OSCE EMS-NBSS: Pasrah dan Optimis
Bertemu lagi dengan ujian paling melelahkan di FK Unpad: OSCE. Berbicara dan melakukan tindakan selama 120 menit nonstop (ada stop-nya deng, pas baca soal). Kali ini, alhamdulillah persiapan saya jauh lebih matang dibandingkan dengan OSCE-OSCE sebelumnya. Saya sudah mulai menyicil membuat draf OSCE sejak hari Kamis, 31 Desember 2016 sewaktu "liburan semu". Alhamdulillah saya mendapat hari kedua lagi, di mana saya masih punya tambahan waktu 1 hari untuk belajar.
Selama skill's lab, station-staion-nya adalah:
EMS:
1. Assessment of Growth Anthropometry
2. Thyroid Examination
3. Administering Injection
4. Prescription
5. Diabetic Counselling
6. Diabetic Foot Care
NBSS:
1. Motoric ad Sensoric Examination
2. Meningeal Signs and Reflexes Examination
3. Cranial Nerve Examination
4. Visual Acquity Testing (Eye Examination)
5. Hearing and Equilibrium Examination
6. Glasgow Coma Scale & Mini Mental Status Examination
7. Developmental Reflex
8. Parents Evaluation and Developmental Screening
9. History Taking Psychiatry
10. Mental Status Examination
2. Thyroid Examination
3. Administering Injection
4. Prescription
5. Diabetic Counselling
6. Diabetic Foot Care
NBSS:
1. Motoric ad Sensoric Examination
2. Meningeal Signs and Reflexes Examination
3. Cranial Nerve Examination
4. Visual Acquity Testing (Eye Examination)
5. Hearing and Equilibrium Examination
6. Glasgow Coma Scale & Mini Mental Status Examination
7. Developmental Reflex
8. Parents Evaluation and Developmental Screening
9. History Taking Psychiatry
10. Mental Status Examination
H-2 OSCE, malam harinya saya menjadi standarized patient (SP) untuk teman-teman pejuang hari pertama di Domus. Dari 3 sesi, ketiga-tiganya invasif semua... Yang pertama, pemeriksaan kelenjar tiroid di mana leher saya ditekan-tekan. Yang kedua meningeal sign & reflex yang membuat saya harus dipukul-pukul dengan palu reflex. Apalagi karena reflex fisiologis saya yang tidak muncul-muncul... Yang ketiga, cranial nerve exam. Lagi-lagi kena palu reflex dan dijamah-jamah di bagian muka hahaha.
H-1 OSCE, saya baru mencuci jas lab... Alhamdulillah Jatinangor hari ini super panas, jadinya jas lab saya sore-sore sudah kering. Saya juga baru mulai belajar injeksi, growth antropometry, PEDS, prescription, interpretasi audiometri (hearing exam) dan mengulang station-station lain. Alhamdulillah, saya 'nyipet' satu suntikan sewaktu skill's lab untuk latihan injeksi hahaha. Saya juga sudah membeli palu reflex, dan untuk kali kedua, boneka Paddington Bear saya manfaatkan untuk latihan OSCE. Kali ini untuk pemeriksaan developmental reflex. Sudah cukup pasrah dan belum merasa deg-deg-an, saya malamnya justru susah tidur..
Jum'at, 8 Januari 2015. Pagi ini saya bangun jam 3.40 dan tidak tidur lagi. Saya lanjut menghafal injeksi, main gitar (?), makan, mandi, dan siap-siap. Binder, modul, draf OSCE, berjuta-juta camilan, palu reflex, suntikan, dan boneka Paddington Bear sudah siap dibawa. Jas lab yang baru dicuci kemarin ini pun langsung saya pakai. Tidak lupa memakai jam tangan dan membawa jam tangan cadangan, ditambah lagi dengan dua buah pulpen yang siap sedia menempel di saku kiri atas jas lab.
Para penumpang mobil Uda pun bersiap-siap, sampai akhirnya Fairuz keluar kamar dan mulai dari kerudung, baju dan roknya sama persis kayak Azka! Kerudung abu-abu, kemeja navy, dan rok hitam hahaha. Selama di mobil pun kami juga membicarakan "dokter kembar". Jangan-jangan kalau mereka menguji Azka dan Fairuz di wing yang sama, nanti malah ditanya, "Loh, yang kembar kamu atau saya?" hahaha. Sesampainya di FK, eh malah tas Azizah dan tas Acid yang kembar. Ini hari kembar sedunia apa gimana...
Kami langsung naik ke "Padang Mahsyar" yang tidak begitu terlihat seperti biasanya. Cukup sepi. Orangnya sedikit. Maklum, karena di hari pertama kemarin, ada beberapa peserta hari kedua yang dipindah jadi hari pertama. Saya langsung mengambil tempat agak di belakang dan mulai berlatih lagi bersama Azizah dan Reva. Waktu belajar injeksi, ternyata Reva punya vial! Wah, lumayan buat latihan. Kemudian, saya juga berlatih dengan Lilis.
