OSCE GIS-GUS: Sakarepmu
Gastrointestinal System (GIS):
1. Nasogastric Tube (NGT)
2. History Taking & Physical Examination Dehydration (HT PE Dehydration)
3. HT PE Acute Abdomen
4. HT PE Groin Lump
5. IV Line
6. HT PE Jaundice
7 Breastfeeding Counseling
Genitourinary System (GUS):
1. Pediatric Blood Pressure
2. Catheterization
3. HT PE GUS
4. Suprapubic Puncture
5. Digital Rectal Examination (DRE)
6. Veneorological Examination
7. Gram-Staining
8. Circumcision
Ini adalah kali pertama OSCE kami dilakukan SEBELUM SOOCA. Jarak antara OSCE dan SOOCA pun hanya TIGA HARI. Yap, dan di tengah ke-super-tidak-siap-an SOOCA akibat intervensi pengambilan data skripsi, saya akhirnya baru belajar OSCE di H-2.
H-2 OSCE
Kebetulan hari ini saya sedang tidak berpuasa dan semalam tidur sudah cukup larut pasca memaksakan diri menyelesaikan draf SOOCA kasus Urolithiasis, sehingga saya baru bangun pukul 8 hehehe. Begitu bangun pun kinerja saraf simpatetik dan hormon stres saya belum teraktivasi. Jadilah pagi ini hanya dihabiskan untuk menonton video OSCE dari youtube.
Siang hari, saya baru mulai membuat draf HT PE Acute Abdomen dan Groin Lump. Padahal, saya sudah mengeprint draf Nostra. Eh, tapi baru kemarin atau dua hari yang lalu, draf SOOCA Proxima di-release dan katanya ada beberapa perbedaan dengan draf Nostra. Akhirnya, saya malah hampir tidak menggunakan draf Nostra dan justru membuat draf lagi hahaha. Berasa waktunya lowong ya...
Sekitar setelah Ashar, saya justru kembali belajar SOOCA dan membuat FCM case Hepatitis. Barulah di malam hari, saya belajar Breastfeeding Counseling dan Veneorological Exam. Khusu Veneorological, kali ini saya memanfaatkan boneka Paddington Bear saya (lagi dan lagi). Ketika inspeksi dan palpasi inguinal, saya palpasi juga inguinalnya. Sewaktu saya periksa penis, saya jadikan tangannya sebagai penis dan lengan bajunya sebagai preputium HAHAHA.Satu lagi, saya menggunakan kedua kaki boneka Proxy mini sewaktu palpasi testis. Intinya, boneka-boneka saya sudah mulai ternodai di OSCE kali ini:(
H-1 OSCE
Hormon stres masih belum teraktivasi juga, tapi saya coba untuk belajar. Siangnya saya justru ke Jatos untuk mengganti baterai jam tangan, lalu berbelanja di Griya dan berbelanja stabilo, lem, tipe-x, dan pulpen yang entah kenapa semuanya habis di hari-hari menjelang ujian ini :(
Sampai malam, saya baru membuat sekitar 12 draf, itupun ada beberapa yang belum saya hafal sama sekali seprti suprapubic puncture, DRE, catheterization, HT PE jaundice, HT PE dehydration, pediatric BP, HT PE GUS, dan NGT. Saya pun jam 8-10 malam baru belajar sirkumsisi dengan Azizah. Penis-nya menggunakan terong punya Nisa, dengan kondom sutra yang dijadikan kulit penis... Bahkan di malam itu saya sudah menghabiskan sekitar 4 kondom akibat ada yang tiba-tiba ring-nya lepas, ada yang dipotongnya terlalu banyak sampai terongnya "tenggelam", dll. Pokoknya memasang kondom ini PR banget, mana licin-licin geuleuh gitu.... Hahaha. Sekitar jam 10 pun saya justru mengantuk dan tiduur~
Kamis, 8 Juni 2017. Pagi ini, sekalipun tidak puasa, saya bangun bersama orang-orang yang sahur demi OSCE! Dimulai dengan pembuatan draf sirkumsisi, melengkapi draf HT PE dehidrasi, sampai mengulang hafalan station dari awal. Sekarang saya baru sadar kalau saya masih belum menguasai suprapubic puncture, khususnya urutan tindakan di bagian persiapan dan DRE karena memang belum terbayang juga nanti "benda" seperti apa yang akan saya temukan di pemeriksaan colok dubur. HT PE GUS bahkan belum saya pelajari sama sekali karena tahun lalu dan kemarin tidak keluar...
Sekitar jam 6, saya sudah mandi, sudah siap dengan tas ransel berisi modul + catatan + roti + telur rebus + susu + berjuta cemilan in case mendapat kloter siang, tas jinjing berisi surgical set + syringe + IV catheter + spygmomanometer + my lovely Paddington Bear, ditambah dengan jas lab berisi dua pulpen di saku. Perut juga sudah cukup kenyang setelah diisi semangka sepotong roti, dan sebutir telur rebus. Sekarang, tinggal otaknya yang belum "kenyang" hahaha. Ternyata OSCE kali ini jauh lebih parah dari semua OSCE yang pernah saya lalui. Di hari-H pun, yang sudah dihafal dengan cukup mantap baru 7/15 station :")
Sesampainya di FK, kali ini ruang isolasi tidak di C6.3 karena katanya panas dan kasihan kalau harus berjalan jauh di saat kami sedang puasa :") Isolasi pun di gedung C5.3. Saya dan Azizah duduk di kursi kiri depan, di belakang mawapres (re: Hasna), lalu Refi datang dan duduk di sebelah saya. Sambil minum susu indomilk pisang (ena ya di saat yang lain puasa), saya mencoba menghafal suprapubic puncture, DRE, dan catheterization. Bahkan tidak bisa disebut menghafal, karena belum sempat diulang lagi tanpa melihat catatan :(
Ketika Pak Rahman dan Pak Adim mulai memasuki ruangan, saya mulai palpitasi. Baru kali ini. Kemarin-kemarin, bahkan tadi pagi, rasanya masih biasa saja seolah tidak ada ujian hari ini... Kali ini, saya benar-benar merasa tidak siap kalau kloter pertama. Tapi kalau kloter kedua, insyaa Allah saya siap karena masih ada waktu menghafal :)
Pukul setengah delapan, nama-nama mulai dipanggil. Dimulai dari wing D. Saya langsug makin palpitasi karena biasanya saya di wing D. Ternyata anak Twinning. Alhamdulillah. Lanjut ke wing C, nama pertama yang dipanggil adalah "Luthfi Rahman". Saya sempat lega, tapi setelah saya ingat, Upi NPM-nya masih di bawah saya 2 nomor... Saya pun berniat ke kamar mandi untuk mengosongkan vesika urinaria yang sudah distensi ini. Tapi, karena penasaran dengan nama-nama wing B, saya putuskan untuk mendengarkan terlebih dahulu. Dan benar, nama saya disebut juga di paling akhir. Saya langsung kaget se-kaget-kagetnya dan masih tidak percaya!! Saya se-tidak siap itu....
Pasrah, saya ambil tas dan mulai ikut berbaris. Dokter Achadiyani masuk dan memberikan semangat kepada kami. Duh, memang ya beliau "ibunda" sekali :") Beliau pun memberi waktu 2 menit untuk ke kamar mandi dan saya langsung berlari hahaha. Setelah itu, barulah kami turun. Saya akan ujian di C5 di ruang skills lab tahun 4 yang sudah sangat sering saya huni saat OSCE.
