OSCE CVS-RS: YOLO

CVS:
1. History Taking Adult Cardiac
2. Physical Exam Adult Cardiac (Jugular Venous Pressure, Carotid Pulse, Point of Maximum Impulse)
3. Normal ECG
4. Abnormal ECG (Myocardial Infarct)
5. Abnormal ECG (Arrhytmia)
6. Pediatric Resuscitation
7. History Taking Pediatric Cardiac
8. History Taking & Physical Exam Artery and Vein

RS:
1. Anterior Nasal Packing
2. Oxygen Therapy
3. History Taking Adult Respi
4. Physical Exam Adult Respi
5. History Taking Pediatric Dyspnea
6. Nebulization
7. Acid-Fast Staining
8. Heimlich Maneuever
9. Needle Thoracostomy

H-3 OSCE, H+1 SOOCA
Sehari setelah SOOCA, paginya kami masih dihadapkan dengan compre BHP yang dijawab menggunakan hati nurani. Sepulang dari compre pun hawa-hawa post-SOOCA masih terasa. Perasaan bebas dan denial terhadap OSCE yang padahal sudah tinggal hitungan hari. Yang jelas, kebanyakan dari kami masih santai dan lebih memilih melakukan hal yang tidak berfaedah lainnya hahaha. Setelah berhasil mengumpulkan semangat belajar pun, saya cuma sempat mengeprint draf OSCE Nostra (2012) karena sudah tidak cukup waktu lagi untuk membuat draf dan menonton 1 video OSCE di malam harinya. Belum menghafal sama sekali.

H-2 OSCE
Pagi ini baru diumumkan kalau para warga FK Unpad 2014 yang masuk melalui jalur SBMPTN (yaa ada sih beberapa anak SBM awal yang tidak termasuk) plus Twinning mendapat jatah OSCE hari pertama, yaitu Senin! Tapi, entah karena reseptor deadliner-nya belum teraktivasi, saya bahkan baru menghafal 4 station di hari ini..

H-1 OSCE
Kepanikan belum juga menyerang. Tapi saya berusaha mengefektifkan hari ini untuk menghafal sisanya, bahkan sejak pagi setelah bangun Subuh. Hari ini pun ditutup dengan bertamu ke kosan A3 (Avicienna Averous, dan A satu lagi saya lupa) selepas Isya' demi berguru kepada Ulfah Hasna Hasibah bersama Azizah. Ini benar-benar H-1 ter-YOLO sepanjang sejarah per-OSCE-an, dimana isi otak kami masih sangat nol terhadap E K G! Iya, elektrokardiogram yang sering "memakan korban" setiap tahunnya. Dan kami baru pulang sekitar jam setengah sebelas malam, bersenjatakan senter melewati lorong tanpa pencahayaan, ditambah dzikir yang terus mengalir sepanjang Jalan Sayang yang beberapa kali dihebohkan dengan berita kriminal. Sesampainya kembali ke Domus, saya langsung beranjak tidur.

Senin, 9 Januari 2016. Bangun, sholat, dan sarapan sembari muraja'ah hafalan OSCE. Tidak lupa menyiapkan berjuta-juta camilan in case mendapat kloter siang...

Sekitar jam 6.30, saya berangkat naik mobil Azizah. Mobil baru berjalan sebentar di saat saya mengulang hafalan, eh ternyata draf OSCE (Nostra) saya ketinggalan di kamar! Saya langsung lari ke lantai 3 dan lari kembali ke lantai 1 karena takut terlambat akibat disuruh berkumpul jam 6.40.

Sesampainya di Padang Mahsyar C6.3, kami langsung duduk di dekat guru kami, Hasselbach (Hasna). Mulai mengulang lagi dan mendiskusikan station yang masih dibingungkan, latihan needle thoracostomy menggunakan syringe + jarum suntik standar (yang saya 'cipet' semester lalu), jarum suntik 16 cc yang memiliki IV catheter (yang saya 'cipet' di semester ini), ditambah boneka Paddington Bear (yang setia menemani latihan OSCE sejak RPS) sebagai objek untuk 'ditojos-tojos'.

