ya, Bu."?
ASN : (Ketawa dulu. Sumpah ini lucu) Hehe, berarti ngga perlu, Dok.
Pokoknya saya masih ditanyai seputar mana LI yang perlu atau tidak perlu dibahas dan beberapa mekanisme pada kasus ini, sampai akhirnya bel kedua berbunyi. Saya masih diajak bicara oleh kedua dosen super itu. Sampai akhirnya saya disuruh melepaskan flipchart. Dokter Indah berpesan, "Kamu udah bagus kok sebenernya. Tapi diperdalam lagi ya." Baiklah, Dok :))
Dari luar, sudah ada yang mengetuk pintu. Sepertinya kloter berikutnya sudah mau masuk, karena bel berikutnya sudah dibunyikan lagi. Sebelum keluar, saya bertanya dulu, "Jadi, hasilnya gimana, Dok?" "Hasil apa?" "Nilainya, Dok. Hehe." Dokter Indah menjawab, "Ya, pokoknya kamu lulus kok. Cukup kan?" Karena saya merasa kurang enak untuk bertanya angka atau pun hurufnya, ditambah lagi dengan kloter berikutnya yang sudah saatnya masuk, akhirnya saya jawab, "Ya udah deh, Dok. Hehe. Makasih ya, Dok." Saya pun meninggalkan ruangan. Dan benar, Joys sudah ada di luar, menunggu giliran masuk. Bahkan dia masih sempat-sempatnya bertanya, "Dosennya baik ngga, Din?" hahaha
Epilog:
Well, inti dari SOOCA kali ini adalah: pertama, saya harus bersyukur sebanyak-banyaknya. Alhamdulillah, saya mendapat kloter hampir terakhir, jadi masih bisa baca-baca dan menghafal lagi. Alhamdulillah, saya diberi ketenangan dan ketidakpanikan yang tiada akhir. Karena kalau saya sudah panik dan stres, sepertinya saya bukannya belajar, malah menangis dan menyesali kurangnya belajar saya. Alhamdulillah saya mendapat sarapan dari roommate saya, dan juga makanan gratis selama menunggu di ruang isolasi. Alhamdulillah saya mendapat kasus yang saya kuasai. Alhamdulillah saya dapat menyelesaikan brainstorming, concept map dan LI saya (walau pun ada 1 LI yang terlewat). Alhamdulillah saya mendapat dokter penguji yang superbaik dan supergaul: dr. Adi Babe dan dr. Indah. Alhamdulillah saya diberi kelancaran dalam presentasi. Alhamdulillah saya masih diberi kelulusan. Alhamdulillah saya masih diberi kemudahan, walau pun saya sadar, usaha saya masih jauh dari baik.
Mendapat banyak pertanyaan dari dr. Adi dan dr. Indah, dan melihat banyaknya pertanyaan yang tak terjawab, saya merasa masih sangat kurang dalam hal apa pun. Saya masih kurang membaca, kurang memahami, dan kurang memperhatikan. Ah, terima kasih, Dok, sudah menyadarkan saya. Berarti, ke depannya saya harus membaca lebih banyak lagi. Saya tidak boleh mudah lelah dan menyerah dengan keadaan. Karena sejatinya, seorang dokter adalah long life learner. Harus selalu belajar, termasuk belajar dari kesalahan :")
N.B : Terima kasih banyak draft-nya, Rievanda Natasya! Dan sebagian draft Anis. Dan draft pinjamannya, Nandini, Azka, Ivany. Terima kasih juga untuk handout yang super keren, tutor 7 RPS! Terima kasih untuk concept map-nya, Ryoga, Nisa Apriani, dan Tami! Dan terima kasih banyak buat semua yang sudah berperan dalam kesuksesan SOOCA saya, dan juga yang sudah menyuruh saya belajar :))
Comments
Post a Comment