Dari kejauhan, bapak-bapak pemanggil nama mulai terlihat disertai dengan Pak Aep Angel. Ketika mikrofon mulai dites, semua mulai palpitasi. Saya antara ingin dan tidak ingin dapat kloter pertama. Inginnya karena supaya cepat selesai dan otak masih cukup fresh. Tapi masih ada beberapa station yang belum saya review lagi. Jadi, kalaupun dapatnya kloter kedua ya lebih baik menurut saya. Dan benar, pada kloter pertama, nama saya tidak ada. Eh, tapi tiba-tiba ada tambahan. Setiap wing jadi diisi oleh 19 orang... Padahal jumlah station hanya ada 12 dan tidak ada station istirahat. Hmm mungkin biar cepat karena akan ada waktu sholat Jum'at...
Sewaktu saya ke kamar mandi, ada beberapa anak yang bertanya ke Pak Aep, "Pak, kita nanti mulainya habis Jum'atan?" Dan kata bapaknya iya.. Waduh, masih 5 jam lagi dong...
Karena masih lama, kami para "anak-anak sisa" pun jadi lebih santai. Ada yang tidur dulu, malah ada yang makan bubur dulu... Saya lanjut belajar dan OSCE-OSCE-an sama Lilis. Sekitar jam 9, tiba-tiba ada pemanggilan nama lagi. Wah, kami bingung. "Emangnya yang kloter pertama udah selesai?" Dan setelah mereka selesai dipanggil, saya pikir saya dan anak-anak yang tersisa sudah fix OSCE-nya sehabis Jum'atan. Saya justru jajan ke bawah bareng Tamia dan Atih. Saya beli kopi supaya tidak ngantuk sampai siang. Lalu saya lanjutkan dengan sholat.
Sekembalinya dari musholla, saya kaget, kok anak-anak sudah siap di depan sambil menggendong tas. Salah satu ada yang bilang, "Itu Adinda, Pak." Ternyata nama saya sudah dipanggil. Ujun bertanya, "Mau sekarang apa habis Jum'atan, Din?" Tanpa pikir panjang saya jawab "Sekarang". Saya langsung ambil tas, dan sekian bawaan saya yang banyak itu. Saya langsung turun mengikuti barisan dan menuju gedung C3. Anak-anak kloter pertama yang sudah selesai pun tampak berkumpul di parkiran.
Saya baru ingat kalau saya belum mereview PEDS dan juga beberapa station. Saya juga lapar... Saya kira masih ada waktu isolasi dulu. Ternyata kami langsung masuk. Wah, yaudah deh. Kami langsung masuk ke dalam wing D dan menunggu di dalam, di depan station masing-masing. Sambil menunggu orang yang di dalam selesai, saya iseng mengecek pulse rate. 124 denyut permenit.... Padahal batas atasnya 100 bpm. Wah, saya palpitasi berat. Tapi saya justru nggak terlalu merasa deg-deg-an atau gimana, karena saya sudah lebih pasrah di sini..
TEEEEEET
STATION 10
Saya langung baca soal. Belum apa-apa sudah eye examination... Seperti biasa, masuk, sapa dokter, tanda tangan, dan mulai berbicara kepada bapak pasien. Saya hampir lupa meminta pasien menutup mata sewaktu mau diperiksa. Hmm. Kemudian, saat mau menentukan visus mata kanan, tiba-tiba saya mengalami short-term memory loss. Saya lupa tadi bapaknya bisa baca sampai di baris ke-berapa. Akhirnya saya sebutkan seingat saya, yaitu 20/100 kaki... Dilanjutkan dengan pinhole. Awalnya, karena takut repot, saya langsung minta bapaknya memegang occluder dan pinhole tanpa menggunakan kacamatanya. Sang dokter penguji langsung berkomentar, "Kok gitu?" Saya pun lantas memberikan kacamata kepada sang bapak. Lanjut ke mata kiri, si bapak ceritanya harus sampai counting finger. Begitu mau menyebutkan visus, lagi-lagi saya short-term memory loss. Saya pun menyebut angka 4/60 meter. Dilanjutkan dengan pinhole, lalu kesimpulan dan closing. Sang dokter penguji pun menanyakan mengenai visus mata dasar.
Dokter: Visus dasar itu di baris yang terakhir bisa dibaca, atau yang ngga bisa?
Calon Dokter: Yang terakhir bisa dibaca, Dok.
D: Itu tadi kok kamu nyebutinnya 20/100? Emang tadi bapaknya masih bisa baca di baris yang mana?
CD: Oh iya, Dok. Seharusnya 20/70...
D: Kalau yang kiri, tadi 4/60 ya kamu bilangnya? Pas di 4 meter masih bisa baca?
CD: Oh iya, Dok. Berarti tadi seharusnya 3/60, Dok. Lupa, Dok, tadi. Grogi.
D: Station pertama ya.. Tapi tadi kamu udah bener kok yang pinhole-nya.
Huft. Bahkan saya nggak melihat keberadaan kertas-kertas kecil yang padahal bisa dimanfaatkan untuk mencatat. Alhamdulillah sang dokter baik hati mengingatkan saya. Saya pun sedikit mengintip ke kertas ceklis, alhamdulillah hampir semua diceklis kecuali 2 poin (sejauh yang saya lihat). Mungkin kedua poin itu adalah interpretasi visus dasar mata kanan dan kiri, yang saya salah tadi. Saya masih optimis bisa lulus di station kali ini :")
STATION 11
Saya sudah menerka kalau ini hearing and vestibular examination karena suara Ujun tadi cukup terdengar sampai ke ruangan saya. Hmm, salah satu station terhectic dan paling menghabiskan waktu sih, kata anak-anak hari pertama. Karena semua pemeriksaan dan setiap step harus dilakukan. Bahkan ketika bel tadi dibunyikan, Ujun masih di dalam. Barulah di bel kedua, Ujun keluar dan saya langsung masuk. Bismillah!
