7th SOOCA: Pertolongan Allah

GIS:
1. Peptic Ulcer & Gastro Esophageal Reflux (GERD)
2. Acute Diarrhea, Non-dysentry, with Severe Dehydration
3. Acute Appendicitis + Peritonitis
4. Strangulated Indirect Inguinal Hernia
5. Colorectal Cancer + Prolapsed Internal Hemorrhoid
6. Chronic Hepatitis B + Cirrhosis
7. Cholangitis  with Acute Pancreatitis due to Choledocholithiasis owing to Cholelithiasis wit Cholecystiti
8. Protein Energy Malnutrition (PEM)

GUS:
1. Acute Post-Streptococcal Glomerulonephritis (ASPGN)
2. Acute Kidney Injury (AKI)
3. Chronic Kidney Disease (CKD)
4. Essential Hypertension Stage II
5. Nephrolithiasis
6. Urinary Tract Infection (UTI)
7. Primary Syphillis



Prolog:
SOOCA ke-7/8! Selangkah menuju S. Ked yihaa

Entah apa yang salah di semester ini. Entah karena materinya terlalu banyak atau karena kesibukan skripsi (+Warta Kema sedikit) yang begitu menyita waktu, pikiran, dan tenaga (dan Olymphiart juga jangan lupa), saya merasa kalau masih sangat belum maksimal di semester ini. Mungkin karena lagi-lagi faktor teman setutor saya santai semua, jadinya saya juga ikut santai hahaha. Tapi yang penting saya bahagia. Dan semoga tetap bahagia sampai seterusnya. Terus jadi makin nggak nyambung kan mau ngomongin apa ini....

Sekitar H-31 SOOCA yang rencana awalnya dilaksanakan tanggl 8 Juni, saya baru mulai tersadar kalau SOOCA sudah mendekat. Alhamdulillah, saya pikir, saya masih punya cukup banyak waktu, mengingat persiapan SOOCA EMS-NBSS yang baru dimulai H-23, berarti di SOOCA kali ini saya belum terlambat. Saya mencoba membuat draf case 1 dan 2 GIS tapi seperti biasa, kecepatan membuat draf saya begitu lambat, apalagi di jauh-jauh hari begini di saat mekanisme stres tubuh saya belum teraktivasi.

Seketika saja, H-31 ini berubah jadi H-22 karena SOOCA kami dimajukan ke tanggal 30 Mei!! Wah, kacau sih ini. H-22 itu berarti lebih sedikit dari persiapan SOOCA EMS-NBSS saya dulu. Ternyata, yang mengusulkan perubahan jadwal ini adalah koordinator kami, dr. Putri. Maksud beliau baik, karena ingin kami cepat selesai SOOCA untuk bisa cepat menyelesaikan skripsi setelahnya. Tapi, mungkin karena banyak yang baru mengambil data di minggu-minggu sebelum UAS, kami pun akhirnya mengadakan forum bersama beliau. Beliau pun meminta kami memberikan alternatif tanggal ujian.

Siang harinya, saya bimbingan ke dr. Indah dan merencanakan pengambilan data saya minggu depan. Selesai bimbingan, saya berjalan menuju lift. Tiba-tiba pikiran saya mulai penuh dan keruh. Membayangkan SOOCA di awal UAS, baru selesai tutup case terakhir, belum lagi di 2 minggu terakhir sebelum UAS adalah waktu dimana saya akan mengambil data untuk skripsi saya. Saya mulai pusing. Persiapan 22 hari ditambah beban LI dan skripsi terasa mustahil. Tapi tiba-tiba juga, keajaiban itu datang: sebuah pengumuman di grup angkatan yang menyatakan bahwa SOOCA kami menjadi tanggal 12 Juni!!! Alhamdulillaaah, bahkan lebih lama dari jadwal sebelumnya sehingga kami bisa mempersiapkan dengan lebih baik dan lebih matang lagi :")

Namun, namanya manusia yang penuh dengan kekurangan ini, barangkali terlena dengan tanggal yang diundur. Proses pencarian responden, persiapan, dan pengambilan data skripsi membuat saya pada akhirnya mulai belajar intensif di H-22 juga... Bedanya, urusan skripsi sudah ada progress yang lumayan, yang nanti tinggal diteruskan saja setelah selesai SOOCA.

