6th SOOCA: Kado Ulang Tahun

Epilog:
Setelah melewati semester 5 dengan penuh lika-liku kepengurusan BEM, Warta Kema, FK Unpad Fair, dan dunia perskripsian, tibalah saat di mana ilmu kami akan diuji selama 30+20 menit. Yapp, SOOCA lagi! SOOCA kali ini akan menguji sistem kardiovaskuler dan respirasi, dengan kasus sebagai berikut:

CVS:
1. Heart Failure
2. Arrhytmia
3. Coronary Arterial Disease (CAD)
4. Infective Endocarditis
5. Tetralogy of Fallot (TOF)
6. Deep Vein Thrombosis (DVT)

RS:
1. Rhinosinusitis
2. Tonsilopharyngitis
3. Acute Laryngotracheitis (Croup)
4. Asthma
5. Chronic Obstructive Pulmonary Disorder (COPD)
6. Bronchopneumonia
7. Tuberculosis (TB)

Yang cukup istimewa dari sistem CVS-RS adalah: di semester ini saya menjadi ketua case 3 kali! Bayangkan! Biasanya paling cuma sekali atau maksimal dua kali selama satu semester. Hal ini terjadi karena setiap ketua case pasti minimal dua orang, jadi kesempatan tiap orang untuk menjadi ketua case lebih banyak. Tapi alhamdulillah, menjadi ketua case membuat saya setidaknya lebih paham dengan kasusnya, khususnya final concept map-nya hehehe.

Dalam hal persiapan, entah kenapa saya merasa agak lebih baik dari SOOCA sebelumnya, karena saya mulai membuat draf lebih awal. Tapi, setelah saya pikir-pikir, sebenarnya tidak terlalu lebih baik sih.. Bahkan ada yang baru saya selesaikan drafnya, salin concept map-nya dan saya hafal di hari-H..

Untuk waktu tidur, justru tidur saya sangat teratur. Saya membatasi jam malam saya sampai jam 11, lalu tidur dan bangun sekitar jam setengah 5. Saya sengaja tidur jam segitu supaya bisa bangun Subuh. Alhamdulillah, bahkan di hari-H jam tidur saya tetap tercukupi, tidak kurang dari lima jam.

Kali ini, saya benar-benar pasrah mengenai kasus yang akan saya dapatkan. Saya tidak meminta kasus manapun selain yang terbaik menurut-Nya. Tapi, kemarin saya sempat bicara random ke Azizah, "Kayaknya gue pengen DVT deh." Padahal, sebelumnya saya tidak suka kasus itu karena "beda sendiri", dibandingkan kelima kasus sebelumnya yang fokus membahas jantung. Ajaibnya, saya mendadak suka dengan kasus tersebut karena pembahasan yang "beda sendiri" itulah yang membuatnya punya ciri khas, sehingga tidak mungkin learning issues-nya tertukar dengan kasus lainnya.

Ada yang tidak berubah dari SOOCA kali ini, bahkan justru bertambah parah, yaitu saya semakin emotional numbing! Bahkan, di hari-hari terakhir, saya tidak merasa kalau akan menghadapi SOOCA. Perasaan saya biasa saja seolah tidak ada ujian. Kadang, saya masih bertanya-tanya kenapa Allah memberikan ketenangan luar biasa kepada saya di hari-hari menjelang SOOCA. Tapi, kali ini saya amat optimis terhadap pertolongan-Nya. Saya yakin bahwa Allah adalah sebaik-baiknya penolong.

Kamis, 5 Januari 2016. Pagi ini saya bangun sekitar jam 4, tidur-tiduran, dan benar-benar bangun saat azan subuh. Perasaan saya masih biasa-biasa saja, seolah tidak ada ujian hari ini.

Setelah sholat, saya melanjutkan draf TB yang tinggal sedikit lagi. Dilanjutkan dengan menyalin concept map arrhytmia, sambil menyelesaikan beberapa draf flipchart dan sarapan pagi. Barulah ada sedikit rasa deg-deg-an, tapi cuma sedikit dan sebentar sih hehe.

Saya berangkat naik mobil Azka, bersama dengan Azizah dan Najmia. Sesampainya di C6, kembali kami memasuki "Padang Mahsyar" yang sudah dipenuhi lautan manusia yang sedang komat-kamit sambil memegang kertas hahaha. Saya dan Azizah langsung mengambil tempat duduk di dekat Hasna, Alfi, Munshof, dan Diana. Saya mulai membuka kasus Heart Failure dan mulai menghafal. Maklum, belum sempat dihafal case-nya hehe.