Pertama, seperti biasa saya anamnesis singkat sambil ngerap ke pasien untuk menanyakan keluhan. Katanya pendengarannya kurang di telinga sebelah kanan dan ada gangguan keseimbangan. Oke, Pak, challenge accepted! Saya langsung memakai masker (ini agak PR sih ya), mengenakan headlamp (tadinya saya sempat bingung bagaimana cara mengarahkan lampunya, sampai sempat saya bolak-balik, dan ini agak memakan waktu saya huft), dan mengenakan handglove (udah ngga peduli aturan skin-to-skin atau glove-to-glove lagi). Mulai inspeksi luar, lalu inspeksi dalam. Saya sudah memegang, menyalakan, dan mengarahkan otoscope ke telinga pasien, ternyata kata dokternya tidak perlu. Baiklah, saya lanjutkan pemeriksaan ke telinga sebelahnya, lalu mulai voice test. Kiri normal, kanan ada kelainan pendengaran grade moderate. Lanjut ke Rinne test dan Weber test (yang hampir terlupakan karena garpu tala-nya langsung ditaruh kembali ke meja). Lanjut Rhomberg dan Tandem-gait test, bapaknya jatuh ke kanan seperti seharusnya. Terakhir, interpretasi hasil audiometri... Nah ini nih. Saya awalnya masih agak bingung dan meraba-raba. Mencoba menenangkan diri dan mulai "mencerna" grafik satu persatu. Baru menghitung sedikit, eh keburu bel. Kata dokternya lanjut aja. Oke, saya masih berusaha, lalu berbunyilah bel kedua. "Udah, dikira-kira aja." Setelah mengira-ngira, saya pun langsung berlarian keluar, membaca soal sekilas, dan masuk ke station berikutnya.
STATION 12
Alhamdulillah suara Ujun tadi sudah terdengar ya, jadi saya sudah tau ini station apa. Psychiatric examination/mental status examination! Saya langung menganamnesis seorang ibu yang dari wajahnya tampak sangaaat sedih. Matanya juga merah. Ternyata, beliau depresi karena suaminya selingkuh dan berkeinginan untuk bunuh diri. Saya lanjut menanyakan semua pertanyaan MSE, tapi saya bingung juga kok si ibunya nggak ada delusi atau halusinasi sama sekali (sekalipun memang seharusnya depresi bukan termasuk psikosis sih). Ini apa saya yang salah bertanya? Apa saya harusnya menanyakan pertanyaan yang ada di modul sebelumnya (History Taking Psychiatry)? Alhasil saya sambil melihat ke arah dosen penguji. Beliau sambil menceklis. Alhamdulillah, saya tidak salah.
Begitu sampai di pengetesan memori, tiba-tiba sang dokter bilang, "Memori nggak usah. Kan ada di soal." Saya langung melihat ke arah soal. Hmm benar juga. Beliau pun menyodorkan kertas yang harus diisi. Astaghfirullah, saya bahkan nggak ngeh ada kertas itu.. Padahal dengan kertas itu, saya nggak perlu pusing-pusing mengingat apa saja yang harus ditanyakan karena semua poin besarnya sudah ada di situ-__- Oke, saya lanjutkan. Akhirnya, saya tidak mengisi kertas itu dan diminta langsung menyebutkan tiap poin-poinnya. Saya agak lupa di bagian observasi, tapi alhamdulillah masih bisa terjawab semuanya...
STATION 1
Growth anthropometry yang dihuni oleh dr. Nia, salah satu dokter spesialis anak. Saya langsung menganamnesis sang pasien anak dengan nada yang sok imut seolah-olah sedang bicara dengan anak kecil (eh, emang iya sih). Langsung saya lakukan pengukuran sesuai prosedur, dan tibalah saat interpretasi. Waktu menghitung, saya bingung. Kok angkanya aneh.. Saya mendadak lupa rumus, dan bingung harus berbuat apa. Alhamdulillah dr. Nia sangat memahami :") Beliau bilang, "Coba sini saya liat itungan kamu. Oh, itu kamu udah mendekati kok. Mungkin kamu lupa ya cara hitungnya. Ya kamu coba-coba aja ini di kalkulator, dikira-kira mana yang seharusnya, sambil diinget lagi." Lantas saya langsung ambil kertas grafik yang diberikan beliau, dan dengan hitungan yang agak asal, saya langsung masukkan datanya ke grafik...