Proses belajar saya pun bisa dibilang meningkat pesat dibandingkan dengan SOOCA-SOOCA sebelumnya. Saya yang awalnya sempat mencoba meng-uninstall instagram agar tidak mudah ter-distract, sampai akhirnya bisa benar-benar duduk-fokus-mengabaikan handphone-membuat draf selama berjam-jam, bahkan dengan aplikasi instagram masih accessible di handphone. Berhari-hari saya menjadikan belajar sebagai rutinitas di sela-sela jadwal sholat, sahur, dan berbuka puasa. Saya tidak pernah sebegitu kerasnya terhadap diri sendiri, selain waktu dulu kelas 12 SMA. Tapi ini lebih keras. Bahkan saya sampai akrab dengan salep analgesik untuk pegal linu akibat low back pain yang saya derita setiap harinya karena posisi duduk yang tidak ergonomis. Kemajuan lain adalah, saya pernah bisa membuat 2 draf kasus dalam sehari. Ini benar-benar gila. Berkah Ramadhan memang ya.

Pernah ketika saya menstruasi dan mengalami dysmenorrhea hebat hingga tidak bisa beranjak dari tempat tidur, saya paksa meminum asam mefenamat demi bisa duduk dan belajar SOOCA. Benar-benar penuh perjuangan.

Sayangnya, setelah MDE GUS yang proses belajarnya tidak se-memacu-adrenalin SOOCA, pace belajar saya langsung menurun setelahnya. Ritme belajar gila-gilaan itu hilang begitu saja. Motivasi belajar entah kenapa agak menurun, padahal masih sangat banyak yang belum diselesaikan.

H-3 SOOCA, H+1 OSCE
Sepulang dari remedial OSCE (diceritakan pada postingan sebelumnya), saya mencoba sedikit belajar, tapi karena kelelahan (akibat mengantre remed OSCE yang superlama), akhirnya saya hanya belajar sedikit. Sorenya, langsung pergi untuk kumpul KKN. Ini super-YOLO sih karena H-3 SOOCA masih sempat-sempatnya kumpul KKN. Tidak disangka, ternyata selesainya baru malam. Saya pun hanya sempat membaca untuk FCM case UTI lalu tidur.

H-2 SOOCA
Hari ini pun mekanisme stres saya belum teraktivasi. Masih merasa seolah tidak akan ada ujian dalam dua hari ke depan. Hari ini pun progress saya terhitung lambat karena baru menghafal 5 kasus yaitu peptic ulcer, diare, ASPGN, AKI, dan hipertensi. Masih ada 2 draf yang belum yaitu PEM dan CKD yang bahkan saya sempat berniat untuk melepas kedua case ini akibat 2 tahun berturut-turut tidak keluar, serta sekitar 7 FCM yang belum terselesaikan.

H-1 SOOCA
SOOCA pertama kali saja saya tidak deg-deg-an, apalagi sudah SOOCA ketujuh! Ya, hari ini masih terasa seperti hari-hari yang biasa. Takut, ya. Tapi sepertinya mekanisme stres saya bukan mengarah ke panik atau frustrasi maupun aktivasi aktivitas saraf simpatetik lainnya.

Hari ini pun saya mencoba menyelesaikan beberapa FCM yang belum, ditambah menambah hafalan 2 case lainnya. Metode menghafal saya di SOOCA kali ini sedikit saya ubah. Biasanya, saya menghafal secara lisan. Sekarang, saya coba membaca draf sambil mewaktukan 20 menit, kemudian belajar menulis 'flipchart' selama 30 menit, barulah belajar presentasi sambil melihat 'flipchart' yang saya buat sebelumnya.

Hari ini juga, beredar kisi-kisi SOOCA 2 tahun lalu yang ternyata agak berbeda dari 1 tahun lalu... Berhubung otak saya sudah mulai keruh, saya tinggalkan kisi-kisi tersebut dan fokus akan apa yang sudah saya kerjakan. Well, saya tau sih, ini lebih parah dari SOOCA-SOOCA sebelumnya (kecuali RPS). Tapi, saya sudah mencoba berusaha sekeras mungkin dan saya yakin akan pertolongan Allah :")

Malam ini pun ditutup dengan pikiran-pikiran random yang terlintas di pikiran dan tidak tertahankan untuk dituangkan ke dalam bentuk tulisan di status Line saya :
Besok cuma SOOCA. Seburuk apapun hasilnya, ngga bakal ada yang mati karenanya. Tapi apa yang kita pelajari selama 6 bulan (dan 6 semester) terakhir inilah yang menentukan hidup-matinya seseorang di masa mendatang (sebagai perantara dari Allah).