Sewaktu berbaris, sepertinya belum semua dosen penguji hadir. Dokter Putri, selaku koordinator tahun 3 pun masih mondar-mandir sambil panik karena ada dokter yang belum datang atau tidak bisa dihubungi. Wah, berdedikasi sekali memang. Semangat ya, Dok! :")
Di tengah ke-hectic-an pagi ini, tiba-tiba muncul dr. Deni dan secara kebetulan, sang anak tercinta (Al) sudah berbaris di barisan wing A. Al langsung menghampiri ayahanda tercinta, dan yaa seperti biasalah momen ayah-anak yang super-unyu itu terjadi (NAON). Dokter Deni justru mengajak anaknya selfie sebelum OSCE hahaha lucu pisan sih, Dok.
Salah satu hal yang bisa-menjadi-enak-atau-tidak-enak pada kloter pertama adalah kita bisa melihat siapa saja dosen yang masuk ke wing kita. Kalau ada dosen yang ramah/murah nilai masuk, kita langsung bahagia. Tapi, kadang jadi sedih ketika tiba-tiba dokter itu keluar dari wing kita menuju wing lain. Seperti yang dialami wing A, ketika dr. AA (nama disamarkan) awalnya sudah masuk, tapi di menit terakhir justru keluar ke arah parkiran dan tidak kembali lagi :")
Kami pun akhirnya masuk, dan dr. Putri langsung menginstruksikan untuk berdiri di depan station masing-masing, berdasarkan urutan baris tadi. Karena saya urutan terakhir, jadi, lagi-lagi saya harus memulai OSCE di rest station.. :")
TEEEET
Bel pertama berbunyi, tandanya membaca soal. Gio (Chaf) yang ada di station 1 pun membuka soal, sedangkan saya berusaha membaca tulisan di kertas soalnya dari jauh. Oh, ternyata station pertama adalah NGT. Selama menunggu di rest station, saya mencoba mengingat lagi NGT dan minum air putih hahaha.
Station 1
Masuk, informed consent, menyiapkan alat, memakai handglove. Pengerjaan terhitung lancar, sampai akhirnya NGT-nya stuck, tidak bisa dimasukkan lebih dalam. Sepertinya terpentok sesuatu yang mungkin adalah percabangan dari faring. Harusnya, pada kondisi ini, pasien diminta menundukkan kepala. Tapi, ya gimana caranya menundukkan kepala manekin dan menahannya sepanjang proses pemasangan... Akhirnya saya coba dorong terus NGT-nya, sampai akhirnya sang dokter penguji berkata, "Udah, udah masuk." Alhamdulillaaah. Selanjutnya pun lancar sampai akhir. Lalu sang dokter mengajari saya cara memegang NGT yang lebih baik sambil digulung, agar tidak ribet saat pemasangan. Duh, dokternya baik pisan. Terima kasih banyak, Dok!
Station 2
HT PE Dehydration! Station ini dihuni seorang dokter perempuan yang saya tidak tahu namanya, seorang ibu-ibu, dan (manekin) anak. Anamnesis dimulai. Di tengah jalan, otak saya nge-blank. Saya tidak ingat lagi apa yang harus ditanyakan. Saya sempat terdiam beberapa detik sebelum akhirnya memutuskan untuk lanjut ke pemeriksaan fisik. Setiap melakukan satu pemeriksaan, sang dokter langsung menjawab mengenai kondisi anaknya. Setelah itu, saya menyimpulkan bahwa si anak terkena diare dengan dehidrasi tingkat sedang, memberi tahu tentang rencana pengobatan yang diberikan, serta edukasi tentang pemberian makanan dan minuman pada anak yang terkena diare. Ketika sudah selesai, sang dokter berusaha memecah keheningan dengan menanyakan asal SMA saya.
Station 3
Station surga berikutnya: breastfeeding counseling! Dihuni oleh dr. Mulya obgyn, seorang ibu dengan manekin anak, serta manekin payudara (yang sebenarnya terkena kanker). Ini merupakan station terbahagia saya karena sala benar-benar berbicara dengan ekspresif ke si ibu hahaha. Dilengkapi dengan segala hiperbola, "Wah, Ibu udah hebat banget mau menyusui anaknya! Padahal nggak semua ibu loh mau menyusui anaknya" untuk memberi dukungan pada si ibu untuk terus menyusui anaknya. Yaa alhamdulillah lancar sekalipun agak awkward di sini. Sewaktu saya meminta si ibu mencontohkan cara menyusui, beliau malah berkata, "Dicontohinnya di situ (manekin payudara) aja." Saya justru ngotot, "Di sini (baca: dicontohkan sama si ibu) aja, Bu" karena mager memegang manekin bayinya HAHAHA. Lalu si ibu terlihat malu-malu gitu. Tapi setelah dipikir-pikir, kalau saya jadi beliau, ya saya malu juga sih menyontohkan cara menyusu, sedangkan di dekat situ ada dokter laki-laki hahaha maafkan saya, Bu... Terakhir, ketika bel berbunyi, saya berterima kasih kepada si ibu dan dr. Mulya, lalu beliau menjawab "Yoi.." haha saya suka gaya Dokter.
Station 4
Pediatric blood presurre yang belum terlalu saya pelajari Begitu masuk, betapa tenang hati saya melihat pengujinya adalah dr. Ahmed. Saya pun langsung memulai pemeriksaan.Uniknya, beliau sangat motil ya. Kadang ada di sebelah kanan saya, tapi tiba-tiba menghilang dan sudah berdiri di sudut kiri dekat pintu masuk. Beliau sempat menanyakan kembali tentang kapan harus berhenti memompa spygmomanometer. Setelah pemeriksaan selesai, sekarang waktunya interpretasi hasil dengan tabel precentile dan lain-lain. Keunikan kedua adalah beliau melipat-lipat kertas sedemikian rupa dan dituliskan "penggaris" untuk membantu kami mencocokkan angka di grafik. Duh, kreatif dan baik pisan sih, Dok :")
Station 5
Station kali ini adalah suprapubic puncture. Nah ini nih. Pokoknya saya lupa sama prosedur-prosedur di awal. Kapan harus mengoleskan povidone iodine, kapan harus memasang duk bolong, kapan harus melakukan anestesi. Ditambah saya juga banyak ragu-ragu. Mau mengambil lidocaine ragu, "Ini diambil beneran, Dok?" mau menusukkan IV catheter pun ragu, "Ini ditusuk ke sini, Dok?" sampai sang dokter penguji kesal sepertinya hahaha. "Udah kamu lakuin aja, nggak usah nanya," kata beliau. Ya, beginilah kalau belajarnya kurang. Jadi nggak ngerti apa-apa begini...
Station 6
Dihuni oleh manekin selangkangan laki-laki dan seorang dokter spesialis kulit. Veneorological exam! Langsung informed consent, pakai glove, dan mulai melakukan pemeriksaan. Tiba-tiba sang dokter bertanya, "Kamu bukan orang Malaysia?" Yha, ini kedua kalinya saya disangka orang Malaysia hahaha. Yak lanjut, pemeriksaan berjalan cukup lancar sampai akhir, sekalipun ada yang sempat terlewat dan baru saya lakukan di akhir. Beliau pun bilang, "Kamu ada yang kurang satu." Setelah ditanya yang kurang yang mana, ternyata itu tadi yang sudah saya lakukan tapi di akhir. Hehehe alhamdulillah paling tidak amanlah station ini..