STATION 2
Begitu bel berbunyi, saya langsung berlari ke sisi seberang dan membaca soal. Injection! Eh, tiba-tiba Ujun keluar dan ke tempat saya. "Lo di situ, Din." Loh, ternyata saya masih kurang ke kanan (station ini agak terpencil di pojok kanan). Ternyata, sekarang adalah prescription yang dihuni oleh dr. Insi~ Saya pun langsung duduk dan menuliskan resep, sempat mengganti kertas karena hampir salah memberikan obat (kalau beneran salah bisa hipoglikemi pasiennya...), lalu menyerahkan ke dr. Insi. Beliau meminta saya menjelaskan obat tersebut ke pasien. Kemudian dikomentari, "Kamu harusnya menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami pasien. Kalau saya, menjelaskannya, blablabla" Intinya beliau menjelaskan dengan bahasa yang jauh lebih enak dibandingkan dengan saya hehe. Yaa maafkan, Dok, saya tidak terlalu mempersiapkan untuk menjelaskan ke pasien, karena saya pikir penguji hanya akan menanyakan rute administrasi dan mechanism of action obat._.
STATION 3
Saya langsung keluar dengan tergesa dan membaca soal. Sekalipun saya sudah tau ini station injection, tapi saya perlu membaca lagi soal dengan teliti, karena di soal tertulis beberapa nama obat yang diberikan, sedangkan yang akan dilakukan cuma 1.
Saya masuk, disambut oleh dr. Nur Atik dan juga manekin bokong yang masih tertutup. Saya lakukan semua, mulai dari mengecek rekam medis, cek obat, siapkan alat, cuci tangan dan pakai handglove, cek obat lagi, lalu ambil obat dari vial sesuai dosis degan syringe (suntikan). Saya ingin mengambil 5 ml, eh tapi kok yang saya ambil justru kurang.. Berhubung saya cuma mengambil udara saja dari dalam vial (vialnya kosong), saya jutsru menarik lagi syringe nya sampai mendekati 5 ml HAHAHA :") Eh, dr. Nur Atik justru bertanya, "Itu kamu ambil dosisnya berapa?" "5 mili, Dok. 0.5 cc." Begitu saya lihat kembali ke soal, eh ternyata saya salah baca. Di situ tertulis 0,5 ml. "Dok, boleh saya ulang?" Kata beliau, "Dibalikin aja ke vialnya lagi." Hmm baiklah saya kembalikan sisa "obat" (baca: udara)-nya ke dalam vial.
Selanjutnya, saya cek obat untuk ketiga kalinya, siapkan barang, dan menemui pasien. Dimulailah "ngomong sama manekin bokong". Mulai menyuntikkan, selesai, membersihkan bekas area suntikan, evaluasi pasien, dan melakukan dokumentasi. Belum lama, bel pun berbunyi.
STATION 4
Kalau tadi saya bicara sama manekin bokong, kali ini saya harus bicara dengan manekin yang full badan (alhamdulillah). Yap, ini adalah diabetic footcare! Kali ini dihuni oleh dokter dari dept.faal yang asik banget kalo ngajar tapi saya lupa namanya. Hmm saya mulai dari awal anamnesis, informed consent, dan memeriksa kaki pasien. Karena di soal kaki pasiennya terdapat numbness, maka saat pengetesan numbness saya pun ngomong sendiri. "Terasa sakit, Pak (di bagian paha)? Terasa, Pak (di bagian kaki)? Lebih terasa di bagian mana, Pak? Oh, lebih terasa di bagian paha ya."
Saya lanjutkan dengan edukasi perawatan kaki disertai pemilihan alas kaki. Seperti biasa, saya harus berbicara terus menerus sambil mempraktikkan ke manekin. Baru saya sampai di bagian "kalau ada perubahan di kaki, hubungi dokter", bel berbunyi. Saya langsung cepat menyebutkan 3 poin tersisa dan langung keluar.
STATION 5
Sensoric function exam yang mengharuskan saya memeriksa light touch, vibrasi dan posisi dari ekstrimitas atas. Setelah anamnesis, saya minta pasien untuk berbaring dan menggulung lengan. Cuci tangan dengan six steps handwashing, lalu mulai mengambil kapas yang sudah dilinting. Dimulailah repetisi kata-kata "Terasa, Pak? Terasa, Pak? Apakah ada perbedaan antara kanan dan kiri?" Dilanjut dengan bermain garpu tala dan bertanya, "Terasa, Pak, getarannya?" Yang terakhir, repetisi kata-kata, "Ini jari ke berapa, Pak? Ke atas atau ke bawah?" Dan selesai sudah. Agak gabut di sini dan masih tersisa cukup waktu untuk duduk-duduk cantik dan merasa lega karena tinggal 4 station lagi.
STATION 6
Pemeriksaan meningeal sign. Seperti biasa, anamnesis, meminta pasien berbaring di meja pemeriksaan, cuci tangan, dan memulai pemeriksaan. Yang diminta adalah nuchal rigidity, Brudzinski I, Brudzinski III, dan Kernig sign. Pertama, nuchal rigidity-nya positif, sekalipun saya agak kurang yakin.. Kedua, saya malah lakukan Brudzinski II bersamaan dengan Kernig sign. Keduanya negatif. Ketiga, Brudzinski III negatif. Di sini saya baru ingat kalau yang saya lakukan harusnya Brudzinski I. "Oh iya, Dok. Ada kesalahan, tadi saya seharusnya melakukan Brudzinski II. Tadi hasilnya negatif." Dan dokter tersebut menyuruh saya untuk mengulangi lagi. Ternyata, hasilnya positif di kaki sebelah kanan. Setelah itu, terjadi kegabutan dan sesi duduk-duduk cantik + awkward moment lagi.
