SKOMEN 2016: My life has been so blessed

Rangkaian Skomen selama dua minggu, alhamdulillah telah saya lalui semua (kecuali hari pertama karena saya harus menghadiri studi banding Fakultas Keperawatan Unpad). Entah kenapa, setiap mengikuti Skomen, hati saya menjadi tenang. Setiap materinya sangat bermanfaat dan sangat applicable dalam kehidupan secara umum, termasuk berguna juga untuk diri saya sebagai Menteri Pemikat. (Setelah ini, insyaa Allah saya akan sharing materinya di blog ini juga)

Materi favorit saya adalah "Kelas Eksekutif, Perilaku Primitif" yang dibawakan oleh dr. Ahmad Nurhadi. Intinya, materi ini membahas mengenai ruhiyyah. Materi yang penuh pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang seolah menampar saya. Menyadarkan saya bahwa kadar ruhiyyah saya masih belum cukup baik. Menyadarkan saya bahwa perilaku saya masih belum pantas untuk menjadikan saya seorang mentor. Saya sempat berpikir ulang, "Apa saya bisa?" Tapi, beliau segera menjawab keraguan saya. Bahwasanya, menjadi seorang mentor adalah membawa seseorang ke jalan Allah. Dan ketika sudah sampai ke jalan ini, tidak ada pilihan untuk mundur. Saya harus tetap melangkah! Dan jika kita sudah berniat untuk ikut Skomen, maka itulah Allah yang telah menggerakkan hati kita. Kalau memang diri kita masih belum pantas, solusinya adalah kita yang harus memperbaiki diri.

Mindset yang diberikan oleh Kang Dhiya Ihsan sewaktu memberi materi "How to Train Your Dragon" (How to do Self Management) juga salah satu yang terbaik. Tidak semua orang diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi mentor dan menjadi mentor merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah. Oleh karena itu, kita harus bersyukur.

Masih banyak materi dan kalimat-kalimat lain yang menginspirasi, tapi sisanya insyaa Allah akan saya tulis lengkap di postingan-postingan berikutnya (sharing materi).

Rangkaian Skomen pun ditutup dengan mabit di MRU (bagi akhwat) dan Masjid Al-Jabbar (ikhwan). Sekalipun saya menjadi peserta yang paling tua di antara mayoritas adik-adik 2015, tapi itu bukan masalah. Tidak ada kata terlambat atau malu untuk belajar. Saya yang tadinya tidak terlalu banyak berinteraksi dengan peserta lain, di mabit kali ini justru seperti mendapat keluarga baru. Keluarga yang dengan melihat mereka membuat saya iri akan ilmu agama dan ke-shalihah-an yang mereka miliki. Keluarga yang membuat saya terpacu untuk terus memperbaiki diri. Keluarga yang saling mengingatkan akan kebaikan... Ah, indahnya ukhuwah :")

Mabit kali ini diakhiri dengan pelantikan calon mentor. Awalnya kami diminta tutup mata, tangan kanan memegang dada kiri, dan tangan kiri memegang pundak teman di sebelahnya. Setelah itu, masing-masing dari kami mendapatkan kertas berisi deklarasi mentor dan kontrak mentor. Kemudian kami melafalkan deklarasi tersebut. Yaa Allah... Saat itu, rasanya berat pisan amanah ini. Jauh lebih berat dari pengucapan sumpah jabatan sewaktu pelantikan PH Hima 2016. Karena yang akan menjadi tanggung jawab, bukan hanya masalah dunia, melainkan masalah akhirat dari adik-adik mentee kita dan diri kita sendiri tentunya.

Selepas pengucapan sumpah dan penutupan, saya masih berdiri terpaku. Memikirkan beratnya amanah yang akan saya jalani ini. Antara masih merasa belum pantas, masih belum mendapat zona nyaman di sini, dan masih tidak tahu apakah saya akan sanggup memperbaiki diri sesuai janji yang telah saya ucapkan tadi. Saya mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa jalan yang saya pilih kali ini adalah jalan yang insyaa Allah sudah pasti benar dan diridhoi Allah. 

"Barang siapa yang menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." 
(QS. Muhammad: 7)

Yuni pun menyalami saya dan memberi semangat. Saya hanya tersenyum dan tangan saya makin erat menggenggam tangan Yuni. "Kuat, Din. Kuat." Air mata saya mulai mengalir. Saya mengatakan arti ayat surat Muhammad ayat 7 tersebut untuk menghibur dan menguatkan diri. Yuni pun memeluk saya. Melihat kondisi seperti ini, Alfi, Nisa, Nunu, dan yang lainnya langsung memeluk saya. Tangis saya langsung pecah, tapi masih bisa saya tahan agar tidak berlebihan.

Rasanya, sangat tidak bisa digambarkan. Entah kata, frasa, dan kalimat seperti apa yang bisa mendeskripsikan perasaan saya di saat itu. Saya hanya tidak menyangka, hidup saya bisa sampai di titik ini. Saya masih tidak menyangka pada akhirnya bisa mengambil jalan ini, yang bahkan tidak pernah terpikirkan oleh saya sebelumnya. Saya yang bahkan saat masuk kuliah masih belum berkerudung. Saya yang bahkan pengetahuan agamanya masih sangat kurang dibandingkan dengan adik-adik 2015 teman seangkatan Skomen saya, yang mayoritas lulusan MAN/pesantren/asrama. Saya yang masih sering jatuh bangun dalam kehidupan dan naik turun kondisi keimanannya. Saya yang masih sering disibukkan oleh urusan dunia dan mengesampingkan urusan akhirat.

Kata Alfi, "Itu berarti Allah sayang sama kamu, Din. Allah ngasih kamu kesempatan." Iya, Allah sayang banget sama saya. Saya merasa seperti masuk kelas akselerasi, di mana semua perubahan dan hidayah yang diberikan oleh Allah, terasa begitu cepat. Dan semua ini, tentu karena Allah yang sudah menggerakkan hati saya dan memilih saya untuk menjalani takdir ini. Padahal, kalau Allah berkehendak lain, mungkin saja selama seminggu kemarin saya jadi pergi dan tidak bisa mengikuti rangkaian Skomen. Tapi nyatanya, Allah izinkan saya untuk hadir di hampir semua rangkaian Skomen. Allah izinkan saya untuk berada di tengah-tengah orang yang lebih shalih/shalihah dari saya. Allah berikan jalan untuk saya mengubah diri menjadi lebih baik, sekaligus untuk mengubah orang lain (baca: calon mentee saya) menjadi lebih baik. Berat, memang. Tapi, kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan di sini, di mana lagi?

Saya jadi teringat. Sekitar dua hingga tiga minggu yang lalu, rasanya baru saja hidup saya mengalami titik terendah, di mana saya mengatakan, "My life has been so screwed up." Tapi alhamdulillah, hari ini saya bisa katakan, "My life has been so blessed."

Bismillah. Doakan kami agar bisa senantiasa memperbaiki diri kami untuk menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga nantinya kami bisa membantu mentee-mentee kami menjadi lebih baik pula. Doakan kami untuk selalu bisa menjaga ruhiyyah dan amalan yaumi kami. Doakan kami agar bisa selalu istiqamah dan selalu cepat bangkit kembali sekiranya kami futur. Doakan agar kami bisa selalu menjadi orang yang bermanfaat :)

"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia.” 
(HR. Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruqutni)  

Comments

Popular Posts