Station 7
PE acute abdomen yang dihuni oleh seorang pasien yang berbaring dan dr. Kiki. Karena hanya pemeriksaan dan tidak anamnesis, saya justru agak bingung di awal. Lalu saya bilang saja mau memeriksa vital sign. Eh, sama dokternya disuruh melakukan. Kebetulan di dekat tempat tidur ada spygmomanometer, Awalnya saya agak ragu dan bingung, karena selama skill's lab, pemeriksaan vital sign hanya disebutkan saja, tidak dilakukan. Akhirnya saya benar-benar mengukur tekanan darah pasien. Setelah itu, saya mendadak lupa vital sign itu apa saja. Melihat ada termometer, saya lantas mengambilnya dan mendekatkannya ke ketiak pasien. "Udah, udah. Normal," kata sang dokter. Jadilah saya langsung melanjutkan ke inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi seperti biasanya. Satu hal yang membuat saya cukup bangga adalah: hasil perkusi saya bisa berbunyi dengan cukup keras! Setelah selama ini ketukan saya terlalu lemah hahaha
Station 8
Masuk, ada manekin tangan beserta satu set peralatan infus beserta darah-darahan. Hahaha, inilah IV line yang sebenarnya belum saya pelajari dengan baik karena tidak punya alat infus asli. Tapi, ya sudahlah. Begitu mau menyiapkan anak, sang dokter penguji menyuruh saya untuk informed consent kepada pasien (baca: mas-mas yang bertugas merapikan alat). Saya pun informed consent, menyiapkan alat, dan mulai beraksi. Alhamdulillah, vena yang ditusuk benar, sehingga keluarlah backflow seperti yang diharapkan.
Begitu mau memasangkan infus, dokter penguji saya protes, "Itu kalo kaya gitu mah copot kateternya." Ternyata saya kurang dalam menusuknya. "Kamu harusnya belum dilepas torniquetnya," "Itu gimana kamu mau masukin kalo ditekan sama jari kamu," "Iya dorong, dorong terus sampai habis kateternya. Baru kamu tahan pakai jari." Alhamdulillah, ternyata kealpaan saya ditutupi oleh penguji yang berbaik hati mengoreksi kesalahan saya dan bahkan membimbing saya untuk melakukannya dengan benar. Dan alhamdulillah juga, darahnya tidak muncrat keluar! Alhamdulillaaah. Sekalipun pada akhirnya beliau bertanya, "Kamu belajar ngga?" dan membuat saya waswas karena takut akan diremedkan oleh beliau. Terakhir, ketika melepas infus. Saya lupa kalau flow regulatornya masih membuka. Jadilah airnya mengucur, lalu langsung saya alirkan ke tempat sampah yang di bawah, lalu saya langsung kabur keluar ruangan karena sudah bel HAHAHA maafkan saya, Dok...
Station 9
Station DRE yang berisi manekin bokong dan dr.R (nama disamarkan). Awalnya beliau mempersilakan untuk membaca soal kembali. Barulah setelah itu saya mulai melakukan informed consent dan pemeriksaan ke pasien. Baru mulai memasukkan jari, tiba-tiba terasa seperti massa yang besar di arah jam 12. Saya sempat menyebutkan ada masa, lalu berliau bertanya, "Langsung ada massa, gitu?" Waduh, pokoknya saya lupa, karena dulu sewaktu belajar di skills, tidak terlalu didampingi dosen, jadi agak bingung memang. Belum lagi saya yang lupa kalau pemeriksaan prostat harus periksa apa saja. Saya makin bingung. Begitu mau skip dulu ke bulbocavernous reflex, kata beliau, "Kamu ini pemeriksaan dalamnya aja belum." Yah, salah lagi.
Di tengah-tengah, beliau bertanya,
dr.R: Kamu posisinya di sebelah mananya pasien?
ASN: (sebenarnya ngasal) Hmm kanan, Dok.
dr.R: Kamu kena kaki pasien dong?
ASN: Hmmm ya udah berarti di depan, Dok.
dr.R: Kamu di antara dua paha pasien gitu?
ASN: ...... (dalam hati, "Terus aku kudu piye, Dok?!?!")
dr.R: Ya sakarepmulah...
HAHAHA. Dalam hati saya langsung berpikir, "Yah, udah sih remed ini." Akhirnya saya sempat terdiam sekian lama karena benar-benar lupa apa yang harus disebutkan. "Ini bukan hafalan ya. Kamu sebut apa yang kamu temukan," tambah beliau. Semakin suram. Saat saya menyebutkan ada perbesaran, beliau tanyakan lagi, "Kalau ada perbesaran, emang normalnya gimana? Ada ukuran normalnya ngga?" Jeng jeng jeng. Ah sudahlah. Saya kembali diam dengan jari masih di dalam bokong. Tiba-tiba bel pun berbunyi, saya langsung melepas glove dan beranjak keluar. "Kamu nggak siap ya?" tanya beliau. "Station ini emang belum mendalam, Dok, saya belajarnya."
Station 10
Masuk-masuk, disambut oleh Bu Yanti (again, setelah OSCE sebelumnya bertemu beliau di pewarnaan Ziehl Nielsen) beserta seperangkat alat gram staining. Seperti biasa, menggunakan handglove, lalu menyalakan api di pembakar spritus untuk membersihkan glass slide. Sepertinya agak sedikit terkena tangan, jadi jari saya sempat merasa panas tadi karena kena hawa-hawa api huhu. Lanjut, prosedur cukup lancar, kecuali saat saya mau mematikan pembakar spritus. Karena takut terkena api lagi--apalagi dengan sarung tangan latex yang mudah terbakar--saya justru agak "melempar" tutupnya dan malah terpental hahaha. "Kamu jangan takut-takut nutupnya, jangan malah dilempar," kata Bu Yanti haha. Akhirnya saya malah mencari-cari tutup yang terlembar ke balik meja, lalu mencoba menutup dari samping. Alhamdulillah bisaa.
Saya lanjutkan proses staining, ditutup dengan prosesi melihat mikroskop demi mencari bakteri Neisseria gonorrhoeae si diplococcus gram negatif. Tinggal memainkan pemutar halus, alhamdulillah sudah ketemu. Beliau meminta saya menunjukkan bakterinya ada di arah jam berapa, termasuk intrasel atau ekstrasel. Sempat terjadi kesalahpahaman dalam penunjukan arah, tapi alhamdulillah akhirnya kami sepakat juga mengenai temuan kali ini. "Kalau kamu mau lihat yang ekstrasel, itu ada di arah jam3," kata beliau. Wah benar, ternyata ada. Mungkin tadi saya yang kurang memperhatikan hehehe.
Station 11
Sesuai dengan keinginan saya, alhamdulillah station sirkumsisi menjadi station terakhir saya! Sewaktu masuk dan melewati tirai yang ada, betapa bahagianya hati ini melihat pengujinya adalah dr.L yang dikenal sangat santai dan murah hati terhadap mahasiswanya, apalagi saat menguji OSCE. Sayangnya, saya justru agak terbolak-balik saat melakukan prosedur di awal. Klasik pisan. Lupa kapan harus mengoleskan kasa berisi povidone iodine/normal saline, lupa kapan harus memasangkan duk bolong, dll. Manekin penis yang sudah diberi kondom (ceritanya preputium/foreskin yang akan dikhitan) itu langsung saya retraksi dengan klem arteri. Setelah itu, dilakukan pembersihan smegma, baru dikembalikan lagi. Pasang klem segala macam, sampai ke prosedur pengguntingan secara sirkuler. Lanjut ke melakukan ligasi/penjahitan yang saya mulai di arah jam 12. Selesai menjahit, beliau berkata, "Anggap sudah jahitannya." Saya langsung ke prosedur berikutnya, tapi saya lupa menyebutkan penjahitan "Figure of Eight" yang saya kira masih satu ceklisan dengan ligasi arah jam 12, 3, dan 9. Saya juga lupa evaluasi dan lain-lain. Malahan saya langsung membersihkan alat hahaha. Bel pun berbunyi, tanda OSCE telah berakhir~
Selepas OSCE, saya langsung mengalami sakit kepala tipikal post-ujian (khususnya SOOCA dan OSCE). Saya pun pulang, makan, minum parasetamol, tidur dari jam 11, bangun jam 2. Sakit kepala masih belum juga hilang. Mendengar suara-suara orang di depan kamar, saya langsung bergabung untuk bersosialisasi dan membicarakan OSCE. Wah, pokoknya banyak cerita unik tentang penguji, pasien, maupun keanehan-keanehan lainnya. Pembicaraan berlangsung sampai jam 4, lalu saya membuat mie karena sudah lapar lagi.