STATION 7
Begitu membaca soal, saya langsung tersenyum. Cranial nerve exam, di mana yang harus diperiksa hanya fungsi motor dari saraf nomor 7 dan 12. Masuk, disambut dr. Gita yang sesaat langsung digantikan oleh dr. Achadiyani. Pemeriksaan berjalan cukup singkat, sekalipun awalnya saya agak bingung. Pasien hari pertama senyum dan lidahnya "mencong". Sedangkan pasien saya normal semua. Setelah dr. Achadiyani keluar ruangan, saya justru bertanya ke bapak pasien, "Tadi bener ngga, Pak?" "Bener kok, Neng. Saya tadi diajarinnya gitu," "Oh, soalnya beda sama yang hari kemarin, Pak. Hehe." Di station ini pun saya merasa sisa waktunya lamaaaa sekali.
STATION 8
Developmental reflex. Dihuni oleh seorang dokter yang saya tidak tahu namanya dan juga seorang bayi perempuan. Tapi manekin. Saya cuma diminta melakukan Gallant reaction, Moro reaction, dan Palmar Grasp reflex. Alhamdulillah tidak ada kendala yang berarti. Setelah selesai, saya duduk di pojokan dan waktu terasa berjalan lambat kembali.
STATION 9
LAST STATION! WOO HOO! Inilah PEDS, satu station yang belum saya review lagi tadi... Tapi, saya pasrah. Jadi, saya masuk dan sudah ada seorang ibu dan dosen pengawas. Seorang ibu ini mukanya sangat familiar... Entah penjual makanan di kantin atau siapa ya, saya masih wondering sampai sekarang... Ok, intinya, si ibu mengeluhkan perilaku, kemampuan bahasa, dan masalah mengenai anaknya, lalu saya menawarkan untuk mengisi PEDS, sang ibu mengaku tak mengerti bahasa kuesionernya, sehingga saya harus menanyakan kepada si ibu. Sekalipun, sebenarnya jawaban dari semua pertanyaan yang ditanyakan sudah ada di kertasnya sih. Tapi yang diperlukan di sini adalah bagaimana cara kami berkomunikasi dengan pasien dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan. Saya pun akhirnya melakukan tanya-jawab dengan sang ibu dan pura-pura mengisi kuesioner, dilanjutkan dengan penghitungan umur, memasukkan hasil ke dalam tabel, menginterpretasi tabel, dan memberitahukan tindakan lebih lanjut yang harus dilakukan kepada sang anak.
TEEEEEET
Yap, selesai sudah OSCE EMS-NBSS kali ini! Alhamdulillah, OSCE kali ini persiapan saya jauh lebih baik. Alhamdulillah, dari ke-12 station, dosen saya baik hati semuanya, tidak ada yang galak ataupun aneh-aneh :") Sekalipun ada banyak kesalahan yang saya lakukan, kali ini saya cukup optimis mendapatkan oneshot. Bismillah, saya pasrahkan semua hasilnya kepada-Mu, yaa Allah :")
Karena masih lama, kami para "anak-anak sisa" pun jadi lebih santai. Ada yang tidur dulu, malah ada yang makan bubur dulu... Saya lanjut belajar dan OSCE-OSCE-an sama Lilis. Sekitar jam 9, tiba-tiba ada pemanggilan nama lagi. Wah, kami bingung. "Emangnya yang kloter pertama udah selesai?" Dan setelah mereka selesai dipanggil, saya pikir saya dan anak-anak yang tersisa sudah fix OSCE-nya sehabis Jum'atan. Saya justru jajan ke bawah bareng Tamia dan Atih. Saya beli kopi supaya tidak ngantuk sampai siang. Lalu saya lanjutkan dengan sholat.
Sekembalinya dari musholla, saya kaget, kok anak-anak sudah siap di depan sambil menggendong tas. Salah satu ada yang bilang, "Itu Adinda, Pak." Ternyata nama saya sudah dipanggil. Ujun bertanya, "Mau sekarang apa habis Jum'atan, Din?" Tanpa pikir panjang saya jawab "Sekarang". Saya langsung ambil tas, dan sekian bawaan saya yang banyak itu. Saya langsung turun mengikuti barisan dan menuju gedung C3. Anak-anak kloter pertama yang sudah selesai pun tampak berkumpul di parkiran.
Saya baru ingat kalau saya belum mereview PEDS dan juga beberapa station. Saya juga lapar... Saya kira masih ada waktu isolasi dulu. Ternyata kami langsung masuk. Wah, yaudah deh. Kami langsung masuk ke dalam wing D dan menunggu di dalam, di depan station masing-masing. Sambil menunggu orang yang di dalam selesai, saya iseng mengecek pulse rate. 124 denyut permenit.... Padahal batas atasnya 100 bpm. Wah, saya palpitasi berat. Tapi saya justru nggak terlalu merasa deg-deg-an atau gimana, karena saya sudah lebih pasrah di sini..
