PoA FK Unpad 2014: NOSTALGIA [Drama]
..............................lanjutan postingan di bawah.
Di backstage, saya meletakkan kamera saya dan beralhih profesi menjadi aktris panggung! Di sini, karena peran saya jadi anak SD, maka saya langsung ganti baju SD. Kemejanya kemeja SMA saya yang udah nggak ada logonya. Roknya punya............adeknya Faya. Coba bayangin. Faya-nya aja imut-imut begitu, gimana adeknya..... Tapi belum saya pasang resletingnya hahaha. Saya juga di-make-up sama Maudy, tapi cuma fondation sama bedak dan blush on sedikit sih, kan ceritanya anak SD, nggak mungkin menor juga-_- Rambut saya juga dikepang sama Talitha, dikepang dua bahkan. Udah anak SD banget lah pokoknya.
Anak-anak lain juga di-make-up. Apresiasi yang luar biasa buat para pe-make-up kami: Maudy, Sarjan (Sarah Anjani), Mutia (Tsany) dan Lita! Oh iya. Di sini ada hair-styler juga. Makasih Catherine, Osler, dan Talitha (hair-kepang-er)! Dan makasih juga buat penata hijab: Nawat! Pokoknya, dandanan kami udah lain banget sama keseharian kami--kebanyakan begitu. Baju-baju pinjaman juga udah kami kenakan. Sekarang kami tinggal menunggu teman-teman lain yang belum dirias dan juga menunggu tampil jam setengah 9 nanti...
Sewaktu menjelang maghrib, saya agak penasaran dengan suasana di luar. Saya coba melihat ke arah venue, dan alhamdulillah! Tidak disangla-sangka, ternyata kakak tingkat yang datang cukup banyak dan ramai... Well, mungkin mereka menunggu hujan reda terlebih dahulu. Atau mungkin banyak dari mereka yang menghadiri acara Megabaksos FK Unpad Fair yang baru selesai sore hari, dan baru berangkat ke sini. Saya takjub, tapi di saat itu juga, saya justru bilang, "Lah kok rame?" saking bingungnya saya hahaha.
Selama menunggu jadwal tampil, kebanyakan dari kami lebih memilih stay di backstage, karena mungkin takut make-up luntur atau takut spoiler. Saya sendiri sih, agak malu kalau harus dilihat oleh yang lain dalam keadaan seperti ini (baca: rambut dikepang dua, berpakaian ala anak SD). Nanti yang ada, saya justru dibilang, "Ini anak SD dari mana?" Maka dari itu, saya ada di belakang-samping kiri panggung, karena saya juga nggak mau melewatkan moment-moment dalam PoA ini. Terlebih lagi karena antusiasme pengunjung yang semakin malam semakin bertambah. Jujur, saya agak iri sama teman-teman yang nggak harus bertugas atau stand-by di backstage. Mereka bisa begitu bebas menikmati acara PoA kali ini. Tapi, Bang Ege (pelatih drama musical kami) mengingatkan, kalau pada malam ini, kamu guest star-nya. Oleh karena itu, kami harus bersikap layaknya guest star dengan memberikan persembahan yang terbaik buat angkatan kami :))
Pokoknya, setelah maghrib, mulai ada penampilan dari kakak-kakak kita. Ada penampilan dari Spekatria, yaitu bandnya Kang Haidar dan kawan-kawan, ada band dari Nostra juga. Giliran performance Statera, mereka mohon maaf karena nggak bisa memberi penampilan band. Sebagai gantinya, diputarlah video dari Statera untuk 2014. Inti videonya adalah: memberikan ucapan selamat datang untuk angkatan kami, 2014. Dan di bagian terakhir, ada Kang Mahdy yang memegang tongsis di tengah ruang lecture, dan akang-teteh statera pada bilang, "Selamat datang, 2014!! Dari kami, 2011, Statera!!" yang dilanjutkan dengan yel-yel, "E! E! E! E! E! ELEVEN BOOM STATERA! ELEVEN BOOM STATERA! ELEVEN WE ARE WE ARE WE ARE BOOM STATERA!!" SUMPAH. VIDEONYA SWEET BANGET, DAN AKANG-TETEH STATERA-NYA KOMPAK BANGET! And I was like.....kenapa sih Statera sebentar lagi udah mau lulus aja... :") Sedih rasanya. Ternyata, omongan teman-teman yang bilang kalau Statera itu angkatan paling kompak, itu benar. Ditambah lagi, setelah menunjukkan video, mereka nge-dance shuffle sekitar 20 orang lebih, dan benar-benar kompak banget. Di sini, saya benar-benar salut!
Eaaaa asik banget ngga tuh~ Hahaha. Setelah penampilan Statera, ada penampilan MMS yang dibarengi dengan persembahan untuk kakak fasil, di mana setiap fasil memberikan kado atau kenang-kenangan sebagai tanda terima kasih terhadap kakak fasilitatornya. Saya yang sedang berada di backstage, tiba-tiba ditelpon Nopi, karena kado untuk kakak fasil kami masih ada di saya. Tapi, karena suara di luar yang berisik, saya justru emosi di telepon karena Nopi, lawan bicara saya terus-menerus berteriak nyaring sedangkan saya tidak menangkap sama sekali perkataannya. Lantas saya keluar backstage dengan membawa kadonya, dan akhirnya saya berikan kepada Nopi yang menghampiri saya. Ternyata, kakak fasil kami selama mabim, Teh Siti dan Teh Adila, absen. Yang ada justru kakak fasil kami selama OPPEK, yaitu Kak Nadia dan Kak Fithyan. Akhirnya kedua kado itu diberikan kepada mereka, dan anak fasil 4 berfoto sama mereka, sedangkan saya tidak... Lagi-lagi, saya ketinggalan momen :(
Sehabis itu, MMS menyanyikan lagu Hymne FK Unpad (entah ini hymne atau bukan). Dan ternyata, lagu yang sewaktu OPPEK kami nyanyikan dengan irama lambat dan terkesan melankolis, berubah jadi lagu asik yang bisa dipakai jingkrak-jingkrakan. Klimaks. Saya yang berada di samping-kiri-agak-ke-belakang panggung pun nggak mau ketinggalan momen. Saya ikut nyanyi dengan supersemangat, nggak lupa dengan menari-nari nggak jelas dan loncat-loncatan. Apalagi di bagian "Lantang teriakkan, FK Unpad unite!" Rasanya klimaks banget. Rasanya bangga banget sama almamater. Bangga banget sama fakultas sendiri. Di tengah hujan rintik-rintik dan kegelapan langit malam, kami nikmati lagu "hymne" sambil bergoyang ala-ala nonton konser band. Memang band sih, Medical Music Symphony namanya...
Hampir puncak acara, masih ada penampilan dari PSM atau Paduan Suara Mahasiswa.