Malamnya, sekitar jam 6, pengumuman remedial sudah ada. Benar, saya remed station DRE. Dan yang tidak terlalu disangka, saya juga remedial sirkumsisi! Tapi, jumlah station yang direkap ternyata masih kurang 2. Malamnya, baru ada hasil rekapan yang lengkap, dan ternyata saya remedial suprapubic puncture juga. Wah, memang ketiga station tersebut adalah yang paling minim persiapannya. Alih-alih belajar, saya justru tidur jam 9 kurang, karena sakit kepala yang tak kunjung mereda.
Jumat, 9 Juni 2017. Tiba-tiba, saya terbangun jam 1 pagi. Sakit kepala masih setia... Atas saran Kang Akbar, saya pun mandi air hangat, dengan niat agar lebih rileks dan mengurangi tension headache ini. Setelah itu pun saya baru tidur lagi sekitar jam setengah 3, lalu bangun lagi setengah 5. Barulah saya belajar lagi DRE, suprapubic puncture, dan sirkumsisi.
Berangkat sekitar jam setengah 7 kurang bareng Fairuz, dan langsung naik ke C6.3 yang sudah dihuni oleh manusia-manusia Proxima dan Scadytra yang remedial OSCE. Saya duduk bersama manusia-manusia Domus tambah Muyas dan Lita. Bukanna belajar, kami malah cerita-cerita OSCE dan ketawa-ketawa. Memang ya manusia tahun 3 ya begini. Otak udah saking exhausted-nya, makanya kami sudah menganggap semua ini lelucon yang pantas ditertawakan hahaha.
Bapak pemanggil nama mulai datang, tapi beliau malah memanggil satu-persatu nama anak Scadytra. Duh, Pak. Keburu buka puasa ini mah... Belum lagi suara di C6.3 berisik, jadinya informasi tidak bisa didengar jelas. Untungnya Maudy berinisiatif untuk mengambil alih mikrofon. Sepeerti biasa, kertas remedial dipegang oleh satu orang per jumlah station yang remed. Saya yang remedial 3 station bergabung dengan orang-orang yang senasib. Masih menunggu, Maudy kembali mengambil alih mikrofon dan malah mewawancarai Iky dan Osler tentang kesan-pesan selama OSCE hahaha. Malah jadi kayak infotainment gini. Belum lagi Unyong waktu pegang mikrofon malah mau memimpin yel-yel. Dasar manusia tahun 3 hahaha.
Setelah dibagi kertas remed, eh ternyata ada yang sudah turun duluan. Ya sudah deh. Akhirnya antrian di C5.1 sudah ramai. Karena sadar pasti giliran saya masih lama, saya mencoba menghafal lagi di luar. saat kira-kira saya sudah hafal, baru saya mulai mengantri di barisan sirkumsisi. Eh, tapi ternyata suprapubic punture lebih kosong. Akhirnya saya masuk.
Alhamdulillah, pengujinya adalah dr. Ahmad Agil yang sangat pintar dan baik hati itu. Pengerjaan setiap prosedur sebenarnya cukup lancar, tapi beliau begitu teliti. Ada beberapa hal yang harusnya saya sebutkan terlebih dahulu, tapi akhirnya beliau yang mengingatkan saya. Ada juga yang harusnya dilakukan sebelum memakai glove steril, tapi justru saya lakukan setelah steril.
dr.AA: Kalau rambut pubis pasien masih ada gimana?
ASN: Ya, dicukur dulu, Dok.
dr.AA: Tapi kan kamu udah pake handglove steril.
ASN: Oh iya, Dok. Tadi harusnya dilakukan dulu sebelum steril.
dr.AA: Terus kamu tadi sewaktu perkusi pasien, habis itu kamu ngga steril lagi dong.
ASN: Oh, iya, Dok. Berarti pada pelaksanaannya, harusnya setelah itu ganti handglove ya, Dok?
dr.AA: Iya, atau sebelumnya jangan pakai yang steril dulu.
ASN: *mau mengambil lidocaine dengan syringe*
dr.AA: Itu lidocaine steril ngga?
ASN: Ngga, Dok.
dr.AA: Jadinya gimana?
ASN: Hmm minta tolong asisten, Dok.
dr.AA: *langsung bertindak menjadi asisten*
Terakhir, beliau mengingatkan kembali, "Kamu ngga mau mendokumentasi?" Hihi alhamdulillah baik pisan, Dok. Terima kasih sudah banyak mengingatkan kesalahan saya :)
Kemudian, saya lanjut mengantre station sirkumsisi, di belakang Adit Sulis. Kami berdua mencoba menghafal bersama. Lucunya, suatu station C (nama station disamarkan) kali ini remedialnya diuji oleh dr.A (nama dosen juga disamarkan) yang terkenal sangat sangat sangat pintar itu. Padahal, yang remedial hanya sekian belas orang. Tapi, satu orang sekali remedial bisa setengah jam lebih di dalam... Karena banyak ditanya oleh beliau, dikoreksi, dan diajarkan. Bahkan, Selvi keluar dari station itu langsung mem-briefing manusia-manusia lain yang remed station C mengenai apa saja yang harus dan tidak perlu dilakukan, kira-kira pertanyaan apa saja yang mungkin diajukan beserta jawaban benarnya, dan lain-lain hahaha.
Eh, ternyata station DRE disuruh masuk 2 orang. Langsunglah kami berdua masuk. Baru saya mau baca-baca lagi, eh salah satu station DRE, penghuninya sudah keluar. Sulis langsung menyuruh saya masuk. Saya awalnya masih denial dan ingin menghafal dulu. Tapi sang penguji, dr. Julius justru keluar. "Ini udah habis?" tanya beliau. Akhirnya saya masuk juga deh haha.
"Ceritanya pasiennya duduk ya" kata beliau. Siap, Dok. Saya pun informed consent terhadap pasien khayalan, lalu dengan sigap dr. Julius langsung berkata "Setuju." Oke, langsung pakai sarung tangan. Begitu mau pakai lubricant, kata beliau, "Ceritanya udah pake." Baiklah. Lanjut memasukkan tangan ke dalam anus, periksa blablabla, beliau pun langsung menanyakan, "Apa aja yang dicari?" Tanpa banyak basa basi, saya sebutkan poin-poin yang diidentifikasi. Sampailah ke pengecekan bulbocavernous reflex."Kemudian, saya akan memeriksa bulbocavernous reflex dengan mencubit bagian glans penis," kata saya. Beliau sontak tertawa, "Hahaha. Masa dicubit sih. Ya sakit dong." Saya pun ikut tertawa juga. "Yaa bahasanya apa ya, Dok...?" kata saya memelas. Akhirnya saya memilih kata "menyentuh" sekalipun terasa kurang greget untuk konteks ini. Sampai selesai pun, beliau masih menertawai saya hahaha why so gemay, Dok...