Pemanggilan kloter pertama pun dimulai... Kali ini saya beneran palpitasi. Begitu mencapai NPM-NPM akhir, nama yang disebut langsung "Muhammad Ersan" yang NPM-nya ada di bawah saya. Alhamdulillaaah, saya masih diberi kesempatan untuk belajar lagi.

Baru sedetik merasa lega, eh kloter kedua sudah dipanggil saja hahaha. Kembali, di NPM-NPM akhir, yang disebut ternyata yang NPM-nya di bawah saya, alhamdulillah lagi. Begitupun di kloter ketiga yang dipanggil tidak lama setelah kloter dua.

Saya lanjut menghafal sambil berdiri di sudut lapangan futsal. Entah kenapa, dari kemarin setiap saya menghafal, rasanya lebih nyaman kalau sambil berdiri. Di sini juga saya bisa sambil menyemangati orang-orang yang namanya sudah dipanggil (modus nyemangatin siapa sih, Din, hahaha).

Begitu saya sedang membahas case arrhytmia, tiba-tiba ada kucing masuk lapangan dan beberapa orang mendadak panik. Saya pun mengangkat si kucing dan membawanya ke tangga, berharap dia akan turun. Eh, bukannya turun, kucing itu malah mengajak bermain dengan menggigit-gigit kaki saya hahaha. Sewaktu saya kembali ke lapangan, saya malah diikuti... Ya, akhirnya saya pasrah dan membiarkan sang kucing berkeliaran dan menimbulkan kegaduhan hahaha maafkan ._.

Sekitar jam 9, begitu pemanggilan kloter 6, ternyata nama saya termasuk. Seperti biasa, teman-teman yang lain menyemangati dan kami berbaris di depan toilet (nggak ada tempat lebih elit apa ya 'depan toilet'). Tidak lama, kami menuju ruang isolasi C4.1. Kata Yogi, "Kok ini kayak maba sih jalannya rapi banget, satu barisan gitu." Hahaha. Belum lagi, sewaktu kami masih di Plaza, mendadak ada bunyi telolet. Saya langsung membayangkan kalau bel SOOCA atau OSCE jadi telolet nanti gimana ya :") Dan begitu sampai di C4, saya menyapa dr. Putri Halley dan dr. Gradia dengan senyum lebar karena semangat SOOCA. Diikuti oleh teman-teman lain dan dr, Putri membalas sambil mengomentari Yogi yang berinisiatif membawa meja belajar :")

Masuk ke ruangan C4.1.1, saya pun langsung mengambil tempat duduk di bagian depan, sebaris dengan Nina dan Haphap. Saya mencoba menghafal arrhytmia sambil menjelaskan concept map-nya ke Haphap. Baru duduk sebentar, orang-orang yang kloternya sebelum kami (kloter 5), kok ya udah dipanggil... Padahal, menurut perhitungan asal-asalan, kami baru akan masuk nanti jam 11, sedangkan ini masih jam 9 lewat. Kami pun mendadak agak stres dan pasrah, termasuk saya. Tapi saya mencoba mengendalikan stres dan lanjut menghafal arryhtmia, dilanjutkan dengan me-review bronchopneumonia, TB, COPD, dan asma. 

Ternyata, perhitungan asal-asalan kami salah besar. Sekitar jam setengah 9, kami sudah dipanggil menuju lantai dua. Saya sekloter dengan Nina, Putri, Yogi, Anggi, Danil, Sabel, Nisa, Munshof, dam lupa siapa lagi. Yang jelas, kami semua mulai lemas dan tangan kami mulai dingin di dalam ruang isolasi terakhir ini. Saya pun makan sepotong brownies saya untuk menambah kadar glukosa otak, dan dikomentari oleh manusia-manusia seisi ruangan, "Masih sempet-sempetnya aja makan." hahaha maaf ya, cuma tinggal satu potong. 

Tiba-tiba, terdengarlah langkah kaki yang bersahut-sahutan (?) Itu artinya, orang-orang yang tadi menulis flipchart sudah selesai, dan sekarang giliran kami menulis flipchart! Setelah ditutup doa yang dipimpin oleh Danil, kami pun mulai mengantri masuk, menaruh tas di sisi lorong, dan mengambil nomor ujian. Saya mendapat nomor 7 yang lokasinya ada di barisan depan-medial-kiri. Begitu membaca kertas case, kata pertama yang saya identifikasi adalah "leg". Setengah tidak percaya, mata saya langsung melesat ke bagian bawah kertas untuk mencari diagnosis. Deep Vein Thrombosis!!!! Alhamdulillaaah yaa Allah, rasanya sulit dipercaya. Baru kali ini saya mendapat case yang saya inginkan :")

Begitu mau memulai mengerjakan flipchart, saya kaget kok flipchart di hadapan saya tinggal satu. Saya langsung setengah berlari (padahal nggak jauh juga sih) mengambil flipchart yang mungkin hanya berjarak dua meter dari tempat saya tadi hahaha. 