Tibalah puncak acara. Pengenalan nama angkatan 2014 melalui drama musical! Semua bersiap di samping dan ada juga yang di belakang panggung. Para penonton disuruh agak mundur sedikit, memberi ruang untuk kami tampil. Kami nggak tampil di atas panggung, tapi di depan panggung. Sejajar penonton. Dan.....drama musical pun dimulai!
SCENE 1
Ojan Pratita di tengah panggung, masih meringkuk. Terdengar narasi, "Aku adalah aku. Siapa aku, dan untuk apa aku di sini. Bumi begitu luas. Terlahir dari suatu sudut, untuk mencari tahu siapa aku. Aku adalah aku. Aku adalah aku." Muncullah musik khayangan disertai dengan 4 bidadari berbaju serba putih (Hazra, Sasa, Resti, Yuni) yang masuk, mengitari Ojan sambil menaburkan sesuatu (ceritanya bubuk kehidupan gitu) ke badan Ojan. Mereka kembali ke tempat masing-masing.
Musik berganti jadi sedikit lebih enerjik. Ojan ceritanya "menetas" melalui gerakan-gerakan teatrikal yang sangat W-O-W. Dan pada saat dia "sudah bisa" berdiri, musik berhenti. Dia bingung dan bertanya-tanya sendiri. "Aku siapa? Aku di mana?"
Tiba-tiba telinga kita diusik oleh musik yang sangat aneh dan absurd, dibarengi dengan kedatangan 3 makhluk yang aneh dan absurd juga: Ilham Nikasah sebagai bos yang bergaya ala-ala banci, dengan kacamata hitam, kemeja berwarna ngejreng yang kancing atasnya dibuka, celana pendek ala-ala Hawaii (sepertinya punya Osler), dan "cerutu" di mulutnya; dua pengawal setia bos yaitu Elma dan Oci yang dengan dandanan anehnya setia ngipasin si bos. Ini adegan paling kacau deh. Ketiga orang aneh ini totalitas banget. Nikasah dan dua pengawal rempongnya berhasil memancing gelak tawa penonton.
Begitu musik berhenti, dimulailah percakapan antara bos banci dengan Ojan. Tiba-tiba, Nikasah bicara dengan bahasa dan logat yang kami nggak ngerti sama sekali. Bahasa Thailand, katanya. Padahal, selama latihan, pemakaian bahasa Thailand ini sama sekali nggak ada, dan baru tadi di backstage, Nikasah tiba-tiba bilang, "Gue mau jadi mafia Thailand ah," dan saya kira itu cuma bercandaan dia aja. Dan kelakuannya sukses membuat saya kebelet pipis.....
Setelah bos banci berbicara bahasa manusia lagi ke Ojan, ceritanya si Ojan masih bingung siapa dirinya, dan mau mencari jati diri. Akhirnya, bos memberi peta kepada Ojan, di mana dia harus mendatangi tiga tempat untuk belajar banyak hal dan menemukan jati dirinya. Setelah itu, bos pergi bersama pengawal-pengawalnya, ditambah dengan keempat bidadari yang ikut diajak pergi.
Scene 1 pun selesai, diganti dengan musik transisi, lagu Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada Di Seluruh Dunia - Naif (well, judulnya nggak sepanjang itu sih, tapi lirik itu dinyanyikan berulang-ulang--lirik satu-satunya dalam lagu).
SCENE 2
Begitu mendengar musiknya, yang ada di pikiran saya adalah musik-musik di restoran mahal dengan interior bergaya klasik (padahal saya juga nggak pernah makan di restoran kayak gitu). Ojan masuk dengan muka dan gelagat kebingungan, disambut oleh Citra yang memakai gaun putih dengan aksen warna abu-abu. Citra berkata, "Selamat datang di negeri keseimbangan." Ojan, "Keseimbangan? Apa itu keseimbangan?" Sementara itu, terlihat akang-akang Statera yang mengacungkan dua jari telunjuk ke atas; perlambang keseimbangan. Citra melanjutkan, "Silakan lihat sendiri."
And then, IT WAS MY SCENE!! [Soundtrack: Jagoan (Petualangan Sherina)]
Saya memasuki stage dengan berjalan-setengah-melompat ala bocah SD, dengan baju SD dan rok yang kekecilan, sambil menggendong tas jansport leopard gratisan (kakak saya dapat hadiah doorprize) dan rambut yang dikepang dua. Saya juga diiringi sama anak-anak geng saya, yaitu Hafsah dan Nunu yang juga berpakaian SD disertai topi kupluk merah. Di hadapan saya, Ada Saddam cs, yaitu Natsir sebagai Saddam, didampingi Alma dan Akbar. Awalnya, waktu kami berjalan berhadapan, ceritanya saya mendorong Natsir sampai terjatuh, dan kami, Sherina cs mentertawakan Natsir. Natsir pakai suspender. Kan ceritanya ketua geng. Dan di sini, Natsir cukup berbeda dibandingkan waktu latihan. Natsir lebih childish. Lebih bocah. Tapi juga terlihat lebih senga'. Yaa tipikal Saddam banget deh pokoknya.
Yang saya ingat, pas bagian Sherina ngomong "Ayam jago, kukuruyuuk" saya-nya ber-kukuruyuk sambil maju maju ke arah Saddam cs. Udah kayak orang gila. Di situlah rasa malu saya mulai hilang. Dan ada perbuatan yang tidak pernah ada di adegan Sherina mana pun: sewaktu Saddam nyanyi "Dia pikir, dia yang paling hebat. Merasa paling pintar, dan paling kuat" Natsir menghampiri saya dan ceritanya "menoyor" (men-toyor) kepala saya. Tapi, lebih terlihat kayak menampar sih. Kesannya, gila. Ini anak SD kasar banget hahaha.
Bagian terakhir dari adegan Sherina cs versus Saddam cs adalah, setelah kami saling berbalas ejekan, kami berdiri berjejer, menghadap penonton dan melipat tangan. Keren deh ini pokoknya. Saya dan Natsir di tengah. Iya lah. Tokoh utama kan. Sherina sama Saddam kan. Hahaha bercanda loh...
Tiba-tiba, ada suara bel. Citra bilang, "Anak-anak, waktunya belajar." Kami langsung bergegas duduk, mengeluarkan buku, dan pura-puranya belajar. Saya mengeluarkan buku Helminthology Kedokteran, sedangkan Hafsah bawa buku Essentials of Human Parasitology. Untung yang dibawa bukan Robbins, Guyton, apalagi Katzung ya...... Ini adegan nggak terlalu jelas deh pokoknya. Nggak ada skripnya. Pokoknya kami ngomong-ngomong sendiri aja, sementara Citra menjelaskan kepada Ojan mengenai "Negeri Keseimbangan", di mana kita harus seimbang antara belajar dan bermain. Intinya begitu. Pas udah selesai, kami semua keluar stage sambil dadah-dadah ke Ojan. Setelah itu saya dan teman-teman scene 1 dan 2 langsung bergegas ke backstage buat ganti baju hoodie warna gelap untuk scene terakhir.