Saya kembali mengantre di station sirkumsisi. Sudah memasuki jam 10, saya yang tidak berpuasa ini sudah mulai lapar. Pokoknya sudah agak lemas dan glukosa otak sudah berkurang tampaknya. Saya sudah mulai pasrah dan berharap ini semua berakhir karena saya mau cepat-cepat makan siang hahaha. Saya pun duduk bersandar di depan pintu ruang skills tahun 4. Begitu ibu-ibu di dalam memanggil, "Sirkumsisi satu orang," saya langsung bergegas masuk dan super bersemangat sambil meneriakkan "Saya!!!" hahaha.
Di dalam, saya menunggu sebentar karena Inggris masih di dalam. Setelah itu, saya pun masuk. Station ini dihuni oleh kordes saya dulu sewaktu Supercamp, dr. Hasan hehe. Yaa saya pun mulai prosedur, alhamdulillah kali ini tidak lupa urutannya. Sewaktu saya mau mulai menjahit, dr. Hasan berkata,
dr.H: Lewat aja.
ASN: Kemudian saya akan melakukan ligasi arah jam 6 yaitu "Figure of Eight". Dilakuin, Dok?
dr.H: Ya lakukan.
ASN: *mulai mempersiapkan needle holder dan benang*
dr.H: Jahit jam 9
ASN: *bingung, kok malah disuruh jam 9. ya udah deh lakuin aja*
dr.H: Jahitnya dari arah mana?
ASN: Oh iya, Dok. Dari dalam ke luar. *menyelesaikan jahitan* *sewaktu menggunting benang, entah pake gunting apa itu, asa ngga ada bedanya* Kemudian saya akan melakukan "Figure of Eight". Hmm. Dilakuin, Dok?
dr.H: Mau ngga?
ASN: *sejujurnya pengen jawab "Ngga mau" tapi bingung kenapa malah tawar-menawar gini* *terdiam beberapa detik*
dr.H: Ya udah lewat aja deh.
Hihihi akhirnya saya tidak perlu melakukan ligasi di arah jam 6 yeay. Saya pun melanjutkan prosedur berikutnya sampai selesai. Tapi saya belum melepaskan klem di arah jam 6... Lalu beliau bertanya ke saya, "Terus pasiennya disuruh pulang?" Saya jawab iya, lalu beliau bertanya lagi, "Coba liat itu pasien kamu." Akhirnya saya lepaskanlah klem yang masih terpasang beserta duk bolong. Beliau kembali menanyakan hal yang sama. Saya jawab diberi dressing, tapi setelah itu saya ralat karena memang tidak disarankan. Untuk keempat kalinya, beliau bertanya lagi. Saya yang rasanya sudah tidak bisa berpikir et causa kelaparan dan nyaris hipoglikemi ini (lebay hahaha) hanya terdiam pasrah berharap keibaan dr Hasan HAHAHA. Dan benar. Beliau juga tampaknya sudah lelah menguji sejak pagi, ditambah mahasiswanya yang satu ini tidak ada harapan, akhirnya beliau pasrah, "Ya udah deh. Sini kertas kamu" HEHEHEHE dengan demikian berakhirlah serangkaian OSCE GIS-GUS sayaa :D
Pukul setengah delapan, nama-nama mulai dipanggil. Dimulai dari wing D. Saya langsug makin palpitasi karena biasanya saya di wing D. Ternyata anak Twinning. Alhamdulillah. Lanjut ke wing C, nama pertama yang dipanggil adalah "Luthfi Rahman". Saya sempat lega, tapi setelah saya ingat, Upi NPM-nya masih di bawah saya 2 nomor... Saya pun berniat ke kamar mandi untuk mengosongkan vesika urinaria yang sudah distensi ini. Tapi, karena penasaran dengan nama-nama wing B, saya putuskan untuk mendengarkan terlebih dahulu. Dan benar, nama saya disebut juga di paling akhir. Saya langsung kaget se-kaget-kagetnya dan masih tidak percaya!! Saya se-tidak siap itu....
Pasrah, saya ambil tas dan mulai ikut berbaris. Dokter Achadiyani masuk dan memberikan semangat kepada kami. Duh, memang ya beliau "ibunda" sekali :") Beliau pun memberi waktu 2 menit untuk ke kamar mandi dan saya langsung berlari hahaha. Setelah itu, barulah kami turun. Saya akan ujian di C5 di ruang skills lab tahun 4 yang sudah sangat sering saya huni saat OSCE.
Sewaktu berbaris, sepertinya belum semua dosen penguji hadir. Dokter Putri, selaku koordinator tahun 3 pun masih mondar-mandir sambil panik karena ada dokter yang belum datang atau tidak bisa dihubungi. Wah, berdedikasi sekali memang. Semangat ya, Dok! :")
Di tengah ke-hectic-an pagi ini, tiba-tiba muncul dr. Deni dan secara kebetulan, sang anak tercinta (Al) sudah berbaris di barisan wing A. Al langsung menghampiri ayahanda tercinta, dan yaa seperti biasalah momen ayah-anak yang super-unyu itu terjadi (NAON). Dokter Deni justru mengajak anaknya selfie sebelum OSCE hahaha lucu pisan sih, Dok.
Salah satu hal yang bisa-menjadi-enak-atau-tidak-enak pada kloter pertama adalah kita bisa melihat siapa saja dosen yang masuk ke wing kita. Kalau ada dosen yang ramah/murah nilai masuk, kita langsung bahagia. Tapi, kadang jadi sedih ketika tiba-tiba dokter itu keluar dari wing kita menuju wing lain. Seperti yang dialami wing A, ketika dr. AA (nama disamarkan) awalnya sudah masuk, tapi di menit terakhir justru keluar ke arah parkiran dan tidak kembali lagi :")
Kami pun akhirnya masuk, dan dr. Putri langsung menginstruksikan untuk berdiri di depan station masing-masing, berdasarkan urutan baris tadi. Karena saya urutan terakhir, jadi, lagi-lagi saya harus memulai OSCE di rest station.. :")
TEEEET
Bel pertama berbunyi, tandanya membaca soal. Gio (Chaf) yang ada di station 1 pun membuka soal, sedangkan saya berusaha membaca tulisan di kertas soalnya dari jauh. Oh, ternyata station pertama adalah NGT. Selama menunggu di rest station, saya mencoba mengingat lagi NGT dan minum air putih hahaha.
Station 1
Masuk, informed consent, menyiapkan alat, memakai handglove. Pengerjaan terhitung lancar, sampai akhirnya NGT-nya stuck, tidak bisa dimasukkan lebih dalam. Sepertinya terpentok sesuatu yang mungkin adalah percabangan dari faring. Harusnya, pada kondisi ini, pasien diminta menundukkan kepala. Tapi, ya gimana caranya menundukkan kepala manekin dan menahannya sepanjang proses pemasangan... Akhirnya saya coba dorong terus NGT-nya, sampai akhirnya sang dokter penguji berkata, "Udah, udah masuk." Alhamdulillaaah. Selanjutnya pun lancar sampai akhir. Lalu sang dokter mengajari saya cara memegang NGT yang lebih baik sambil digulung, agar tidak ribet saat pemasangan. Duh, dokternya baik pisan. Terima kasih banyak, Dok!