Sesi pemanggilan pun dimulai... Entah kenapa, saya punya semacam firasat kalau saya akan ada di kloter pertama. Perlahan-lahan, nama Hasna dan Azizah dipanggil. Saya menyemangati mereka. Eh, ternyata nama saya juga ada!!! Hahaha. Padahal, masih banyak yang belum saya review, termasuk PE Adult Respi, EKG, PE Adult Cardiac, dll. Saya langsung bertepuk tangan dan menertawakan diri sendiri. Udah mah OSCE-nya di H+4 SOOCA, baru mulai belajar H-2, dapat hari pertama, kloter pertama pula....

Saya pun masih mencoba me-review sepanjang perjalanan menuju C5 dan selama menunggu di C5. Saya ujian di wing B bersama Azizah, Farid, Ijah, Anne, Enid, Ecan, Fathur, Livia, Yogi, Afifah, dan lupa dua lagi siapa. Begitu melihat dr.Adi Imam memasuki wing B, saya langsung bahagia! Eh, ternyata beliau keluar lagi... Saya juga lihat dr. Teguh Marfen, pengawas SOOCA saya kemarin yang masuk ke wing B! Wah, pasti beliau akan menguji pemeriksaan arteri-vena.

Sekitar jam 8, kami sudah memasuki ruang skills. "Udah, berdiri aja di depan ruangan yang ada kertas soalnya. Nggak usah ngintip-ngintip," instruksi dr. Putri Halley. Sewaktu saya berdiri di depan ruangan sebelah kiri yang nomor 3 dari ujung, tiba-tiba ada yang mendorong saya secara pelan dari belakang. Ternyata itu Farid. "Lo di sana," katanya. Mata langsung saya arahkan se seluruh penjuru ruangan. Semua ruangan yang ada sudah ditempati. "Dok, saya di mana ya?" tanya saya ke dokter Putri sambil mengacungkan tangan. Karena station cuma ada 11 sedangkan kami ada 12 orang, jadilah saya penghuni station istirahat... Why.... Kenapa saya harus istirahat di awal :"")

Selama di station istirahat, saya mencoba menguping kedua station terdekat. Di station 1 yang dihuni Fathur, langsung terdengar suara "Dek! Dek! Bangun, Dek!" Haha sudah jelas ini pasti station RJP anak. Sedangkan di station 11 yang dihuni Afifah, terdengar penyebutan batas-batas di dinding dada anterior. Wah, ini pasti PE Adult Respi. Akhirnya, saya mencoba mengingat-ngingat lagi algoritma RJP anak. Di samping itu, saya juga perlahan-lahan menggeser kursi tempat saya duduk ke arah kanan, supaya nantinya lebih cepat untuk berlari ke station 1 hahaha.

TEEEET

Station 1
Pediatric resuscitation. Saya baca soal, ada seorang anak yang tidak sadarkan diri setelah kejang. Challange accepted! Saya masuk ke ruangan yang dihuni dr. Vira, dan langsung melancarkan aksi. Mulai dari cek kesadaran pasien, call for help, cek pulsasi arteri karotid sekaligus cek pernapasan. Begitu mau mulai kompresi, ternyata posisi saya salah... Harusnya saya di kanan pasien, tapi kalau mau pindah ke kanan juga di sana agak penuh oleh alat yang menyambung ke tubuh manekin. Ya sudah. Saya siasati dengan melakukan kompresi menggunakan dua tangan. Setelah 5 siklus (eh apa baru 4 ya?), saya cek nadi dan napas. Saya tanyakan ke dr. Vira. "Nadi ada, napas nggak ada," jawab beliau. Karena itu, saya berikan napas buatan. Setelah selesai 1 menit, saya tanyakan lagi. Alhamdulillah, nadi sudah lebih dari 60 bpm dan napas sudah ada. Tinggal recovery position pada manekin saja. Selanjutnya, dr. Vira sedikit bertanya perbedaan resusitasi terhadap anak dan balita.