SCENE 3
Ojan kembali masuk ke dalam stage dengan keadaan bingung. Tiba-tiba, ada 4 orang laki-laki berbaju entah karate atau taekwondo yang masuk, yaitu TM (Tengku Muhammad) sebagai Wiro Sableng dan anggota gengnya yaitu Faisal, Brandon dan Ivan. Mereka juga datang diiringi lagu Wio Sableng. Awalnya Faisal sok-sok berantem adu jurus sama Faisal, terus TM lipsync lagunya, dan mereka mengepal-ngepalkan tangan ke atas.
Saat mereka asik dengan lagu dan kepalan tangannya, musik terhenti. Lagu Wiro Sableng yang tadinya sangar, digantikan oleh lagu Saras 008 yang centil. Datang 4 perempuan dengan jaket kulit atau jaket jeans, celana jeans dan topeng. Mereka adalah Ochi sebagai Saras 008, Alfi, Stella dan Selvi. Dan mereka nari-nari ala Saras 008. Entah kenapa saya suka banget sama gerakannya Ochi, yang nggak terlalu enerjik kayak Saras 008, tapi terkesan "cool" aja gitu (?)
Lagu Saras selesai, sekarang Wiro Sableng dan Saras pandang-pandangan dengan tatapan "ngajak berantem", dan tiba-tiba Wiro Sableng menonjok Saras. Wiro Sableng cs menyombongkan diri dan Saras cs yang terlihat kesal ingin balas dendam. Terdengar suara "FIREEEEE!" Kedua kubu langsung berhadapan satu lawan satu dan pasang kuda-kuda. Stella vs Ivan, Alfi vs Faisal, Selvi vs Brandon, dan tentu saja, Ochi vs TM. Muncullah lagu Mortal Kombat, dan pertarungan mereka dimulai~ Sewaktu musik berganti, gerakan mereka jadi agak melambat, kuda-kuda lagi seolah mau mengeluarkan jurus. Musik berganti lagi jadi musik-musik elektrik, dan mereka mendadak berlaku seperti robot semua. Musik berikutnya (entah gimana mendeskripsikan musik yang bagian ini), mereka mendadak "error" dan kejang-kejang semua. Di bagian ini, Alfi, Faisal sama TM udah juara banget deh kejang-kejangnya hahaha.
Tiba-tiba, lagunya jadi "Sakitnya Tuh Di Sini" (Cita Citata). Di adegan ini, Ochi menampar TM 4x dan TM terlihat tidak terima dengan perlakuan Ochi. TM lalu mengepalkan tangan, dan sudah siap menonjok Ochi lagi secara slow motion. Lagu langsung berubah jadi "Selepas Kau Pergi" (La Luna). Ceritanya, Ochi langsung memelas gitu mukanya. TM seketika merasa bersalah dan memohon maaf ke Ochi. Di saat itu, Ochi langsung menonjok TM. TM "diselamatkan" anggota gengnya, dan Saras 008 langsung nari-nari "Berhasil! Berhasil! Hore!" ala Dora The Explorer.
Di tengah suasana yang masih memanas antara dua kubu, datanglah "emak-emak rempong" berkebaya hijau yang berusaha melerai mereka yaitu sosok bernama Hazra. Inti dari kehadiran Hazra adalah merepresentasikan angkatan Nostra dengan warna hijaunya dan repetisi kata-kata "kita", seperti: "Kita tidak boleh bertengkar, karena kita adalah saudara. Kita adalah satu keluarga" dan sebagainya. Scene ini pun diakhiri dengan kegiatan maaf-maafan ala halal bihalal pascalebaran.
SCENE 4
Saat transisi antara scene 3 dan scene 4, saat properti masih dimasukkan ke dalam stage, muncullah dua sosok dengan setelan jas hitam-kemeja putih-celana hitam-topi bowler hitam, dengan membawa payung dan muka dirias putih pucat, lengkap dengan kumis ala Charlie Chaplin. Mereka adalah Lambok dan Rezka. Sebenarnya, di sesi ini, mereka 'gabut' banget. Cuma masuk stage, jalan-jalan lucu, dadah-dadah lucu, dan mengganggu Suryo yang berperan sebagai "Pohon Harapan". Ditambah lagi dengan soundtrack lagu L-O-V-E yang bikin semakin lucu. Penonton pun tertawa karena ekspresi lucu dari muka Lambok dan tentu saja, mereka nggak ada yang mengira kalau ketua angkatan mereka mendadak lucu begini. Apalagi, tadi mereka sempat berdansa dengan mesranya hahaha :))
Lagunya habis, berganti dengan soundtrack lagu AADC yang judulnya Suara Hati Seorang Kekasih, dibarengi dengan masuknya Grace sebagai Cinta ke dalam stage yang kemudian duduk di kursi. Cinta bermonolog--bertanya-tanya sendiri mengenai hilangnya Rangga. Bagian ini sedih. Menyayat hati (well, ini hiperbola sih). Tapi, suasana sedihnya emang terasa banget di sini. Lagunya yang melankolis. Ditambah Cinta yang sampai menangis. Akhirnya, Cinta menuliskan harapannya di secarik kertas, dan menempelkannya di Pohon Harapan (baca: Suryo). Cinta pun pergi.
Tidak lama kemudian, Ecan yang berperan sebagai Rangga datang dengan menenteng koper. Dan dengan muka supercool pastinya. Rangga mengeluarkan handphone. Masih dengan muka supercool. Lalu bermonolog, "Iih cinta ke mana sih? Udah di-line 3 hari, nggak dibales-bales. Cuma di-read doang. Yang ada malah Line Let's Get Rich! Emangnya aku martabak apa, yang enak buat dikacangin? Emangnya aku koran, yang cuma dibaca doang?" sambil sedikit pecicilan ke sana kemari. Well, saya yakin di sini ekspektasi penonton yang tinggi terhadap ke-supercool-an tokoh Rangga langsung jatuh karena Rangga yang justru pecicilan dan bukannya sedih, malah sambil senyum-senyum. Rangga pun menuliskan harapannya di Pohon Harapan juga (baca: Suryo yang mukanya full berwarna hijau).