Station 2
HT PE Dehydration! Station ini dihuni seorang dokter perempuan yang saya tidak tahu namanya, seorang ibu-ibu, dan (manekin) anak. Anamnesis dimulai. Di tengah jalan, otak saya nge-blank. Saya tidak ingat lagi apa yang harus ditanyakan. Saya sempat terdiam beberapa detik sebelum akhirnya memutuskan untuk lanjut ke pemeriksaan fisik. Setiap melakukan satu pemeriksaan, sang dokter langsung menjawab mengenai kondisi anaknya. Setelah itu, saya menyimpulkan bahwa si anak terkena diare dengan dehidrasi tingkat sedang, memberi tahu tentang rencana pengobatan yang diberikan, serta edukasi tentang pemberian makanan dan minuman pada anak yang terkena diare. Ketika sudah selesai, sang dokter berusaha memecah keheningan dengan menanyakan asal SMA saya.
Station 3
Station surga berikutnya: breastfeeding counseling! Dihuni oleh dr. Mulya obgyn, seorang ibu dengan manekin anak, serta manekin payudara (yang sebenarnya terkena kanker). Ini merupakan station terbahagia saya karena sala benar-benar berbicara dengan ekspresif ke si ibu hahaha. Dilengkapi dengan segala hiperbola, "Wah, Ibu udah hebat banget mau menyusui anaknya! Padahal nggak semua ibu loh mau menyusui anaknya" untuk memberi dukungan pada si ibu untuk terus menyusui anaknya. Yaa alhamdulillah lancar sekalipun agak awkward di sini. Sewaktu saya meminta si ibu mencontohkan cara menyusui, beliau malah berkata, "Dicontohinnya di situ (manekin payudara) aja." Saya justru ngotot, "Di sini (baca: dicontohkan sama si ibu) aja, Bu" karena mager memegang manekin bayinya HAHAHA. Lalu si ibu terlihat malu-malu gitu. Tapi setelah dipikir-pikir, kalau saya jadi beliau, ya saya malu juga sih menyontohkan cara menyusu, sedangkan di dekat situ ada dokter laki-laki hahaha maafkan saya, Bu... Terakhir, ketika bel berbunyi, saya berterima kasih kepada si ibu dan dr. Mulya, lalu beliau menjawab "Yoi.." haha saya suka gaya Dokter.
Station 4
Pediatric blood presurre yang belum terlalu saya pelajari Begitu masuk, betapa tenang hati saya melihat pengujinya adalah dr. Ahmed. Saya pun langsung memulai pemeriksaan.Uniknya, beliau sangat motil ya. Kadang ada di sebelah kanan saya, tapi tiba-tiba menghilang dan sudah berdiri di sudut kiri dekat pintu masuk. Beliau sempat menanyakan kembali tentang kapan harus berhenti memompa spygmomanometer. Setelah pemeriksaan selesai, sekarang waktunya interpretasi hasil dengan tabel precentile dan lain-lain. Keunikan kedua adalah beliau melipat-lipat kertas sedemikian rupa dan dituliskan "penggaris" untuk membantu kami mencocokkan angka di grafik. Duh, kreatif dan baik pisan sih, Dok :")
Station 5
Station kali ini adalah suprapubic puncture. Nah ini nih. Pokoknya saya lupa sama prosedur-prosedur di awal. Kapan harus mengoleskan povidone iodine, kapan harus memasang duk bolong, kapan harus melakukan anestesi. Ditambah saya juga banyak ragu-ragu. Mau mengambil lidocaine ragu, "Ini diambil beneran, Dok?" mau menusukkan IV catheter pun ragu, "Ini ditusuk ke sini, Dok?" sampai sang dokter penguji kesal sepertinya hahaha. "Udah kamu lakuin aja, nggak usah nanya," kata beliau. Ya, beginilah kalau belajarnya kurang. Jadi nggak ngerti apa-apa begini...
Station 6
Dihuni oleh manekin selangkangan laki-laki dan seorang dokter spesialis kulit. Veneorological exam! Langsung informed consent, pakai glove, dan mulai melakukan pemeriksaan. Tiba-tiba sang dokter bertanya, "Kamu bukan orang Malaysia?" Yha, ini kedua kalinya saya disangka orang Malaysia hahaha. Yak lanjut, pemeriksaan berjalan cukup lancar sampai akhir, sekalipun ada yang sempat terlewat dan baru saya lakukan di akhir. Beliau pun bilang, "Kamu ada yang kurang satu." Setelah ditanya yang kurang yang mana, ternyata itu tadi yang sudah saya lakukan tapi di akhir. Hehehe alhamdulillah paling tidak amanlah station ini..
Station 7
PE acute abdomen yang dihuni oleh seorang pasien yang berbaring dan dr. Kiki. Karena hanya pemeriksaan dan tidak anamnesis, saya justru agak bingung di awal. Lalu saya bilang saja mau memeriksa vital sign. Eh, sama dokternya disuruh melakukan. Kebetulan di dekat tempat tidur ada spygmomanometer, Awalnya saya agak ragu dan bingung, karena selama skill's lab, pemeriksaan vital sign hanya disebutkan saja, tidak dilakukan. Akhirnya saya benar-benar mengukur tekanan darah pasien. Setelah itu, saya mendadak lupa vital sign itu apa saja. Melihat ada termometer, saya lantas mengambilnya dan mendekatkannya ke ketiak pasien. "Udah, udah. Normal," kata sang dokter. Jadilah saya langsung melanjutkan ke inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi seperti biasanya. Satu hal yang membuat saya cukup bangga adalah: hasil perkusi saya bisa berbunyi dengan cukup keras! Setelah selama ini ketukan saya terlalu lemah hahaha
Station 8
Masuk, ada manekin tangan beserta satu set peralatan infus beserta darah-darahan. Hahaha, inilah IV line yang sebenarnya belum saya pelajari dengan baik karena tidak punya alat infus asli. Tapi, ya sudahlah. Begitu mau menyiapkan anak, sang dokter penguji menyuruh saya untuk informed consent kepada pasien (baca: mas-mas yang bertugas merapikan alat). Saya pun informed consent, menyiapkan alat, dan mulai beraksi. Alhamdulillah, vena yang ditusuk benar, sehingga keluarlah backflow seperti yang diharapkan.
Begitu mau memasangkan infus, dokter penguji saya protes, "Itu kalo kaya gitu mah copot kateternya." Ternyata saya kurang dalam menusuknya. "Kamu harusnya belum dilepas torniquetnya," "Itu gimana kamu mau masukin kalo ditekan sama jari kamu," "Iya dorong, dorong terus sampai habis kateternya. Baru kamu tahan pakai jari." Alhamdulillah, ternyata kealpaan saya ditutupi oleh penguji yang berbaik hati mengoreksi kesalahan saya dan bahkan membimbing saya untuk melakukannya dengan benar. Dan alhamdulillah juga, darahnya tidak muncrat keluar! Alhamdulillaaah. Sekalipun pada akhirnya beliau bertanya, "Kamu belajar ngga?" dan membuat saya waswas karena takut akan diremedkan oleh beliau. Terakhir, ketika melepas infus. Saya lupa kalau flow regulatornya masih membuka. Jadilah airnya mengucur, lalu langsung saya alirkan ke tempat sampah yang di bawah, lalu saya langsung kabur keluar ruangan karena sudah bel HAHAHA maafkan saya, Dok...