Station 2
Masuk dengan sedikit 'grasak-grusuk', langsung tanda tangan absen. Sang penguji yang tampak sudah berumur, membaca nama saya. Sesaat saya menyadari bahwa beliau adalah Prof. Ridad. "Adinda, lain kali, biasakan kalau masuk itu salam dulu. 'Assalamu'alaikum' atau 'Selamat pagi' ya," kata beliau. Astaghfirullah, saking masih panik di awal, saya sampai lupa salam hahaha.

History taking adult cardiac pun saya mulai. Yaa alhamdulillah cukup lancar, sekalipun beberapa kali sempat terhenti karena lupa apa yang selanjutnya harus ditanyakan. Prof. Ridad yang superbaik dan lovablei itu mengajak saya mengobrol.

PR: Adinda, kamu dari SMA mana?
ASN: Dari SMA 77 Jakarta, Prof.
PR: SMA 77 itu yang di Kebayoran?
ASN: Cempaka Putih, Prof.
PR: Ooh. Dari SMA kamu berapa orang yang masuk sini?
ASN: Saya sendirian, Prof.
PR: Kalau kakak kelas kamu ada?
ASN: Ada, Prof. Kakak kelas juga cuma satu di sini.
PR: Ooh bagus-bagus. Berarti FK Unpad menerima yang terbaik ya.
ASN: Hehehe.
PR: Kamu tinggal di sini? Apa kost?
ASN: Saya nge-kost, Prof. Orang tua di Jakarta.
PR: Tapi kamu ada famili di sini?

TEEET

Bel pun berbunyi, saya langsung mengucap terima kasih kepada sang profesor dan sang pasien, lalu keluar dengan mengucap salam. 

Station 3
Seorang ibu membawa anaknya yang berusia 7 tahun karena sesak napas. Kami diminta memberi terapi nebulization. Oke, saya pun masuk. Di dalam, sudah ada dokter penguji dan manekin. Karena di soal ceritanya ada orang tua pasien sedangkan yang saya hadapi hanya manekin, maka saya mulai berbicara pada pasien khayalan (?) Eh, ternyata sang dokter penguji yang berperan sebagai ibu pasien. Jadilah beliau bertanya-tanya selayaknya orang tua pasien: seperti apa masker yang akan diberikan, tujuan dilakukan terapi, dll. Alhamdulillah, pengerjaan nebulisasi dari awal sampai akhir lancar.

Setelah selesai, saya duduk di kursi yang sudah disediakan. Dan sang dokter anak-anestesi tersebut memulai penilaiannya terhadap saya. "Kamu udah bagus ya, tadi memperkenalkan diri dulu ke pasien. Kalau sebelum-sebelumnya tadi langsung aja. Nah, untuk langkah-langkahnya tadi udah kamu lakukan semua ya. Jadi nilai kamu 100 persen," kata beliau. Alhamdulillah, senang pisan rasanya :") Lalu beliau melanjutkan 'tips-tips' yang tidak tertera di modul, yaitu cara berkomunikasi dengan baik kepada pasien, agar pasien bisa percaya kalau pengobatan ini adalah yang terbaik. Mulai dari menjelaskan alasan pemilihan terapi dengan cara penguapan, efek samping atau komplikasi obat, sampai cara-cara supaya pasien anak tidak takut saat diberi pengobatan. Wah, pokoknya bermanfaat sekali ilmunya. Hatur nuhun, Dok!

Station 4
Kembali lagi dengan history taking, tapi kali ini HT-nya HT pediatric dyspnea. Yang diwawancara adalah ibu pasien. Yaa lumayan lancar, sekalipun lagi-lagi saya sering lupa pertanyaan berikutnya. Setelah selesai pun, dr. Gradia selaku penguji tidak mengomentari apa-apa. 

Station 5
Station PE adult cardiac yang diwakili oleh pemeriksaan jugular venous pressure JVP. Saya langsung informed consent kepada pasien yang ceritanya mau kontrol untuk penyakit pulmonary hypertension-nya. Baru saja menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada si pasien, tiba-tiba dosennya bertanya, "Apa tadi tujuan pemeriksaannya?" Waduh. Saya jawab, tapi sepertinya salah. Pokoknya beliau justru menanyakan tentang penyakit pulmonary hypertension-nya. Saya mulai agak mengarang di sini karena tiba-tiba saya nge-blank dan lupa dengan penyakit yang sudah dipelajari. 