Mungkin karena sudah cukup lelah, Rangga memutuskan untuk pergi. Rangga berjalan ke luar stage dengan menenteng koper. Persis seperti adegan terakhir di AADC Mini Drama. Persis. Tiba-tiba Cinta berjalan di belakang Rangga. Persis. "Jadi beda, satu purnama di New York dan di Jakarta?" ((Ya, meskipun harusnya kata "Jakarta" diganti dengan "Jatinangor" sih.)) Rangga menoleh. "Cinta?" katanya. Mereka mendekat. Terus mendekat. Disertai tatapan yang, ah, sudahlah. Penonton mulai gelisah. Tangan Rangga meraih kedua tangan Cinta. Penonton gelisah dan rusuh. Sudah berpegangan tangan, jarak di antara mereka semakin diperkecil pula. Penonton gelisah, rusuh, dan teramat sangat baper. Saya yakin hati mereka sudah berkecamuk sejak tadi. Dalam hati mereka mungkin "AAAA GUE JUGA MAU KAYAK GITU AAAA". Hati saya juga sih....... Dan akhirnya mereka keluar dari stage sambil bergandengan tangan, diiringi lagu From This Moment!!! AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA PARKIRAN GEDUNG BIRU MENDADAK BAPER BERJAMAAH.
By the way, selama adegan AADC, dari tadi ada sedikit distraction dari pinggir stage. Duo Charlie Chaplin berdiri di situ, sambil sering menunjuk-nunjuk ke arah Cinta dan Rangga. Barulah mereka masuk stage lagi. Mereka pun berdialog. Lambok dengan logat Melayu, dan BangRez dengan logat biasa yang hampir mirip logat Betawi. Intinya, mereka bicara mengenai harapan. Lambok mau jadi ganteng, katanya. BangRez justru meledek. Lambok membalas dengan klimaks, "Kau pikir aku tidak ganteng? Kau pikir kau ganteng? Kau pikir kau ketua angkatan jadi kau ganteng?" dan pertanyaan terakhirnya sukses mengundang gelak tawa penonton.
Ojan pun mendekat. Lambok bilang, "Siape budak tu?" "Nggak tau, siapa sih" "Eh! Eh! Iya, kau! Sini kau!"
Ojan menghampiri mereka.
Lambok : Kau siape?
Ojan : Aku? Nggak tau.
Rezka : Masa ngga tau nama sendiri?
Lambok : Eh, jangan-jangan die orang gile!
Yaa pokoknya terjadi dialog yang kurang lebih begitu. Ojan masih belum tau siapa dirinya dan tidak tau ini tempat apa. BangRez pun menjelaskan kalau ini namanya Taman Harapan (representasi Spekatria). Lalu Ojan ditanya tentang harapannya. Dia masih belum tau harapannya apa. Lambok bilang kalau harapannya ingin jadi ganteng, punya cewek, biar bisa kawin. Kalau BangRez, harapannya sebagai FK Unpad 2014 adalah supaya angkatan kami terus kompak, saling menjaga, bakat-bakatnya dapat tersalurkan dengan baik, bisa selalu dekat, dan sebagainya. Akhirnya Ojan punya harapannya sendiri, yaitu untuk mengetahui siapa dirinya dan untuk apa dia di sini. Kembalilah Suryo menjadi objek untuk ditulisi harapan-harapan mereka.
Di akhir adegan mereka pun masih diselipkan hal lucu. Saat mereka 'pulang', si Duo Chaplin malah ke arah yang berlawanan. "Eh! Rumah kita di mana? Ke sini!" Mereka berbalik badan dan justru ke jalan yang berlawanan dari yang sebelumnya. Setelah Ojan memanggil mereka, barulah mereka pulang ke jalan yang benar (?)
Kembali ke backstage, para pemain sudah mengenakan hoodie yang berwarna gelap, dan memakai topeng putih. Sumpah, ini serem. Selain kami nggak tau siapa yang ada di hadapan kami karena wajahnya tertutup topeng, kami juga terlihat seperti sekumpulan perampok dan pembunuh yang siap mencari korban... Tinggal ditambah pemukul baseball besi dan gergaji mesin, deh... (Oke, abaikan pemikiran ini)
SCENE 5
Musik sudah diputar tanpa transisi sebelumnya. Kami secara berangsur-angsur memasuki stage dengan keabstrakan maksimal. Pokoknya, gaya kami bebas, tapi harus seabstrak mungkin. Ada yang berjalan seperti zombie, ada yang berjalan seperti monyet (Ilham Nikasah), mungkin ada juga yang seperti robot, dan lain-lain. Saya sendiri berjalan ala zombie yang mabuk--seringkali kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Di sini, saya masih memutari stage ala zombie mabuk, barulah saya ke arah tengah, ke tempat saya seharusnya. Tapi, di sini saya agak bingung. Di tengah penglihatan yang agak terbatas karena topeng, saya mencari-cari Ojan. Seharusnya saya berdiri di sebelah kiri Ojan. Tapi yang saya temukan justru sosok perempuan yang ada di sebelah saya. Karena musik sudah mau berganti, akhirnya saya menempatkan diri seadanya, sambil menjulurkan satu tangan ke depan, dan tangan yang satunya lagi saya posisikan di depan perut. Tangan saya seolah mau mencengkram. Kan ceritanya jadi zombie. Akhirnya, Ojan datang juga, di saat yang lain sudah di posisi masing-masing. Saya baru ingat. Ojan pasti ganti bajunya paling terakhir dan paling ribet. Jadi wajar kalau dia agak terlambat.
Sayangnya, Ojan berdiri persis di depan saya, karena nggak ada tempat lagi. Untungnya, setelah musiknya berganti, sekarang waktunya "teatrikal". Di sini semuanya kembali abstrak. Kami memainkan tangan, badan dan mungkin kaki kami, sebebas-bebasnya--mostly tangan sih. Saya pun agak bergeser ke kiri supayatetap eksis tidak terhalang Ojan.
Musik berganti narasi yang menjelaskan tentang pelajaran kehidupan yang udah didapat selama perjalanan ke 3 tempat tadi. Saya nggak hafal sih narasinya gimana. Pokoknya, ini bikin saya cukup baper. Dengan background musik yang menenangkan dan kata-kata puitis yang cukup dalam maknanya. Sampai di kalimat terakhir, "Aku, kamu, kita adalah..." Kami serentak membuka hoodie. Kami lepas topeng kami, dan kemudian kami lemparkan ke depan. Kami silangkan tangan kami di depan dada. Kami serempak teriakkan, "PROXIMA". Iya, Proxima. Nama angkatan kami. FK Unpad 2014. Proxima berasal dari Bahasa Latin yang artinya "dekat". Terima kasih Gio Chafrina, atas usulan namanya, by the way~
Kembang api disulut dan meledak-ledak di angkasa. Lagu I Love It dari Icona Pop diputar. Penonton bertepuk tangan, menyilangkan tangan, yang tadinya duduk jadi berdiri, dan berteriak dengan cukup ramai. Belum selesai. Kami masih harus menyelesaikan flashmob kami. Di sini, kami memasang wajah sebahagia mungkin. Dan, ya, saya lagi-lagi sangat bahagia di sini. Saya bahagia sekaligus bangga karena bisa "memperkenalkan" nama angkatan saya di hadapan kakak-kakak tingkat yang nantinya akan jadi rekan sejawat kami sekitar 5-7 tahun lagi. Saya bahagia karena teman-teman dan kakak-kakak di sekeliling saya juga tampak bahagia. Ah, pokoknya bahagia banget deh. Flashmob kami pun diakhiri dengan formasi yang membentuk "bunga". Dan itulah drama musical dari kami, Proxima :))
N.B: Well, postingan ini masih ada lanjutannya di atas~
Sewaktu menjelang maghrib, saya agak penasaran dengan suasana di luar. Saya coba melihat ke arah venue, dan alhamdulillah! Tidak disangla-sangka, ternyata kakak tingkat yang datang cukup banyak dan ramai... Well, mungkin mereka menunggu hujan reda terlebih dahulu. Atau mungkin banyak dari mereka yang menghadiri acara Megabaksos FK Unpad Fair yang baru selesai sore hari, dan baru berangkat ke sini. Saya takjub, tapi di saat itu juga, saya justru bilang, "Lah kok rame?" saking bingungnya saya hahaha.