Karena learning issues DVT cukup banyak, saya mencoba menenangkan diri sendiri dulu. "Tenang, Din. Lo punya banyak waktu kok," kata saya kepada diri sendiri, sembari melihat jam tangan. Jam 10 tepat. Pengerjaan flipchart pun dimulai, berawal dari brainstorming concept map. Saya baru memasukkan satu diagnosis pembanding, sedangkan yang satunya lagi saya masih bingung. Akhirnya saya coba lanjut dulu. Final concept map, alhamdulillah bisa saya ingat dengan baik, berhubung mekanismenya sudah sangat baku dan gejalanya sedikit. Soal case-nya juga sama persis dengan yang dipelajari di tutorial, sedangkan gejala klinisnya hanya diubah sedikit dan ditambah satu. Belum memasukkan daftar learning issues di final concept map, saya pun lanjut dulu ke basic science. Alhamdulillah, saya bisa mengingat semua learning issues, sambil menulis daftar learning issues di final concept map dan menambah satu diagnosis pembanding lagi. Khusus BHP, PHOP, dan CRP, saya pun mengarang, seperti mahasiswa lain pada umumnya...

Alhamdulillah, di saat waktu pengerjaan hampir habis, saya juga sudah menyelesaikan apa-apa yang harus ditulis di flipchart. Saya justru bersandar di meja belakang saya, tapi mejanya malah bergeser dan saya hampir kehilangan keseimbangan hahaha-_- Begitu diberi tahu kalau waktunya sudah habis, saya langsung berjalan keluar menuju ruang tutor. Ruangan saya ada di sebelah kiri, paling ujung. Saya sudah melihat keberadaan dr. Teguh Marfen di sana. Beliau merupakan dokter spesialis bedah vaskuler yang kalau ngajar enak pisan dan sepertinya orangnya baik dan cukup lucu, hehe. Melihat beliau membuat hati saya lebih tenang. Dan selama menunggu bel dibunyikan, saya tidak henti-hentinya memanjatkan doa karena ya, siapa lagi yang bisa menolong dan memperlancar urusan kita, selain Allah?

TEEEEEEEEETT

Dengan mengucap basmallah dan "Siang, Dok," saya memasuki ruang presentasi. Seperti biasa: mengisi kertas absen dan menempel flipchart yang sempat diwarnai oleh insiden cellotape flipchart menempel ke baju atau menempel satu sama lain hahaha. 

Proses presentasi alhamdulillah tidak menemui kendala yang berarti, karena saya sangat terbantu dengan tulisan di flipchart yang cukup banyak, sehingga saya tidak perlu terlalu berpikir atau mengarang hehe. Tidak ketinggalan, saya presentasi lengkap dengan gerakan tangan yang mengilustrasikan penjelasan saya. Kali ini saya jarang melakukan eye contact dengan penguji, selain beberapa kali ke dr. Teguh yang menatap saya dengan tatapan bingung hahaha. Sesekali, saya sambil melihat jam, melihat sisa waktu presentasi. Ketika ke-4 flipchart saya sudah selesai dipresentasikan, sang dokter penguji yang perempuan (punten tidak tahu namanya, Dok) menanyakan BHP. Saya jelaskan ulang, lalu beliau bilang, "Coba dibaca lagi kertas case-nya, kalau ada yang kurang." Saya mencoba menelusuri tiap kata, barangkali ada yang belum dimasukkan atau salah interpretasi. Masih sambil berpikir, dr. Teguh tiba-tiba bilang, "Teeet!" hahaha atuhlah, Dok... Dan ternyata, BHP-nya sudah ada di kertas case! Seketika kemampuan mengarang saya langsung dikerahkan untuk merangkai kata-kata yang pas dalam menjelaskan BHP .