Station 9
Station DRE yang berisi manekin bokong dan dr.R (nama disamarkan). Awalnya beliau mempersilakan untuk membaca soal kembali. Barulah setelah itu saya mulai melakukan informed consent dan pemeriksaan ke pasien. Baru mulai memasukkan jari, tiba-tiba terasa seperti massa yang besar di arah jam 12. Saya sempat menyebutkan ada masa, lalu berliau bertanya, "Langsung ada massa, gitu?" Waduh, pokoknya saya lupa, karena dulu sewaktu belajar di skills, tidak terlalu didampingi dosen, jadi agak bingung memang. Belum lagi saya yang lupa kalau pemeriksaan prostat harus periksa apa saja. Saya makin bingung. Begitu mau skip dulu ke bulbocavernous reflex, kata beliau, "Kamu ini pemeriksaan dalamnya aja belum." Yah, salah lagi.
Di tengah-tengah, beliau bertanya,
dr.R: Kamu posisinya di sebelah mananya pasien?
ASN: (sebenarnya ngasal) Hmm kanan, Dok.
dr.R: Kamu kena kaki pasien dong?
ASN: Hmmm ya udah berarti di depan, Dok.
dr.R: Kamu di antara dua paha pasien gitu?
ASN: ...... (dalam hati, "Terus aku kudu piye, Dok?!?!")
dr.R: Ya sakarepmulah...
HAHAHA. Dalam hati saya langsung berpikir, "Yah, udah sih remed ini." Akhirnya saya sempat terdiam sekian lama karena benar-benar lupa apa yang harus disebutkan. "Ini bukan hafalan ya. Kamu sebut apa yang kamu temukan," tambah beliau. Semakin suram. Saat saya menyebutkan ada perbesaran, beliau tanyakan lagi, "Kalau ada perbesaran, emang normalnya gimana? Ada ukuran normalnya ngga?" Jeng jeng jeng. Ah sudahlah. Saya kembali diam dengan jari masih di dalam bokong. Tiba-tiba bel pun berbunyi, saya langsung melepas glove dan beranjak keluar. "Kamu nggak siap ya?" tanya beliau. "Station ini emang belum mendalam, Dok, saya belajarnya."
Station 10
Masuk-masuk, disambut oleh Bu Yanti (again, setelah OSCE sebelumnya bertemu beliau di pewarnaan Ziehl Nielsen) beserta seperangkat alat gram staining. Seperti biasa, menggunakan handglove, lalu menyalakan api di pembakar spritus untuk membersihkan glass slide. Sepertinya agak sedikit terkena tangan, jadi jari saya sempat merasa panas tadi karena kena hawa-hawa api huhu. Lanjut, prosedur cukup lancar, kecuali saat saya mau mematikan pembakar spritus. Karena takut terkena api lagi--apalagi dengan sarung tangan latex yang mudah terbakar--saya justru agak "melempar" tutupnya dan malah terpental hahaha. "Kamu jangan takut-takut nutupnya, jangan malah dilempar," kata Bu Yanti haha. Akhirnya saya malah mencari-cari tutup yang terlembar ke balik meja, lalu mencoba menutup dari samping. Alhamdulillah bisaa.
Saya lanjutkan proses staining, ditutup dengan prosesi melihat mikroskop demi mencari bakteri Neisseria gonorrhoeae si diplococcus gram negatif. Tinggal memainkan pemutar halus, alhamdulillah sudah ketemu. Beliau meminta saya menunjukkan bakterinya ada di arah jam berapa, termasuk intrasel atau ekstrasel. Sempat terjadi kesalahpahaman dalam penunjukan arah, tapi alhamdulillah akhirnya kami sepakat juga mengenai temuan kali ini. "Kalau kamu mau lihat yang ekstrasel, itu ada di arah jam3," kata beliau. Wah benar, ternyata ada. Mungkin tadi saya yang kurang memperhatikan hehehe.
Station 11
Sesuai dengan keinginan saya, alhamdulillah station sirkumsisi menjadi station terakhir saya! Sewaktu masuk dan melewati tirai yang ada, betapa bahagianya hati ini melihat pengujinya adalah dr.L yang dikenal sangat santai dan murah hati terhadap mahasiswanya, apalagi saat menguji OSCE. Sayangnya, saya justru agak terbolak-balik saat melakukan prosedur di awal. Klasik pisan. Lupa kapan harus mengoleskan kasa berisi povidone iodine/normal saline, lupa kapan harus memasangkan duk bolong, dll. Manekin penis yang sudah diberi kondom (ceritanya preputium/foreskin yang akan dikhitan) itu langsung saya retraksi dengan klem arteri. Setelah itu, dilakukan pembersihan smegma, baru dikembalikan lagi. Pasang klem segala macam, sampai ke prosedur pengguntingan secara sirkuler. Lanjut ke melakukan ligasi/penjahitan yang saya mulai di arah jam 12. Selesai menjahit, beliau berkata, "Anggap sudah jahitannya." Saya langsung ke prosedur berikutnya, tapi saya lupa menyebutkan penjahitan "Figure of Eight" yang saya kira masih satu ceklisan dengan ligasi arah jam 12, 3, dan 9. Saya juga lupa evaluasi dan lain-lain. Malahan saya langsung membersihkan alat hahaha. Bel pun berbunyi, tanda OSCE telah berakhir~
----------------------------------------------------------------------------------
Malamnya, sekitar jam 6, pengumuman remedial sudah ada. Benar, saya remed station DRE. Dan yang tidak terlalu disangka, saya juga remedial sirkumsisi! Tapi, jumlah station yang direkap ternyata masih kurang 2. Malamnya, baru ada hasil rekapan yang lengkap, dan ternyata saya remedial suprapubic puncture juga. Wah, memang ketiga station tersebut adalah yang paling minim persiapannya. Alih-alih belajar, saya justru tidur jam 9 kurang, karena sakit kepala yang tak kunjung mereda.
Jumat, 9 Juni 2017. Tiba-tiba, saya terbangun jam 1 pagi. Sakit kepala masih setia... Atas saran Kang Akbar, saya pun mandi air hangat, dengan niat agar lebih rileks dan mengurangi tension headache ini. Setelah itu pun saya baru tidur lagi sekitar jam setengah 3, lalu bangun lagi setengah 5. Barulah saya belajar lagi DRE, suprapubic puncture, dan sirkumsisi.
Berangkat sekitar jam setengah 7 kurang bareng Fairuz, dan langsung naik ke C6.3 yang sudah dihuni oleh manusia-manusia Proxima dan Scadytra yang remedial OSCE. Saya duduk bersama manusia-manusia Domus tambah Muyas dan Lita. Bukanna belajar, kami malah cerita-cerita OSCE dan ketawa-ketawa. Memang ya manusia tahun 3 ya begini. Otak udah saking exhausted-nya, makanya kami sudah menganggap semua ini lelucon yang pantas ditertawakan hahaha.
Bapak pemanggil nama mulai datang, tapi beliau malah memanggil satu-persatu nama anak Scadytra. Duh, Pak. Keburu buka puasa ini mah... Belum lagi suara di C6.3 berisik, jadinya informasi tidak bisa didengar jelas. Untungnya Maudy berinisiatif untuk mengambil alih mikrofon. Sepeerti biasa, kertas remedial dipegang oleh satu orang per jumlah station yang remed. Saya yang remedial 3 station bergabung dengan orang-orang yang senasib. Masih menunggu, Maudy kembali mengambil alih mikrofon dan malah mewawancarai Iky dan Osler tentang kesan-pesan selama OSCE hahaha. Malah jadi kayak infotainment gini. Belum lagi Unyong waktu pegang mikrofon malah mau memimpin yel-yel. Dasar manusia tahun 3 hahaha.