Bismillah. Semoga apa yang dipelajari selama ini (sekalipun masih sangat sedikit), bisa bertahan di ingatan jangka panjang, penuh berkah, dan menjadikan kita terus bersyukur akan apa yang kita jalani dan miliki saat ini. Semoga ilmu kita bisa bermanfaat untuk SOOCA besok dan untuk pasien kita di besok-besok selanjutnya.

Tertanda, satu dari segelintir manusia yang sudah mati rasa sejak SOOCA pertama. Semoga ke-baal-an ini menjadi pertanda baik dari Allah. Aamiiin :")

Senin, 12 Juni 2017. Hari yang dinanti pun tiba juga. Setelah berlelah-lelah selama kurang lebih sebulan yang terasa tak kunjung usai, akhirnya sampai juga di hari ini.

Entah terlalu lelah atau bagaimana, saya baru bangun sahur pukul 4.12. Sebenarnya saya sempat bangun jam 3 karena sudah terdengar suara berisik di luar, tapi karena masih mengantuk, saya pun tidur lagi. Saya yang dari kemarin memesan makan sahur ke penjaga kost saya, mendadak terkejut mengetahui beliau tidak masak hari ini. Parahnya lagi, nasi putih yang beliau masak juga sudah habis! Waduh, saya pun memutar otak dan langsung memutuskan untuk memasak indomie beserta sayur caisim dan nugget. Karena ada salah satu bumbu yang bocor dan akhirnya tidak saya gunakan, rasa mie saya justru kurang sedap dan agak terlalu asin... Alhasil, saya tidak terlalu bersemangat makan. Tiba-tiba saja, azan Subuh berkumandang. Saya baru menghabiskan setengah porsi mie dan 1,5/4 nugget saya. Waduh, gawat. Sudah makannya mie yang tidak lebih kenyang dibandingkan nasi, setengah porsi pula... Apalagi ini adalah hari-H SOOCA. Wah, pokokya saya hanya bisa berdoa untuk dikuatkan SOOCA hari ini.

Setelah Subuh, saya mulai menghafal beberapa case yang belum dihafal sama sekali. Barulah sekitar jam 6 lebih, saya berangkat  ke FK naik mobil Azizah.

Sesampainya di C5.3 yang sudah cukup ramai, saya dan Azizah mengambil tempat duduk di paling depan sebelah kanan karena sudah banyak kursi lain yang terisi. Kembali, saya belajar "menulis indah" akan case-case yang belum saya hafal. FYI, saya benar-benar melepas case PEM dan CKD yang tidak dikeluarkan selama 2 tahun belakangan. Benar-benar lepas. Tidak membuat draf maupun FCM sedikitpun. Kalau misalnya mendapat salah satu dari kedua case tersebut, sepertinya saya akan berencana pingsan saja nanti... Hahaha :") Selain itu, saya juga semi-melepas case appendicitis, hernia, Ca colon, dan chole-chole yang tidak keluar sejak 2 tahun sebelumnya...

Waktu terus berjalan dan semakin dekat dengan saat-saat pemanggilan nama. Dokter Achadiyani pun mulai memasuki ruangan, pertanda saat itu akan tiba. Ternyata, beliau mengabari bahwa masih ada beberapa dosen penguji yang belum datang. Beliau pun mengabsen kami satu-persatu. Barulah setelah itu pemanggilan pertama dimulai. Ternyata, yang dipanggil mayoritas manusia-manusia NPM awal dan akhir. Nama saya pun tidak termasuk. Alhamdulillah. Lanjut ke pemanggilan kedua, ternyata Azizah sudah dipanggil, meninggalkan saya yang kini duduk di sebelah Gde, yang di sebelahnya lagi ada Aji. Wah, beruntungnya. Kadang saya mengonfirmasi kebenaran hafalan saya ke mereka, kadang mereka saling menyamakan persepsi mengenai suatu materi, atau bahkan menyebutkan kriteria dialisis yang saya sendiri bahkan tidak pernah tahu apa itu! Hahaha. Gde masih sambil membaca draf, sedangkan Aji sejak awal sudah tidak melakukan hal lain. Mantap, sepertinya semua hafalan sudah 'ngelotok' di otak bapak FCM yha.