Selama menunggu jadwal tampil, kebanyakan dari kami lebih memilih stay di backstage, karena mungkin takut make-up luntur atau takut spoiler. Saya sendiri sih, agak malu kalau harus dilihat oleh yang lain dalam keadaan seperti ini (baca: rambut dikepang dua, berpakaian ala anak SD). Nanti yang ada, saya justru dibilang, "Ini anak SD dari mana?" Maka dari itu, saya ada di belakang-samping kiri panggung, karena saya juga nggak mau melewatkan moment-moment dalam PoA ini. Terlebih lagi karena antusiasme pengunjung yang semakin malam semakin bertambah. Jujur, saya agak iri sama teman-teman yang nggak harus bertugas atau stand-by di backstage. Mereka bisa begitu bebas menikmati acara PoA kali ini. Tapi, Bang Ege (pelatih drama musical kami) mengingatkan, kalau pada malam ini, kamu guest star-nya. Oleh karena itu, kami harus bersikap layaknya guest star dengan memberikan persembahan yang terbaik buat angkatan kami :))
Pokoknya, setelah maghrib, mulai ada penampilan dari kakak-kakak kita. Ada penampilan dari Spekatria, yaitu bandnya Kang Haidar dan kawan-kawan, ada band dari Nostra juga. Giliran performance Statera, mereka mohon maaf karena nggak bisa memberi penampilan band. Sebagai gantinya, diputarlah video dari Statera untuk 2014. Inti videonya adalah: memberikan ucapan selamat datang untuk angkatan kami, 2014. Dan di bagian terakhir, ada Kang Mahdy yang memegang tongsis di tengah ruang lecture, dan akang-teteh statera pada bilang, "Selamat datang, 2014!! Dari kami, 2011, Statera!!" yang dilanjutkan dengan yel-yel, "E! E! E! E! E! ELEVEN BOOM STATERA! ELEVEN BOOM STATERA! ELEVEN WE ARE WE ARE WE ARE BOOM STATERA!!" SUMPAH. VIDEONYA SWEET BANGET, DAN AKANG-TETEH STATERA-NYA KOMPAK BANGET! And I was like.....kenapa sih Statera sebentar lagi udah mau lulus aja... :") Sedih rasanya. Ternyata, omongan teman-teman yang bilang kalau Statera itu angkatan paling kompak, itu benar. Ditambah lagi, setelah menunjukkan video, mereka nge-dance shuffle sekitar 20 orang lebih, dan benar-benar kompak banget. Di sini, saya benar-benar salut!
20 orang lebih berjaket abu-abu
Menari di bawah hujan
Menari di bawah langit pekat
Menari di dalam malam gelap
Sorot lampu tertuju pada mereka
Suara musik menggetarkan telinga
Rasanya bagaikan puncak acara
Semua ini hanya untuk kami
Dari kakak-kakak
Yang sayang pada adik-adiknya
Terima kasih, Statera
Eaaaa asik banget ngga tuh~ Hahaha. Setelah penampilan Statera, ada penampilan MMS yang dibarengi dengan persembahan untuk kakak fasil, di mana setiap fasil memberikan kado atau kenang-kenangan sebagai tanda terima kasih terhadap kakak fasilitatornya. Saya yang sedang berada di backstage, tiba-tiba ditelpon Nopi, karena kado untuk kakak fasil kami masih ada di saya. Tapi, karena suara di luar yang berisik, saya justru emosi di telepon karena Nopi, lawan bicara saya terus-menerus berteriak nyaring sedangkan saya tidak menangkap sama sekali perkataannya. Lantas saya keluar backstage dengan membawa kadonya, dan akhirnya saya berikan kepada Nopi yang menghampiri saya. Ternyata, kakak fasil kami selama mabim, Teh Siti dan Teh Adila, absen. Yang ada justru kakak fasil kami selama OPPEK, yaitu Kak Nadia dan Kak Fithyan. Akhirnya kedua kado itu diberikan kepada mereka, dan anak fasil 4 berfoto sama mereka, sedangkan saya tidak... Lagi-lagi, saya ketinggalan momen :(
Sehabis itu, MMS menyanyikan lagu Hymne FK Unpad (entah ini hymne atau bukan). Dan ternyata, lagu yang sewaktu OPPEK kami nyanyikan dengan irama lambat dan terkesan melankolis, berubah jadi lagu asik yang bisa dipakai jingkrak-jingkrakan. Klimaks. Saya yang berada di samping-kiri-agak-ke-belakang panggung pun nggak mau ketinggalan momen. Saya ikut nyanyi dengan supersemangat, nggak lupa dengan menari-nari nggak jelas dan loncat-loncatan. Apalagi di bagian "Lantang teriakkan, FK Unpad unite!" Rasanya klimaks banget. Rasanya bangga banget sama almamater. Bangga banget sama fakultas sendiri. Di tengah hujan rintik-rintik dan kegelapan langit malam, kami nikmati lagu "hymne" sambil bergoyang ala-ala nonton konser band. Memang band sih, Medical Music Symphony namanya...
Hampir puncak acara, masih ada penampilan dari PSM atau Paduan Suara Mahasiswa.
Tibalah puncak acara. Pengenalan nama angkatan 2014 melalui drama musical! Semua bersiap di samping dan ada juga yang di belakang panggung. Para penonton disuruh agak mundur sedikit, memberi ruang untuk kami tampil. Kami nggak tampil di atas panggung, tapi di depan panggung. Sejajar penonton. Dan.....drama musical pun dimulai!