Setelah dibagi kertas remed, eh ternyata ada yang sudah turun duluan. Ya sudah deh. Akhirnya antrian di C5.1 sudah ramai. Karena sadar pasti giliran saya masih lama, saya mencoba menghafal lagi di luar. saat kira-kira saya sudah hafal, baru saya mulai mengantri di barisan sirkumsisi. Eh, tapi ternyata suprapubic punture lebih kosong. Akhirnya saya masuk.
Alhamdulillah, pengujinya adalah dr. Ahmad Agil yang sangat pintar dan baik hati itu. Pengerjaan setiap prosedur sebenarnya cukup lancar, tapi beliau begitu teliti. Ada beberapa hal yang harusnya saya sebutkan terlebih dahulu, tapi akhirnya beliau yang mengingatkan saya. Ada juga yang harusnya dilakukan sebelum memakai glove steril, tapi justru saya lakukan setelah steril.
dr.AA: Kalau rambut pubis pasien masih ada gimana?
ASN: Ya, dicukur dulu, Dok.
dr.AA: Tapi kan kamu udah pake handglove steril.
ASN: Oh iya, Dok. Tadi harusnya dilakukan dulu sebelum steril.
dr.AA: Terus kamu tadi sewaktu perkusi pasien, habis itu kamu ngga steril lagi dong.
ASN: Oh, iya, Dok. Berarti pada pelaksanaannya, harusnya setelah itu ganti handglove ya, Dok?
dr.AA: Iya, atau sebelumnya jangan pakai yang steril dulu.
ASN: *mau mengambil lidocaine dengan syringe*
dr.AA: Itu lidocaine steril ngga?
ASN: Ngga, Dok.
dr.AA: Jadinya gimana?
ASN: Hmm minta tolong asisten, Dok.
dr.AA: *langsung bertindak menjadi asisten*
Terakhir, beliau mengingatkan kembali, "Kamu ngga mau mendokumentasi?" Hihi alhamdulillah baik pisan, Dok. Terima kasih sudah banyak mengingatkan kesalahan saya :)
Kemudian, saya lanjut mengantre station sirkumsisi, di belakang Adit Sulis. Kami berdua mencoba menghafal bersama. Lucunya, suatu station C (nama station disamarkan) kali ini remedialnya diuji oleh dr.A (nama dosen juga disamarkan) yang terkenal sangat sangat sangat pintar itu. Padahal, yang remedial hanya sekian belas orang. Tapi, satu orang sekali remedial bisa setengah jam lebih di dalam... Karena banyak ditanya oleh beliau, dikoreksi, dan diajarkan. Bahkan, Selvi keluar dari station itu langsung mem-briefing manusia-manusia lain yang remed station C mengenai apa saja yang harus dan tidak perlu dilakukan, kira-kira pertanyaan apa saja yang mungkin diajukan beserta jawaban benarnya, dan lain-lain hahaha.
Eh, ternyata station DRE disuruh masuk 2 orang. Langsunglah kami berdua masuk. Baru saya mau baca-baca lagi, eh salah satu station DRE, penghuninya sudah keluar. Sulis langsung menyuruh saya masuk. Saya awalnya masih denial dan ingin menghafal dulu. Tapi sang penguji, dr. Julius justru keluar. "Ini udah habis?" tanya beliau. Akhirnya saya masuk juga deh haha.
"Ceritanya pasiennya duduk ya" kata beliau. Siap, Dok. Saya pun informed consent terhadap pasien khayalan, lalu dengan sigap dr. Julius langsung berkata "Setuju." Oke, langsung pakai sarung tangan. Begitu mau pakai lubricant, kata beliau, "Ceritanya udah pake." Baiklah. Lanjut memasukkan tangan ke dalam anus, periksa blablabla, beliau pun langsung menanyakan, "Apa aja yang dicari?" Tanpa banyak basa basi, saya sebutkan poin-poin yang diidentifikasi. Sampailah ke pengecekan bulbocavernous reflex."Kemudian, saya akan memeriksa bulbocavernous reflex dengan mencubit bagian glans penis," kata saya. Beliau sontak tertawa, "Hahaha. Masa dicubit sih. Ya sakit dong." Saya pun ikut tertawa juga. "Yaa bahasanya apa ya, Dok...?" kata saya memelas. Akhirnya saya memilih kata "menyentuh" sekalipun terasa kurang greget untuk konteks ini. Sampai selesai pun, beliau masih menertawai saya hahaha why so gemay, Dok...
Saya kembali mengantre di station sirkumsisi. Sudah memasuki jam 10, saya yang tidak berpuasa ini sudah mulai lapar. Pokoknya sudah agak lemas dan glukosa otak sudah berkurang tampaknya. Saya sudah mulai pasrah dan berharap ini semua berakhir karena saya mau cepat-cepat makan siang hahaha. Saya pun duduk bersandar di depan pintu ruang skills tahun 4. Begitu ibu-ibu di dalam memanggil, "Sirkumsisi satu orang," saya langsung bergegas masuk dan super bersemangat sambil meneriakkan "Saya!!!" hahaha.
Di dalam, saya menunggu sebentar karena Inggris masih di dalam. Setelah itu, saya pun masuk. Station ini dihuni oleh kordes saya dulu sewaktu Supercamp, dr. Hasan hehe. Yaa saya pun mulai prosedur, alhamdulillah kali ini tidak lupa urutannya. Sewaktu saya mau mulai menjahit, dr. Hasan berkata,
dr.H: Lewat aja.
ASN: Kemudian saya akan melakukan ligasi arah jam 6 yaitu "Figure of Eight". Dilakuin, Dok?
dr.H: Ya lakukan.
ASN: *mulai mempersiapkan needle holder dan benang*
dr.H: Jahit jam 9
ASN: *bingung, kok malah disuruh jam 9. ya udah deh lakuin aja*
dr.H: Jahitnya dari arah mana?
ASN: Oh iya, Dok. Dari dalam ke luar. *menyelesaikan jahitan* *sewaktu menggunting benang, entah pake gunting apa itu, asa ngga ada bedanya* Kemudian saya akan melakukan "Figure of Eight". Hmm. Dilakuin, Dok?
dr.H: Mau ngga?
ASN: *sejujurnya pengen jawab "Ngga mau" tapi bingung kenapa malah tawar-menawar gini* *terdiam beberapa detik*
dr.H: Ya udah lewat aja deh.
Hihihi akhirnya saya tidak perlu melakukan ligasi di arah jam 6 yeay. Saya pun melanjutkan prosedur berikutnya sampai selesai. Tapi saya belum melepaskan klem di arah jam 6... Lalu beliau bertanya ke saya, "Terus pasiennya disuruh pulang?" Saya jawab iya, lalu beliau bertanya lagi, "Coba liat itu pasien kamu." Akhirnya saya lepaskanlah klem yang masih terpasang beserta duk bolong. Beliau kembali menanyakan hal yang sama. Saya jawab diberi dressing, tapi setelah itu saya ralat karena memang tidak disarankan. Untuk keempat kalinya, beliau bertanya lagi. Saya yang rasanya sudah tidak bisa berpikir et causa kelaparan dan nyaris hipoglikemi ini (lebay hahaha) hanya terdiam pasrah berharap keibaan dr Hasan HAHAHA. Dan benar. Beliau juga tampaknya sudah lelah menguji sejak pagi, ditambah mahasiswanya yang satu ini tidak ada harapan, akhirnya beliau pasrah, "Ya udah deh. Sini kertas kamu" HEHEHEHE dengan demikian berakhirlah serangkaian OSCE GIS-GUS sayaa :D
Comments
Post a Comment