Selama Ramadhan, biasanya saya yang 'beser' ini tidak se-beser biasanya. Mikturisi tetap rutin, hanya saja dengan volume sedikit. Tapi, kali ini, saya sudah ke kamar mandi tiga kali dengan volume urin yang cukup banyak--seperti saat tidak berpuasa. Wah, memang ya, mekanisme stres saya setiap SOOCA selalu dengan cara mengeluarkan urin lebih banyak.

Lanjut ke pemanggilan-pemanggilan berikutnya, nama saya belum juga ada. Lalu timbullah desas-desus dari yang sudah bertemu dengan anak-anak kloter awal yang sudah selesai. Ternyata, kasus hernia dan chole-chole keluar!! Waduh, saya mendadak agak panik di sini. Saya langsung menghafal hernia dan chole-chole, ditambah menyalin FCM chole-chole punya Afifah. Tidak lama setelah selesai menyalin, nama saya pun dipanggil pada kloter ketujuh sekitar pukul 10. Seperti biasa: baris, diabsen satu-persatu, berjalan ke C4 sambil menyalami dr. Achadiyani + memohon doa kepada beliau sambil ditepuki oleh sisa manusia di C5.3.

Pasrah. Mungkin itu kata yang tepat menggambarkan apa yang saya rasakan. Begitu sampai di ruang isolasi lab anatomi, saya masih mencoba membaca. Di satu sisi, saya masih belum siap. Masih banyak yang belum diulang, masih banyak yang baru dihafal sekali lewat, wah pokoknya masih sangat banyak kekurangan. Tapi, di satu sisi, badan sudah mulai lelah, apalagi saat puasa seperti ini.

Tadinya, kami berspekulasi bahwa kami baru akan dipanggil sekitar jam 11. Eh, tapi kata bapak-bapak admin (saya lupa siapa), katanya kami hanya akan menunggu 15 menit. Dan benar. Pak Rahman pun masuk memanggil 12 orang untuk ke lantai 2. Karena belum siap, saya belum ikut naik. Ditambah dengan adanya desas-desus kalau lantai 3 lebih enak hehehe. Saya pun masih mencoba menghafal. Sekitar sekian menit berikutnya, barulah yang lantai 3 dipanggil naik.

Di ruang isolasi terakhir, awalnya saya masih sempat membaca. Lama-lama, saya sudah sangat lelah dan pasrah. Ingin rasanya semua ini cepat berakhir... Apalagi ini kali pertama SOOCA kami ditaruh di minggu terakhir. Terbayang kan, betapa exhausted-nya pikiran dan badan selama sebulan belakangan yang rasanya tidak selesai-selesai ini... Isolasi pun ditutup oleh doa bersama yang dipimpin oleh Unyong.

Jeng jeng jeng. Kami sudah dipersilakan mengambil nomor meja dan masuk ke dalam ruangan flipchart. Saya mendapat nomor 16 yang berada di kanan-medial-tengah. Begitu kami masuk, masih ada orang-orang kloter sebelumnya. Mata saya dengan mudah membaca tulisan di flipchart seorang anak Twinning yang ada di meja 16 juga. "Acute Cystitis" alias UTI. Wah, saya pun sempat berpikir, "Yah, coba kasus lain.." tapi entah kasus apa pula yang saya inginkan karena tidak ada kasus yang benar-benar enak :")

Saya pun langsung membuka kertas soal. Sekitar pukul 11.03 dimulai. Saya memulai dengan BCM, tapi sempat lupa dengan differential diagnosis yang saya sudah saya buat. Saya pun terpikir untuk menuliskan Pyelonephritis, salah satu bentuk UTI yang terjadi. Tapi untuk DDx satu lagi, saya masih bingung. Makanya saya tinggalkan dulu.