SCENE 1
Ojan Pratita di tengah panggung, masih meringkuk. Terdengar narasi, "Aku adalah aku. Siapa aku, dan untuk apa aku di sini. Bumi begitu luas. Terlahir dari suatu sudut, untuk mencari tahu siapa aku. Aku adalah aku. Aku adalah aku." Muncullah musik khayangan disertai dengan 4 bidadari berbaju serba putih (Hazra, Sasa, Resti, Yuni) yang masuk, mengitari Ojan sambil menaburkan sesuatu (ceritanya bubuk kehidupan gitu) ke badan Ojan. Mereka kembali ke tempat masing-masing.
Musik berganti jadi sedikit lebih enerjik. Ojan ceritanya "menetas" melalui gerakan-gerakan teatrikal yang sangat W-O-W. Dan pada saat dia "sudah bisa" berdiri, musik berhenti. Dia bingung dan bertanya-tanya sendiri. "Aku siapa? Aku di mana?"
Tiba-tiba telinga kita diusik oleh musik yang sangat aneh dan absurd, dibarengi dengan kedatangan 3 makhluk yang aneh dan absurd juga: Ilham Nikasah sebagai bos yang bergaya ala-ala banci, dengan kacamata hitam, kemeja berwarna ngejreng yang kancing atasnya dibuka, celana pendek ala-ala Hawaii (sepertinya punya Osler), dan "cerutu" di mulutnya; dua pengawal setia bos yaitu Elma dan Oci yang dengan dandanan anehnya setia ngipasin si bos. Ini adegan paling kacau deh. Ketiga orang aneh ini totalitas banget. Nikasah dan dua pengawal rempongnya berhasil memancing gelak tawa penonton.
Begitu musik berhenti, dimulailah percakapan antara bos banci dengan Ojan. Tiba-tiba, Nikasah bicara dengan bahasa dan logat yang kami nggak ngerti sama sekali. Bahasa Thailand, katanya. Padahal, selama latihan, pemakaian bahasa Thailand ini sama sekali nggak ada, dan baru tadi di backstage, Nikasah tiba-tiba bilang, "Gue mau jadi mafia Thailand ah," dan saya kira itu cuma bercandaan dia aja. Dan kelakuannya sukses membuat saya kebelet pipis.....
Setelah bos banci berbicara bahasa manusia lagi ke Ojan, ceritanya si Ojan masih bingung siapa dirinya, dan mau mencari jati diri. Akhirnya, bos memberi peta kepada Ojan, di mana dia harus mendatangi tiga tempat untuk belajar banyak hal dan menemukan jati dirinya. Setelah itu, bos pergi bersama pengawal-pengawalnya, ditambah dengan keempat bidadari yang ikut diajak pergi.
Scene 1 pun selesai, diganti dengan musik transisi, lagu Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada Di Seluruh Dunia - Naif (well, judulnya nggak sepanjang itu sih, tapi lirik itu dinyanyikan berulang-ulang--lirik satu-satunya dalam lagu).
SCENE 2
Begitu mendengar musiknya, yang ada di pikiran saya adalah musik-musik di restoran mahal dengan interior bergaya klasik (padahal saya juga nggak pernah makan di restoran kayak gitu). Ojan masuk dengan muka dan gelagat kebingungan, disambut oleh Citra yang memakai gaun putih dengan aksen warna abu-abu. Citra berkata, "Selamat datang di negeri keseimbangan." Ojan, "Keseimbangan? Apa itu keseimbangan?" Sementara itu, terlihat akang-akang Statera yang mengacungkan dua jari telunjuk ke atas; perlambang keseimbangan. Citra melanjutkan, "Silakan lihat sendiri."
And then, IT WAS MY SCENE!! [Soundtrack: Jagoan (Petualangan Sherina)]
Saya memasuki stage dengan berjalan-setengah-melompat ala bocah SD, dengan baju SD dan rok yang kekecilan, sambil menggendong tas jansport leopard gratisan (kakak saya dapat hadiah doorprize) dan rambut yang dikepang dua. Saya juga diiringi sama anak-anak geng saya, yaitu Hafsah dan Nunu yang juga berpakaian SD disertai topi kupluk merah. Di hadapan saya, Ada Saddam cs, yaitu Natsir sebagai Saddam, didampingi Alma dan Akbar. Awalnya, waktu kami berjalan berhadapan, ceritanya saya mendorong Natsir sampai terjatuh, dan kami, Sherina cs mentertawakan Natsir. Natsir pakai suspender. Kan ceritanya ketua geng. Dan di sini, Natsir cukup berbeda dibandingkan waktu latihan. Natsir lebih childish. Lebih bocah. Tapi juga terlihat lebih senga'. Yaa tipikal Saddam banget deh pokoknya.
Yang saya ingat, pas bagian Sherina ngomong "Ayam jago, kukuruyuuk" saya-nya ber-kukuruyuk sambil maju maju ke arah Saddam cs. Udah kayak orang gila. Di situlah rasa malu saya mulai hilang. Dan ada perbuatan yang tidak pernah ada di adegan Sherina mana pun: sewaktu Saddam nyanyi "Dia pikir, dia yang paling hebat. Merasa paling pintar, dan paling kuat" Natsir menghampiri saya dan ceritanya "menoyor" (men-toyor) kepala saya. Tapi, lebih terlihat kayak menampar sih. Kesannya, gila. Ini anak SD kasar banget hahaha.
Bagian terakhir dari adegan Sherina cs versus Saddam cs adalah, setelah kami saling berbalas ejekan, kami berdiri berjejer, menghadap penonton dan melipat tangan. Keren deh ini pokoknya. Saya dan Natsir di tengah. Iya lah. Tokoh utama kan. Sherina sama Saddam kan. Hahaha bercanda loh...
Tiba-tiba, ada suara bel. Citra bilang, "Anak-anak, waktunya belajar." Kami langsung bergegas duduk, mengeluarkan buku, dan pura-puranya belajar. Saya mengeluarkan buku Helminthology Kedokteran, sedangkan Hafsah bawa buku Essentials of Human Parasitology. Untung yang dibawa bukan Robbins, Guyton, apalagi Katzung ya...... Ini adegan nggak terlalu jelas deh pokoknya. Nggak ada skripnya. Pokoknya kami ngomong-ngomong sendiri aja, sementara Citra menjelaskan kepada Ojan mengenai "Negeri Keseimbangan", di mana kita harus seimbang antara belajar dan bermain. Intinya begitu. Pas udah selesai, kami semua keluar stage sambil dadah-dadah ke Ojan. Setelah itu saya dan teman-teman scene 1 dan 2 langsung bergegas ke backstage buat ganti baju hoodie warna gelap untuk scene terakhir.