TEEEEEET
STATION 10
Saya langung baca soal. Belum apa-apa sudah eye examination... Seperti biasa, masuk, sapa dokter, tanda tangan, dan mulai berbicara kepada bapak pasien. Saya hampir lupa meminta pasien menutup mata sewaktu mau diperiksa. Hmm. Kemudian, saat mau menentukan visus mata kanan, tiba-tiba saya mengalami short-term memory loss. Saya lupa tadi bapaknya bisa baca sampai di baris ke-berapa. Akhirnya saya sebutkan seingat saya, yaitu 20/100 kaki... Dilanjutkan dengan pinhole. Awalnya, karena takut repot, saya langsung minta bapaknya memegang occluder dan pinhole tanpa menggunakan kacamatanya. Sang dokter penguji langsung berkomentar, "Kok gitu?" Saya pun lantas memberikan kacamata kepada sang bapak. Lanjut ke mata kiri, si bapak ceritanya harus sampai counting finger. Begitu mau menyebutkan visus, lagi-lagi saya short-term memory loss. Saya pun menyebut angka 4/60 meter. Dilanjutkan dengan pinhole, lalu kesimpulan dan closing. Sang dokter penguji pun menanyakan mengenai visus mata dasar.
Dokter: Visus dasar itu di baris yang terakhir bisa dibaca, atau yang ngga bisa?
Calon Dokter: Yang terakhir bisa dibaca, Dok.
D: Itu tadi kok kamu nyebutinnya 20/100? Emang tadi bapaknya masih bisa baca di baris yang mana?
CD: Oh iya, Dok. Seharusnya 20/70...
D: Kalau yang kiri, tadi 4/60 ya kamu bilangnya? Pas di 4 meter masih bisa baca?
CD: Oh iya, Dok. Berarti tadi seharusnya 3/60, Dok. Lupa, Dok, tadi. Grogi.
D: Station pertama ya.. Tapi tadi kamu udah bener kok yang pinhole-nya.
Huft. Bahkan saya nggak melihat keberadaan kertas-kertas kecil yang padahal bisa dimanfaatkan untuk mencatat. Alhamdulillah sang dokter baik hati mengingatkan saya. Saya pun sedikit mengintip ke kertas ceklis, alhamdulillah hampir semua diceklis kecuali 2 poin (sejauh yang saya lihat). Mungkin kedua poin itu adalah interpretasi visus dasar mata kanan dan kiri, yang saya salah tadi. Saya masih optimis bisa lulus di station kali ini :")
STATION 11
Saya sudah menerka kalau ini hearing and vestibular examination karena suara Ujun tadi cukup terdengar sampai ke ruangan saya. Hmm, salah satu station terhectic dan paling menghabiskan waktu sih, kata anak-anak hari pertama. Karena semua pemeriksaan dan setiap step harus dilakukan. Bahkan ketika bel tadi dibunyikan, Ujun masih di dalam. Barulah di bel kedua, Ujun keluar dan saya langsung masuk. Bismillah!
Pertama, seperti biasa saya anamnesis singkat sambil ngerap ke pasien untuk menanyakan keluhan. Katanya pendengarannya kurang di telinga sebelah kanan dan ada gangguan keseimbangan. Oke, Pak, challenge accepted! Saya langsung memakai masker (ini agak PR sih ya), mengenakan headlamp (tadinya saya sempat bingung bagaimana cara mengarahkan lampunya, sampai sempat saya bolak-balik, dan ini agak memakan waktu saya huft), dan mengenakan handglove (udah ngga peduli aturan skin-to-skin atau glove-to-glove lagi). Mulai inspeksi luar, lalu inspeksi dalam. Saya sudah memegang, menyalakan, dan mengarahkan otoscope ke telinga pasien, ternyata kata dokternya tidak perlu. Baiklah, saya lanjutkan pemeriksaan ke telinga sebelahnya, lalu mulai voice test. Kiri normal, kanan ada kelainan pendengaran grade moderate. Lanjut ke Rinne test dan Weber test (yang hampir terlupakan karena garpu tala-nya langsung ditaruh kembali ke meja). Lanjut Rhomberg dan Tandem-gait test, bapaknya jatuh ke kanan seperti seharusnya. Terakhir, interpretasi hasil audiometri... Nah ini nih. Saya awalnya masih agak bingung dan meraba-raba. Mencoba menenangkan diri dan mulai "mencerna" grafik satu persatu. Baru menghitung sedikit, eh keburu bel. Kata dokternya lanjut aja. Oke, saya masih berusaha, lalu berbunyilah bel kedua. "Udah, dikira-kira aja." Setelah mengira-ngira, saya pun langsung berlarian keluar, membaca soal sekilas, dan masuk ke station berikutnya.
STATION 12
Alhamdulillah suara Ujun tadi sudah terdengar ya, jadi saya sudah tau ini station apa. Psychiatric examination/mental status examination! Saya langung menganamnesis seorang ibu yang dari wajahnya tampak sangaaat sedih. Matanya juga merah. Ternyata, beliau depresi karena suaminya selingkuh dan berkeinginan untuk bunuh diri. Saya lanjut menanyakan semua pertanyaan MSE, tapi saya bingung juga kok si ibunya nggak ada delusi atau halusinasi sama sekali (sekalipun memang seharusnya depresi bukan termasuk psikosis sih). Ini apa saya yang salah bertanya? Apa saya harusnya menanyakan pertanyaan yang ada di modul sebelumnya (History Taking Psychiatry)? Alhasil saya sambil melihat ke arah dosen penguji. Beliau sambil menceklis. Alhamdulillah, saya tidak salah.