Lanjut ke FCM, kasus ini pun jadi jauh lebih singkat dibandingkan dengan waktu tutorial. Pasiennya tidak sedang hamil (jadi nggak perlu bikin perubahan urinary tract ketika hamil), tidak ada penebalan ireguler pada bladder (sudah sempat saya tuliskan kemudian saya coret lagi), tidak disertai pyelonephritis pula. Di pemeriksaan urinalisis pun hanya ada peningkatan RBC count, WBC count, dan WBC cast serta bakteri. Tapi, saya justru lupa dengan patofisiologinya. Patogenesisnya sih saya ingat betul, bagaimana bakteri E. coli bisa menginvasi beserta para virulence factor-nya, karena sewaktu membuat FCM-nya, saya tidak percaya begitu saja dengan FCM Aji. Saya cari sendiri di jurnal, dan saya tuliskan apa yang saya baca di jurnal. Nah, tapi, patogenesisnya pun akhirnya semua saya arahkan ke "inflamasi". Setelah itu, tanpa ada penyebutan nama mediator (et causa tidak hafal), langsung sajalah saya keluarkan semua gejala dari situ hahaha. Oh iya! Ada satu gejala yang dari kemarin-kemarin sampai sekarang masih tidak saya ketahui asalnya dari mana: blood pressure rendah! Akhirnya, saya tidak masukkan ke dalam FCM hihihi jangn ditiru yha :")

Setelah FCM, waktunya menuliskan LI. Dimulai dari anatomi. Kalau di kasus saat tutorial, anatomi dan histologinya harus sampai ginjal karena infeksinya sudah naik ke ginjal. Tapi, karena di SOOCA hanya sampai bladder, jadi yang ginjal tidak saya tuliskan. Saya pun hanya menuliskan anatomi dan fisiologi dari ureter dan bladder. Tadinya bingung harus menuliskan uretra juga atau tidak. Tapi kalaupun harus ditulis, saya belum hafal uretra karena baru saya tambahkan ke draf saya di masa injury time. Ya sudah, akhirnya tidak saya masukkan. Untuk anatomi pun, saya mulai tidak hafal kalau sudah membahas vaskularisasi dan inervasi. Mulailah kemampuan mengarang saya (yang tidak akurat) dipakai di sini. Sebutkan saja nama organ atau daerah (yang kira-kira) dekat-dekat itu (misalnya inferior mesentery, hipogastric) lalu tambahkan dengan artery/vena/lymph node/nerve di belakangnya :)) Yang benar-benar saya ingat hanya saraf-saraf di bladder karena berhubungan dengan fisiologi mikturisi hehehe.

Lalu, lanjut ke histologi yang alhamdulillah punya kemiripan antara ureter dan bladder. Setelah itu bahas defense mechanism dari saluran kemih beserta fisiologi mikturisi. Tidak lupa membahas juga mikrobiologi pada UTI. Alhamdulillah saya bisa mengingat apa yang tertulis di draf saya. Terakhir, tentu saja clinical science. Ada beberapa yang saya agak lupa, misalnya klasifikasi dan farmakologi. Saat bagian BHP, saya belum menulis apa-apa karena sama sekali belum terpikir. PHOP, yaa seperti biasa prevention dari UTI. CRP, alhamdulillah ingat karena di LI saya dulu termasuk epidemiologi juga.

Ketika memasuki bagian management, saya mencoba mengingat-ingat obat apa saja yang harus diberikan. Di sini saya sudah mulai agak lupa karena suka tertukar-tukar. Di akhir-akhir, barulah saya memasukkan 1 DDx lagi yaitu prostatitis. Alhamdulillah berguna juga yaa dulu saya mendapat LI clinical science UTI hihihi.

Begitu dibilang waktunya sudah habis dan yang sudah selesai sudah boleh keluar, saya yang sudah tidak tau lagi mau menulis apa, pun keluar dan melangkah dengan yakin menuju ruang tutor. Saya langsung duduk di depan ruang 16 yang ada di sebelah kiri, nomor 2 dari ujung.

TEEEEETTT

Masuk, salam, dan keluarkan senyuman terbaik sembari disambut oleh dua orang penguji. Beliau adalah Bu Yanti, dosen mikrobiologi dan satu dokter perempuan muda yang wajahnya familiar tapi saya lupa namanya. Langsung saja saya absen dan menempel flipchart. Sebelum presentasi, saya lepas kacamata yang dirasa akan mengganggu keleluasaan saya dalam presentasi.