SCENE 3
Ojan kembali masuk ke dalam stage dengan keadaan bingung. Tiba-tiba, ada 4 orang laki-laki berbaju entah karate atau taekwondo yang masuk, yaitu TM (Tengku Muhammad) sebagai Wiro Sableng dan anggota gengnya yaitu Faisal, Brandon dan Ivan. Mereka juga datang diiringi lagu Wio Sableng. Awalnya Faisal sok-sok berantem adu jurus sama Faisal, terus TM lipsync lagunya, dan mereka mengepal-ngepalkan tangan ke atas.
Saat mereka asik dengan lagu dan kepalan tangannya, musik terhenti. Lagu Wiro Sableng yang tadinya sangar, digantikan oleh lagu Saras 008 yang centil. Datang 4 perempuan dengan jaket kulit atau jaket jeans, celana jeans dan topeng. Mereka adalah Ochi sebagai Saras 008, Alfi, Stella dan Selvi. Dan mereka nari-nari ala Saras 008. Entah kenapa saya suka banget sama gerakannya Ochi, yang nggak terlalu enerjik kayak Saras 008, tapi terkesan "cool" aja gitu (?)
Lagu Saras selesai, sekarang Wiro Sableng dan Saras pandang-pandangan dengan tatapan "ngajak berantem", dan tiba-tiba Wiro Sableng menonjok Saras. Wiro Sableng cs menyombongkan diri dan Saras cs yang terlihat kesal ingin balas dendam. Terdengar suara "FIREEEEE!" Kedua kubu langsung berhadapan satu lawan satu dan pasang kuda-kuda. Stella vs Ivan, Alfi vs Faisal, Selvi vs Brandon, dan tentu saja, Ochi vs TM. Muncullah lagu Mortal Kombat, dan pertarungan mereka dimulai~ Sewaktu musik berganti, gerakan mereka jadi agak melambat, kuda-kuda lagi seolah mau mengeluarkan jurus. Musik berganti lagi jadi musik-musik elektrik, dan mereka mendadak berlaku seperti robot semua. Musik berikutnya (entah gimana mendeskripsikan musik yang bagian ini), mereka mendadak "error" dan kejang-kejang semua. Di bagian ini, Alfi, Faisal sama TM udah juara banget deh kejang-kejangnya hahaha.
Tiba-tiba, lagunya jadi "Sakitnya Tuh Di Sini" (Cita Citata). Di adegan ini, Ochi menampar TM 4x dan TM terlihat tidak terima dengan perlakuan Ochi. TM lalu mengepalkan tangan, dan sudah siap menonjok Ochi lagi secara slow motion. Lagu langsung berubah jadi "Selepas Kau Pergi" (La Luna). Ceritanya, Ochi langsung memelas gitu mukanya. TM seketika merasa bersalah dan memohon maaf ke Ochi. Di saat itu, Ochi langsung menonjok TM. TM "diselamatkan" anggota gengnya, dan Saras 008 langsung nari-nari "Berhasil! Berhasil! Hore!" ala Dora The Explorer.
Di tengah suasana yang masih memanas antara dua kubu, datanglah "emak-emak rempong" berkebaya hijau yang berusaha melerai mereka yaitu sosok bernama Hazra. Inti dari kehadiran Hazra adalah merepresentasikan angkatan Nostra dengan warna hijaunya dan repetisi kata-kata "kita", seperti: "Kita tidak boleh bertengkar, karena kita adalah saudara. Kita adalah satu keluarga" dan sebagainya. Scene ini pun diakhiri dengan kegiatan maaf-maafan ala halal bihalal pascalebaran.
SCENE 4
Saat transisi antara scene 3 dan scene 4, saat properti masih dimasukkan ke dalam stage, muncullah dua sosok dengan setelan jas hitam-kemeja putih-celana hitam-topi bowler hitam, dengan membawa payung dan muka dirias putih pucat, lengkap dengan kumis ala Charlie Chaplin. Mereka adalah Lambok dan Rezka. Sebenarnya, di sesi ini, mereka 'gabut' banget. Cuma masuk stage, jalan-jalan lucu, dadah-dadah lucu, dan mengganggu Suryo yang berperan sebagai "Pohon Harapan". Ditambah lagi dengan soundtrack lagu L-O-V-E yang bikin semakin lucu. Penonton pun tertawa karena ekspresi lucu dari muka Lambok dan tentu saja, mereka nggak ada yang mengira kalau ketua angkatan mereka mendadak lucu begini. Apalagi, tadi mereka sempat berdansa dengan mesranya hahaha :))
Lagunya habis, berganti dengan soundtrack lagu AADC yang judulnya Suara Hati Seorang Kekasih, dibarengi dengan masuknya Grace sebagai Cinta ke dalam stage yang kemudian duduk di kursi. Cinta bermonolog--bertanya-tanya sendiri mengenai hilangnya Rangga. Bagian ini sedih. Menyayat hati (well, ini hiperbola sih). Tapi, suasana sedihnya emang terasa banget di sini. Lagunya yang melankolis. Ditambah Cinta yang sampai menangis. Akhirnya, Cinta menuliskan harapannya di secarik kertas, dan menempelkannya di Pohon Harapan (baca: Suryo). Cinta pun pergi.
Tidak lama kemudian, Ecan yang berperan sebagai Rangga datang dengan menenteng koper. Dan dengan muka supercool pastinya. Rangga mengeluarkan handphone. Masih dengan muka supercool. Lalu bermonolog, "Iih cinta ke mana sih? Udah di-line 3 hari, nggak dibales-bales. Cuma di-read doang. Yang ada malah Line Let's Get Rich! Emangnya aku martabak apa, yang enak buat dikacangin? Emangnya aku koran, yang cuma dibaca doang?" sambil sedikit pecicilan ke sana kemari. Well, saya yakin di sini ekspektasi penonton yang tinggi terhadap ke-supercool-an tokoh Rangga langsung jatuh karena Rangga yang justru pecicilan dan bukannya sedih, malah sambil senyum-senyum. Rangga pun menuliskan harapannya di Pohon Harapan juga (baca: Suryo yang mukanya full berwarna hijau).
Mungkin karena sudah cukup lelah, Rangga memutuskan untuk pergi. Rangga berjalan ke luar stage dengan menenteng koper. Persis seperti adegan terakhir di AADC Mini Drama. Persis. Tiba-tiba Cinta berjalan di belakang Rangga. Persis. "Jadi beda, satu purnama di New York dan di Jakarta?" ((Ya, meskipun harusnya kata "Jakarta" diganti dengan "Jatinangor" sih.)) Rangga menoleh. "Cinta?" katanya. Mereka mendekat. Terus mendekat. Disertai tatapan yang, ah, sudahlah. Penonton mulai gelisah. Tangan Rangga meraih kedua tangan Cinta. Penonton gelisah dan rusuh. Sudah berpegangan tangan, jarak di antara mereka semakin diperkecil pula. Penonton gelisah, rusuh, dan teramat sangat baper. Saya yakin hati mereka sudah berkecamuk sejak tadi. Dalam hati mereka mungkin "AAAA GUE JUGA MAU KAYAK GITU AAAA". Hati saya juga sih....... Dan akhirnya mereka keluar dari stage sambil bergandengan tangan, diiringi lagu From This Moment!!! AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA PARKIRAN GEDUNG BIRU MENDADAK BAPER BERJAMAAH.