Begitu sampai di pengetesan memori, tiba-tiba sang dokter bilang, "Memori nggak usah. Kan ada di soal." Saya langung melihat ke arah soal. Hmm benar juga. Beliau pun menyodorkan kertas yang harus diisi. Astaghfirullah, saya bahkan nggak ngeh ada kertas itu.. Padahal dengan kertas itu, saya nggak perlu pusing-pusing mengingat apa saja yang harus ditanyakan karena semua poin besarnya sudah ada di situ-__- Oke, saya lanjutkan. Akhirnya, saya tidak mengisi kertas itu dan diminta langsung menyebutkan tiap poin-poinnya. Saya agak lupa di bagian observasi, tapi alhamdulillah masih bisa terjawab semuanya...
STATION 1
Growth anthropometry yang dihuni oleh dr. Nia, salah satu dokter spesialis anak. Saya langsung menganamnesis sang pasien anak dengan nada yang sok imut seolah-olah sedang bicara dengan anak kecil (eh, emang iya sih). Langsung saya lakukan pengukuran sesuai prosedur, dan tibalah saat interpretasi. Waktu menghitung, saya bingung. Kok angkanya aneh.. Saya mendadak lupa rumus, dan bingung harus berbuat apa. Alhamdulillah dr. Nia sangat memahami :") Beliau bilang, "Coba sini saya liat itungan kamu. Oh, itu kamu udah mendekati kok. Mungkin kamu lupa ya cara hitungnya. Ya kamu coba-coba aja ini di kalkulator, dikira-kira mana yang seharusnya, sambil diinget lagi." Lantas saya langsung ambil kertas grafik yang diberikan beliau, dan dengan hitungan yang agak asal, saya langsung masukkan datanya ke grafik...
STATION 2
Begitu bel berbunyi, saya langsung berlari ke sisi seberang dan membaca soal. Injection! Eh, tiba-tiba Ujun keluar dan ke tempat saya. "Lo di situ, Din." Loh, ternyata saya masih kurang ke kanan (station ini agak terpencil di pojok kanan). Ternyata, sekarang adalah prescription yang dihuni oleh dr. Insi~ Saya pun langsung duduk dan menuliskan resep, sempat mengganti kertas karena hampir salah memberikan obat (kalau beneran salah bisa hipoglikemi pasiennya...), lalu menyerahkan ke dr. Insi. Beliau meminta saya menjelaskan obat tersebut ke pasien. Kemudian dikomentari, "Kamu harusnya menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami pasien. Kalau saya, menjelaskannya, blablabla" Intinya beliau menjelaskan dengan bahasa yang jauh lebih enak dibandingkan dengan saya hehe. Yaa maafkan, Dok, saya tidak terlalu mempersiapkan untuk menjelaskan ke pasien, karena saya pikir penguji hanya akan menanyakan rute administrasi dan mechanism of action obat._.
STATION 3
Saya langsung keluar dengan tergesa dan membaca soal. Sekalipun saya sudah tau ini station injection, tapi saya perlu membaca lagi soal dengan teliti, karena di soal tertulis beberapa nama obat yang diberikan, sedangkan yang akan dilakukan cuma 1.
Saya masuk, disambut oleh dr. Nur Atik dan juga manekin bokong yang masih tertutup. Saya lakukan semua, mulai dari mengecek rekam medis, cek obat, siapkan alat, cuci tangan dan pakai handglove, cek obat lagi, lalu ambil obat dari vial sesuai dosis degan syringe (suntikan). Saya ingin mengambil 5 ml, eh tapi kok yang saya ambil justru kurang.. Berhubung saya cuma mengambil udara saja dari dalam vial (vialnya kosong), saya jutsru menarik lagi syringe nya sampai mendekati 5 ml HAHAHA :") Eh, dr. Nur Atik justru bertanya, "Itu kamu ambil dosisnya berapa?" "5 mili, Dok. 0.5 cc." Begitu saya lihat kembali ke soal, eh ternyata saya salah baca. Di situ tertulis 0,5 ml. "Dok, boleh saya ulang?" Kata beliau, "Dibalikin aja ke vialnya lagi." Hmm baiklah saya kembalikan sisa "obat" (baca: udara)-nya ke dalam vial.
Selanjutnya, saya cek obat untuk ketiga kalinya, siapkan barang, dan menemui pasien. Dimulailah "ngomong sama manekin bokong". Mulai menyuntikkan, selesai, membersihkan bekas area suntikan, evaluasi pasien, dan melakukan dokumentasi. Belum lama, bel pun berbunyi.
STATION 4
Kalau tadi saya bicara sama manekin bokong, kali ini saya harus bicara dengan manekin yang full badan (alhamdulillah). Yap, ini adalah diabetic footcare! Kali ini dihuni oleh dokter dari dept.faal yang asik banget kalo ngajar tapi saya lupa namanya. Hmm saya mulai dari awal anamnesis, informed consent, dan memeriksa kaki pasien. Karena di soal kaki pasiennya terdapat numbness, maka saat pengetesan numbness saya pun ngomong sendiri. "Terasa sakit, Pak (di bagian paha)? Terasa, Pak (di bagian kaki)? Lebih terasa di bagian mana, Pak? Oh, lebih terasa di bagian paha ya."