Presentasi pun dimulai. Alhamdulillah, karena sudah menuliskan banyak hal di flipchart, jadinya saya tidak terlalu kesulitan dalam menjelaskan. Di bagian mikrobiologi, saya mencoba menjelaskan dengan sehati-hati mungkin, berhubung pengujinya sang ahli mikrobiologi. Begitu menyebutkan farmakologi, alhamdulillah saya bisa mengeja Trimethopim Sulfometixazole dengan baik, berhubung sebelumnya saya agak kesulitan menghafal nama antibiotik tersebut :")

PHOP, alhamdulillah lancar. CRP juga lancar. BHP yang belum saya tulis karena tadi belum terpikir apa-apa, akhirnya saya karang dan menyebutkan prinsip-prinsip dasar bioetik seperti non-maleficent dan beneficence yang dikait-kaitkan dengan kasus. Terakhir, saya mengucapkan, "Setelah itu...." tapi nggak tahu juga apalagi yang mau diucapkan. Akhirnya saya cukupkan presentasi saya sampai di sini. Seperti biasa, ditanya "Ada yang mau ditambahkan?" dan saya bilang tidak ada. Tiba-tiba saya  ditanya obatnya harus dikasih berapa kali dan dosisnya berapa. Saya langsung tidak bisa menjawab. Da gimana atuh, Dok. Meng
hafal nama obatnya aja udah susah, apalagi dosis dan aturan pakainya :(

Setelah itu, saya diminta menunggu di depan ruangan. Sewaktu saya duduk di depan, rasanya itu menjadi momen terlega dalam hidup saya, sekaligus kepala saya sudah mulai merasakan post-SOOCA tension headache.

Saya pun dipanggil kembali ke dalam. Katanya, secara keseluruhan sudah baik. Mikrobiologi dan patogenesisnya sudah baik (alhamdulillah berkat mendapat LI etiologi UTI dan mencari sendiri patogenesisnya di NCBI). Fisiologi juga sudah baik. Hanya saja, masih ada kekurangan di bagian anatomi, farmakologi, dan diagnosis. Kata beliau-beliau, saya lulus. Lalu Bu Yanti bertanya, "Kamu mau nilai berapa?" Karena sudah pasrah, saya jawab, "Yaa berapa aja, Dok." Beliau jawab lagi, "Kalo gitu, kalo dikasih E ga papa ya?" Saya jawab lagi, "Yaa jangan juga, Dok hehe." Terakhir, Bu Yanti menyuruh dokter yang satunya untuk menyebutkan nilai saya. "Ya Adinda, selamat kamu lulus. Nilainya A ya," kata beliau. Wajah saya pun mendadak sumringah dan bahagia, sekaligus tidak menyangka dan tidak berekspektasi mendapat A. Terlebih lagi persiapan SOOCA yang jauh dari cukup seperti ini. Dan rasanya saya seperti sudah lama tidak mendapat nilai A di SOOCA (terakhir sewaktu FBS III-IV. CVS-respi masih misterius sih nilainya berapa).

Begitu pulang, saya langsung menuliskan status Line:

Setelah sebulan lebih belajar sampe low back pain. Alhamdulillah. Semua ini, kalau bukan karena pertolongan Allah, mungkin ga bakalan bisa nulis dan ngomong apa-apa tadi. Kalau aja udah hafal banget tapi Allah bikin lupa, ya lupa. Ga ada yang ga mungkin. Jadi, jangan lupa bersyukur sama Allah. Ibadah yang kemarin-kemarin udah ditingkatin demi SOOCA, jangan ditinggalin. Terusin. Tingkatin.

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kami mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim: 7)
Alhamdulillah, pertolongan Allah memang nyata. Belajar yang begitu mati-matian-tapi-mepet-dan-tidak-maksimal ini rasanya tidak pantas mendapat nilai A. Tapi, kadang, kita selalu punya cara lain untuk "merayu" Allah. Karena sesungguhnya hasil tidak semerta-merta muncul dari usaha. Kita selalu bisa meningkatkan ibadah, khususnya di bulan Ramadan ini, yang pahalanya dilipatgandakan. Mulai dari memperbanyak tadarus, memperbanyak sedekah, membantu orang lain, dan seterusnya. Tapi jangan lupa juga untuk bersyukur setelahnya, karena kenikmatan yang diberikan juga sesungguhnya merupakan ujian dari-Nya :)

Comments

Popular Posts