By the way, selama adegan AADC, dari tadi ada sedikit distraction dari pinggir stage. Duo Charlie Chaplin berdiri di situ, sambil sering menunjuk-nunjuk ke arah Cinta dan Rangga. Barulah mereka masuk stage lagi. Mereka pun berdialog. Lambok dengan logat Melayu, dan BangRez dengan logat biasa yang hampir mirip logat Betawi. Intinya, mereka bicara mengenai harapan. Lambok mau jadi ganteng, katanya. BangRez justru meledek. Lambok membalas dengan klimaks, "Kau pikir aku tidak ganteng? Kau pikir kau ganteng? Kau pikir kau ketua angkatan jadi kau ganteng?" dan pertanyaan terakhirnya sukses mengundang gelak tawa penonton.
Ojan pun mendekat. Lambok bilang, "Siape budak tu?" "Nggak tau, siapa sih" "Eh! Eh! Iya, kau! Sini kau!"
Ojan menghampiri mereka.
Lambok : Kau siape?
Ojan : Aku? Nggak tau.
Rezka : Masa ngga tau nama sendiri?
Lambok : Eh, jangan-jangan die orang gile!
Yaa pokoknya terjadi dialog yang kurang lebih begitu. Ojan masih belum tau siapa dirinya dan tidak tau ini tempat apa. BangRez pun menjelaskan kalau ini namanya Taman Harapan (representasi Spekatria). Lalu Ojan ditanya tentang harapannya. Dia masih belum tau harapannya apa. Lambok bilang kalau harapannya ingin jadi ganteng, punya cewek, biar bisa kawin. Kalau BangRez, harapannya sebagai FK Unpad 2014 adalah supaya angkatan kami terus kompak, saling menjaga, bakat-bakatnya dapat tersalurkan dengan baik, bisa selalu dekat, dan sebagainya. Akhirnya Ojan punya harapannya sendiri, yaitu untuk mengetahui siapa dirinya dan untuk apa dia di sini. Kembalilah Suryo menjadi objek untuk ditulisi harapan-harapan mereka.
Di akhir adegan mereka pun masih diselipkan hal lucu. Saat mereka 'pulang', si Duo Chaplin malah ke arah yang berlawanan. "Eh! Rumah kita di mana? Ke sini!" Mereka berbalik badan dan justru ke jalan yang berlawanan dari yang sebelumnya. Setelah Ojan memanggil mereka, barulah mereka pulang ke jalan yang benar (?)
Kembali ke backstage, para pemain sudah mengenakan hoodie yang berwarna gelap, dan memakai topeng putih. Sumpah, ini serem. Selain kami nggak tau siapa yang ada di hadapan kami karena wajahnya tertutup topeng, kami juga terlihat seperti sekumpulan perampok dan pembunuh yang siap mencari korban... Tinggal ditambah pemukul baseball besi dan gergaji mesin, deh... (Oke, abaikan pemikiran ini)
SCENE 5
Musik sudah diputar tanpa transisi sebelumnya. Kami secara berangsur-angsur memasuki stage dengan keabstrakan maksimal. Pokoknya, gaya kami bebas, tapi harus seabstrak mungkin. Ada yang berjalan seperti zombie, ada yang berjalan seperti monyet (Ilham Nikasah), mungkin ada juga yang seperti robot, dan lain-lain. Saya sendiri berjalan ala zombie yang mabuk--seringkali kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Di sini, saya masih memutari stage ala zombie mabuk, barulah saya ke arah tengah, ke tempat saya seharusnya. Tapi, di sini saya agak bingung. Di tengah penglihatan yang agak terbatas karena topeng, saya mencari-cari Ojan. Seharusnya saya berdiri di sebelah kiri Ojan. Tapi yang saya temukan justru sosok perempuan yang ada di sebelah saya. Karena musik sudah mau berganti, akhirnya saya menempatkan diri seadanya, sambil menjulurkan satu tangan ke depan, dan tangan yang satunya lagi saya posisikan di depan perut. Tangan saya seolah mau mencengkram. Kan ceritanya jadi zombie. Akhirnya, Ojan datang juga, di saat yang lain sudah di posisi masing-masing. Saya baru ingat. Ojan pasti ganti bajunya paling terakhir dan paling ribet. Jadi wajar kalau dia agak terlambat.
Sayangnya, Ojan berdiri persis di depan saya, karena nggak ada tempat lagi. Untungnya, setelah musiknya berganti, sekarang waktunya "teatrikal". Di sini semuanya kembali abstrak. Kami memainkan tangan, badan dan mungkin kaki kami, sebebas-bebasnya--mostly tangan sih. Saya pun agak bergeser ke kiri supaya
Musik berganti narasi yang menjelaskan tentang pelajaran kehidupan yang udah didapat selama perjalanan ke 3 tempat tadi. Saya nggak hafal sih narasinya gimana. Pokoknya, ini bikin saya cukup baper. Dengan background musik yang menenangkan dan kata-kata puitis yang cukup dalam maknanya. Sampai di kalimat terakhir, "Aku, kamu, kita adalah..." Kami serentak membuka hoodie. Kami lepas topeng kami, dan kemudian kami lemparkan ke depan. Kami silangkan tangan kami di depan dada. Kami serempak teriakkan, "PROXIMA". Iya, Proxima. Nama angkatan kami. FK Unpad 2014. Proxima berasal dari Bahasa Latin yang artinya "dekat". Terima kasih Gio Chafrina, atas usulan namanya, by the way~
Kembang api disulut dan meledak-ledak di angkasa. Lagu I Love It dari Icona Pop diputar. Penonton bertepuk tangan, menyilangkan tangan, yang tadinya duduk jadi berdiri, dan berteriak dengan cukup ramai. Belum selesai. Kami masih harus menyelesaikan flashmob kami. Di sini, kami memasang wajah sebahagia mungkin. Dan, ya, saya lagi-lagi sangat bahagia di sini. Saya bahagia sekaligus bangga karena bisa "memperkenalkan" nama angkatan saya di hadapan kakak-kakak tingkat yang nantinya akan jadi rekan sejawat kami sekitar 5-7 tahun lagi. Saya bahagia karena teman-teman dan kakak-kakak di sekeliling saya juga tampak bahagia. Ah, pokoknya bahagia banget deh. Flashmob kami pun diakhiri dengan formasi yang membentuk "bunga". Dan itulah drama musical dari kami, Proxima :))
N.B: Well, postingan ini masih ada lanjutannya di atas~
Comments
Post a Comment