Saya lanjutkan dengan edukasi perawatan kaki disertai pemilihan alas kaki. Seperti biasa, saya harus berbicara terus menerus sambil mempraktikkan ke manekin. Baru saya sampai di bagian "kalau ada perubahan di kaki, hubungi dokter", bel berbunyi. Saya langsung cepat menyebutkan 3 poin tersisa dan langung keluar.
STATION 5
Sensoric function exam yang mengharuskan saya memeriksa light touch, vibrasi dan posisi dari ekstrimitas atas. Setelah anamnesis, saya minta pasien untuk berbaring dan menggulung lengan. Cuci tangan dengan six steps handwashing, lalu mulai mengambil kapas yang sudah dilinting. Dimulailah repetisi kata-kata "Terasa, Pak? Terasa, Pak? Apakah ada perbedaan antara kanan dan kiri?" Dilanjut dengan bermain garpu tala dan bertanya, "Terasa, Pak, getarannya?" Yang terakhir, repetisi kata-kata, "Ini jari ke berapa, Pak? Ke atas atau ke bawah?" Dan selesai sudah. Agak gabut di sini dan masih tersisa cukup waktu untuk duduk-duduk cantik dan merasa lega karena tinggal 4 station lagi.
STATION 6
Pemeriksaan meningeal sign. Seperti biasa, anamnesis, meminta pasien berbaring di meja pemeriksaan, cuci tangan, dan memulai pemeriksaan. Yang diminta adalah nuchal rigidity, Brudzinski I, Brudzinski III, dan Kernig sign. Pertama, nuchal rigidity-nya positif, sekalipun saya agak kurang yakin.. Kedua, saya malah lakukan Brudzinski II bersamaan dengan Kernig sign. Keduanya negatif. Ketiga, Brudzinski III negatif. Di sini saya baru ingat kalau yang saya lakukan harusnya Brudzinski I. "Oh iya, Dok. Ada kesalahan, tadi saya seharusnya melakukan Brudzinski II. Tadi hasilnya negatif." Dan dokter tersebut menyuruh saya untuk mengulangi lagi. Ternyata, hasilnya positif di kaki sebelah kanan. Setelah itu, terjadi kegabutan dan sesi duduk-duduk cantik + awkward moment lagi.
STATION 7
Begitu membaca soal, saya langsung tersenyum. Cranial nerve exam, di mana yang harus diperiksa hanya fungsi motor dari saraf nomor 7 dan 12. Masuk, disambut dr. Gita yang sesaat langsung digantikan oleh dr. Achadiyani. Pemeriksaan berjalan cukup singkat, sekalipun awalnya saya agak bingung. Pasien hari pertama senyum dan lidahnya "mencong". Sedangkan pasien saya normal semua. Setelah dr. Achadiyani keluar ruangan, saya justru bertanya ke bapak pasien, "Tadi bener ngga, Pak?" "Bener kok, Neng. Saya tadi diajarinnya gitu," "Oh, soalnya beda sama yang hari kemarin, Pak. Hehe." Di station ini pun saya merasa sisa waktunya lamaaaa sekali.
STATION 8
Developmental reflex. Dihuni oleh seorang dokter yang saya tidak tahu namanya dan juga seorang bayi perempuan. Tapi manekin. Saya cuma diminta melakukan Gallant reaction, Moro reaction, dan Palmar Grasp reflex. Alhamdulillah tidak ada kendala yang berarti. Setelah selesai, saya duduk di pojokan dan waktu terasa berjalan lambat kembali.
STATION 9
LAST STATION! WOO HOO! Inilah PEDS, satu station yang belum saya review lagi tadi... Tapi, saya pasrah. Jadi, saya masuk dan sudah ada seorang ibu dan dosen pengawas. Seorang ibu ini mukanya sangat familiar... Entah penjual makanan di kantin atau siapa ya, saya masih wondering sampai sekarang... Ok, intinya, si ibu mengeluhkan perilaku, kemampuan bahasa, dan masalah mengenai anaknya, lalu saya menawarkan untuk mengisi PEDS, sang ibu mengaku tak mengerti bahasa kuesionernya, sehingga saya harus menanyakan kepada si ibu. Sekalipun, sebenarnya jawaban dari semua pertanyaan yang ditanyakan sudah ada di kertasnya sih. Tapi yang diperlukan di sini adalah bagaimana cara kami berkomunikasi dengan pasien dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan. Saya pun akhirnya melakukan tanya-jawab dengan sang ibu dan pura-pura mengisi kuesioner, dilanjutkan dengan penghitungan umur, memasukkan hasil ke dalam tabel, menginterpretasi tabel, dan memberitahukan tindakan lebih lanjut yang harus dilakukan kepada sang anak.
TEEEEEET
Yap, selesai sudah OSCE EMS-NBSS kali ini! Alhamdulillah, OSCE kali ini persiapan saya jauh lebih baik. Alhamdulillah, dari ke-12 station, dosen saya baik hati semuanya, tidak ada yang galak ataupun aneh-aneh :") Sekalipun ada banyak kesalahan yang saya lakukan, kali ini saya cukup optimis mendapatkan oneshot. Bismillah, saya pasrahkan semua hasilnya kepada-Mu, yaa Allah :")
Comments
Post a Comment