Setelah itu, terjadi keheningan berikutnya, karena saya bingung apalagi yang harus saya jelaskan. Sampai akhirnya kata-kata "DVT-related disease" yang dipertanyakan. Saya pun meluruskan bahwa maksud saya adalah diagnosis pembanding. "Iya, tapi bahasanya itu. 'related'. Apa semua yang kena DVT, berarti kena penyakit itu juga?" tanya dr. Teguh. Saya luruskan dan akui kesalahan, "Oh, ngga, Dok. Maksudnya itu sebagai diagnosis pembanding. Bahasanya salah hehehe." Sesaat sebelum bel kedua berbunyi, saya tiba-tiba muncul ide tambahan untuk PHOP. Saya baru mengucap, "Oh iya, Dok. Untuk PHOP-nya, bisa juga...." eh tapi bel kedua tiba-tiba berbunyi. Saya hanya bisa tersenyum, mengucap terima kasih dan keluar ruangan.

Baru beberapa detik saya duduk di depan ruangan, saya langsung dipanggil masuk lagi ke dalam. Saya langsung diminta mencopot flipchart dan sedikit ditanya-tanya
DP: Gimana? Menurut kamu lulus ngga?
ASN: Kayaknya lulus sih, Dok, hehe.
DP: Iya, benar, kamu lulus.
ASN: Boleh tau nilainya ngga, Dok? Hehe.
DTM: Maunya berapa?
ASN: Yaa kalau semua orang sih maunya pasti A, Dok, hehe. (cengengesan mulu dari tadi)
DTM: *tertawa kecil* Besok OSCE ya?
ASN: Iya, Dok.
DP: Besok banget?
ASN: Ngga, Dok. Senin atau Selasa. *kemudian mencopot flipchart*

Saya yang tadi sempat dipersilakan duduk pun belum sempat duduk. Setelah melepaskan semua flipchart, saya justru bingung dan malah bertanya, "Ini udah ya, Dok?" Lalu saya mengucap terima kasih dan keluar.

Well, sekalipun tidak dikasih tau nilainya, tapi saya tadi sempat mengintip sih hehehe. Satu-satunya angka yang saya lihat dari kedua kertas yang ada adalah 85, tapi entah itu nilai saya atau bukan. Semoga saja yaa hehe :))

Epilog:
Alhamdulillah, SOOCA kali ini seolah menjadi kado ulang tahun yang indah buat saya. FYI, saya berulang tahun 2 hari sebelum SOOCA, dimana orang-orang banyak yang iba terhadap saya, "Kasian ya, ulang tahun tapi mau SOOCA." Dan kali ini, saya benar-benar bekerja keras untuk kado ulang tahun saya sendiri.

Rasanya masih sulit dipercaya. Baru kali ini saya mendapat case yang saya inginkan. Padahal, saya tidak pernah berdoa mendapat case ini; hanya sekadar keinginan random karena merasa cocok dengan case-nya. Tapi, kali ini Allah kabulkan sekalipun lagi-lagi, usaha saya masih belum maksimal. Saya pun tersadar satu hal, bahwa hasil bukan semerta-merta berbanding lurus dengan usaha. Tapi, masih banyak faktor X lain, khususnya ridho Allah yang bisa didapatkan dengan berbagai hal. Salah satunya dengan menolong orang lain. Bukan bermaksud riya, tapi di hari-hari menjelang SOOCA, setiap ada teman yang butuh pertolongan, saya berusaha untuk langsung menolong sebisa saya. Saya yakin akan janji Allah untuk menolong hamba-Nya yang menolong orang lain. Dan alhamdulillah, mungkin ini adalah salah satu bukti kekuasaan-Nya. Untuk selanjutnya, sepertinya kita memang harus lebih banyak beramal dan menolong orang lain, di samping usaha yang selalu ditingkatkan :)

N.B: Terima kasih banyak draf angkatan Proxima, draf Kang Dudu, draf Spekatria, draf flipchart Mbakfir, draf TB Fitri, draf omongan dan BCM Ibra, FCM Aji, FCM dan BCM Gde, FCM arryhtmia Hasna, FCM rhinosinusitis Afifah, Azizah sebagai penyedia draf, FCM, dan BCM orang lain yang Dinda butuhkan, handout tutor 23, seseorang misterius yang ngasih kado berupa buku untuk nge-draf (padahal saya udah tau sih orangnya siapa hahaha), dan semua pihak yang berperan dalam kesuksesan SOOCA saya kali ini! Terima kasih juga mobil Azka yang sudah mengantarkan menuju FK dan mobil Yogi yang mengantarkan pulang, sekalipun saya ke Jatos dulu hahaha. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua, dan selamat liburan belajar OSCE!

Comments

Popular Posts