Beliau pun menyerah. Mungkin dalam hatinya, "Ini mahasiswa selama 1 semester ini ngapain aja dah gitu aja ngga ngerti." Beliau menyuruh saya melanjutkan. Pasien sudah membuka baju dan berbaring, sekarang saatnya memeriksa vena jugularis pasien. Sang dokter mulai mendekat. Saya bendung aliran darah di atas tulang clavicle untuk melihat titik kolaps vena. BANG! Saya tidak tau apa yang saya liat... Saya bingung titik kolapsnya yang mana. Beliau kembali menanyakan titik kolapsnya. Saya bilang tidak terlihat. Beliau balas, "Ada kok itu. Coba kamu liat, itu kalo masih ada denyutnya berarti masih ada aliran." Akhirnya, saya mengarang... tapi titik yang saya tunjuk memang sudah tidak berdenyut kok :"(

Saya lanjut mengukur tinggi titik kolaps. Awalnya, saya letakkan penggaris segitiga di atas sternal angle, sedangkan penggaris yang lurus menempel di titik kolaps. Melihat saya ribet sendiri, beliau menukar posisi penggaris saya. Saya malah lupa mengambil penggaris satunya yang masih dipegang beliau. "Ini kamu pegang," kata beliau hahaha. Saya pun megukur tingginya, didapati angka 5 + 0,5 cm H20. Beliau kembali bertanya-tanya tentang sternal angle, berapa angka normal JVP, 5 cm itu angka apa, dan kenapa bisa tinggi, dll. Barulah pasien saya persilakan memakai baju kembali dan kembali ke tempat duduk. Huft.... Saya agak pesimis di station ini :")

Station 6
EKG yang sepertinya normal. Masuk, duduk, absen. "Nanti saya nilai dari apa yang kamu tulis. Jadi kamu tulis aja ya, ngga perlu dijelaskan," kata sang dokter penguji. Siap, Dok! Saya pun mulai mengerjakan. Tidak sesulit yang dikira. Tapi, di tengah-tengah, saya mulai hilang ingatan terhadap apa yang sudah dipelajari tapi belum diulang lagi. Hmm berhubung tinggal ditulis saja, jadi yaa saya tulis normal saja. Tapi, kok ya saya menemukan ST elevation... Padahal secara keseluruhan EKG-nya normal. Akhirnya saya tulis. Saya bahkan lupa kesimpulannya saya tulis apa. Jangan-jangan saya tulis STEMI... Wah, entahlah. Pokoknya saya bingung. Dan berhubung sudah bel, ya saya kumpulkan saja kertas interpretasinya.

Station 7
PE artery! Begitu masuk, saya pikir pengujinya dr. Teguh Marfen, ternyata bukan. Saya kecewa (?) Tapi saya tetap melakukan pemeriksaan kok hahaha. Sewaktu pasien sudah duduk di atas tempat tidur pemeriksaan, saya meminta pasien membuka jaket. Tapi dosen penguji saya mengingatkan, "Baca soalnya ya." Oh iya, pemeriksaannya hanya arteri kaki. Jadinya saya hanya meminta pasien menggulung celana.

Pertama, inspeksi. Normal semua. Kedua, palpasi. Normal sih. tapi saya baru sadar kalau ujung kaki pasien dingin. Capillary filling-nya juga tidak terlihat jelas, karena ujung kaki dan kuku pasien terlihat pucat. Tapi saya sudah terlanjur bilang normal. Waduh... Saya yakin sih pasiennya normal. Sepertinya memang karena ruangannya saja yang dingin.. Buktinya, si pasien sampai pakai jaket.. Ketiga, pemeriksaan arteri. Mulai dari dorsalis pedis, tibialis posterior, popliteal, femoral. Baru saja saya mau meraba arteri femoralis yang letaknya di bagian inguinal (google it, hahaha), sang dosen langsung berkata, "Eh, ngga usah. Di-mention aja." Oke, Dok! Saya pun menyebutkan letak arteri femoralis dan arteri abdominalis. "Terus apa?" tanya sang dokter. Tapi saat saya mau memeriksa arteri karotis, saya diminta baca soal lagi oleh beliau. Oh, ternyata tidak usah. Baiklah, Dok. Berarti pemeriksaan kali ini selesai, alhamduillah. Selagi menunggu bel, beliau bertanya-tanya tentang nilai SOOCA saya hehe.

Station 8
EKG lagi! Nah, ini baru benar-benar EKG abnormal karena terlihat jelas abnormalitasnya. Berbeda dengan EKG normal, kali ini sang dosen penguji meminta saya mengisi sambil menjelaskan ke beliau. Alhamdulillah, di awal-awal lancar. Mulai tersendat di tengah-tengah. Mulai lupa... Baru sampai di ST segment dan menyebutkan adanya ST elevation. Tiba-tiba, bel berbunyi. "T wave-nya gimana?" tanya beliau. Saya masih berpikir dan sudah panik. "Ayo, cepetan. Nanti kamu remed," katanya. Karena panik, saya bilang saja normal dan menyebutkan interpretasinya myocardial infarct anterior.

Station 9
Anterior nasal pacakging. Ceritanya pasien datang mimisan. Informed consent sebentar, mempersiapkan alat, memakai handglove dan headlamp (masker ceritanya sudah terpasang), dan mulai beraksi. Pengerjaan langkah-langkah dari awal tergolong lancar, sampai tiba waktunya memasang tampon untuk hidung. Kesulitan yang sama sewaktu dulu skills lab: vaseline-nya banyak! Tampon menjadi sangat licin dan vaseline-nya memenuhi rongga hidung dan bagian luar hidung manekin. Saya sampai berkalikali membersihkan vaseline dengan kapas. Bahkan tampon yang tersangkut harus saya keluarkan lagi dan saya masukkan lagi dengan perlahan. Untungnya, dr. Mulya mengatakan, "Anggap saja sudah terpasang." Saya lanjut memasang plester dan tiba-tiba bel berbunyi. Saya masih sambil bicara dengan pasien, dan merapikan barang-barang. Bahkan mengeluarkan tampon yang harusnya menggunakan gerakan sirkuler yang halus dan pelan, kali ini langsung saya tarik dengan sekali tarikan karena dr. Mulya menyuruh saya begitu hahaha. Duh, kalau pasien asli mungkin pendarahannya bukannya berhenti, tapi malah makin parah kali ya...

Station 10
Begitu saya mulai berdiri membaca kertas soal, tiba-tiba Bu Yanti, sang penguji station acid-fast staining keluar ruang skills lab.. Saya lanjut membaca soal sekaligus kebingungan karena di dalam tidak ada penguji lain lagi. Ya sudah. Saya masuk ke dalam dan absen. Barulah beliau masuk dan langsung menyuruh saya menjawab pertanyaan dan melakukan perintah yang ada di soal. Pertama, nama pewarnaannya adalah Ziehl Neelsen staining. Kedua, saya diminta menjelaskan cara menggunakan mikroskop untuk melihat bakteri. Saya juga ditanya bakteri apa yang dicari, morfologinya, dan rekomendasi interpretasi hasil pencarian di mikroskop. 

Station 11
Station terakhir yang dihuni oleh dr. Fatul: PE adult respi! Saya awali dengan informed consent kepada pasien, lalu memintanya berbaring di tempat tidur pemeriksaan dan membuka baju. Eh, saya baru ingat kalau harus memeriksa trakea dulu. Alhasil, pasien yang sudah berbaring saya minta duduk kembali hahaha :") Lalu, proses pemeriksaan pun tergolong lancar, sekalipun sebenarnya saya tidak terlalu ingat persis apa yang ada di modul. Tapi, yaa minimal tiap pemeriksaan sudah saya lakukan. Begitu selesai, dr. Fatul mengingatkan, "Ada yang kelewat ngga?" Wah, saya merasa ada yang terlewat, tapi apa ya... Oh iya, menyebutkan batas-batas dinding dada anterior! Baru saya mau menyebutkan, eh bel sudah berbunyi.. Ya sudah, saya pasrah deh hahaha.

Comments

Popular Posts