SUPERCAMP #1: Roller Coaster

The day has come...... Inilah SUPERCAMP 2015!!!

Apa itu SUPERCAMP? Well, supercamp adalah kegiatan yang diadakan oleh FK Unpad setiap tahun, di mana mahasiswa tahun pertama sarjana kedokteran, D4 kebidanan, koas, residen (pendidikan spesialis) diwajibkan mengunjungi sebuah desa selama 3 hari  untuk melakukan pengabdian. Biasanya, hari-H pengabdian adalah hari kedua yang berisi balai pengobatan, khitan, screening, penyuluhan, survei, dan lain-lain tergantung desa masing-masing. Pada tahun ini, supercamp diadakan di Kecamatan Cipatujah, Tasikmalaya!

Sabtu, 15 Agustus 2015. Pagi ini saya bangun jam 2.12, semenit lebih cepat dari alarm pertama saya yang disetel jam 2.13. Karena masih mengantuk, saya tidur lagi dan terbangun di alarm terakhir yaitu jam 2.20. Saya langsung minum air putih, masak air, dan makan oatmeal. Sesuai yang dijanjikan, jam 3.15, jemputan kami (baca: angkot) dataaaang! Jadi, saya dan selusin anak domus kloter pertama berangkat ke FK naik angkot di pagi-pagi buta begini. Kejadian yang langka ya hahaha.

Sesampainya di FK, padahal sudah mendekati jam 4 (disuruh kumpul jam segini) tapi masih sepi banget... Baru beberapa anak Twinning dan sekelompok laki-laki penghuni Bukari. Kami para warga domus menunggu di depan sagung seto sampai akhirnya anak-anak Proxima berdatangan. Tampak muka-muka penuh kantuk berdatangan, dengan membawa tas superpenuh atau malah bawa carrier sekalian. Yang lucu adalah sekarang setiap ada sekelompok yang datang, pasti kami mengenalinya dengan cara menyebut nama/tempat kosnya. "Itu anak Janati tuh", "Anak Bale mana nih?" "Itu anak-anak Pinewood bukan?" dan sebagainya. Alhamdulillah, walaupun kami sudah tidak tinggal bersama dalam Bale lagi, tapi paling tidak, kami masih terpisah dalam kelompok-kelompok kecil yang memudahkan koordinasi.

Menjelang azan subuh, kami mulai memadati Masjid Asy-Syifaa, dan alhamdulillah saya bisa ikut sholat jamaah kloter pertama akibat kemampuan 'nyelip' saya :")

Setelah sholat, giliran C6.1 yang dipenuhi anak-anak yang mencari-cari kertas absen sesuai desa masing-masing. Desa saya, Tobong Jaya, malah absennya menghalangi jalan keluar hahaha. Lalu kami semua berbaris di depan bis masing-masing. Ada Citra, Aneu, Muyas, Ujun, Catherine (berasa reuni tutor FBS I-II), Mbakfir, Fardin, dan lain-lain. Pokoknya di sini masih ketawa-ketawa, saling ngeledek, memecah keheningan pagi yang mataharinya mulai naik hahaha. Dan kita malah masuk bis duluan, dibagikan sarapan ayam estrogen (baca: KFC), topi, kaos (size-nya random. saya malah dapat ukuran L), dan nametag. Barulah kami turun lagi untuk diberi pengarahan oleh dr. Yessika, dan doa yang dipimpin dr. Irvan. Masuk lagi ke bis, diabsen lagi, dan berangkaaaat~

Di bis, saya duduk paling depan, langsung menghadap ke kaca bis, sebangku dengan Catherine. Selayaknya perjalanan keberangkatan di pagi buta, semua masih mengantuk dan banyak yang tidur. Yang jelas, sekitar jam 8.15, kami sampai di Rumah Makan Mak Ecot, Nagreg, untuk menyamakan dengan rombongan dari Eijkman (koas, residen, dosen). Saya yang awalnya mau ke toilet sempat dilarang karena katanya berhentinya cuma sebentar. Tapi karena sakit perut, akhirnya boleh juga. Dan ternyata kami menunggu lamaaaaaa sekali karena rombongan Tobong Jaya yang lain adalah rombongan paling akhir. Maklum, desa kami yang terdekat dari Bandung...

Sepanjang perjalanan, saya jelas sangat memperhatikan jalan. Ada daerah yang penuh dengan delman, 'pohon es mambo' (entah kenapa banyak 'es mambo' berwarna-warni digantung di pohon-pohon. sepertinya buat acara 17an besok), jalan berkelak-kelok ekstrem, klakson yang sedikit-sedikit bunyi dan bunyinya membuat jantungan, dan 'kebrutalan' supir kami dalam menyetir (tidak ada kendaraan yang tidak disalip sepertinya). Saya cukup stress, karena langsung bisa melihat kalau-kalau di depan ada jurang dan mendadak takut "Duh, kalo ini beloknya nggak pas gimana ya". Saya mencoba memejamkan mata supaya tidak lagi melihat jalan dan dalam hati berujar "Okay, anggap saja ini di roller coaster".

Setengah 1 siang, kami sampai di Rest Area Urug, Kawalu, Tasikmalaya. Di sini kami mengambil makanan. Sebenarnya kami belum diperbolehkan turun, tapi vesika urinaria yang penuh ini tak mau diajak kompromi. Saya, Catherine, Taza, Muyas, Mugi, Via tetap bersikeras berdiri di antrian toilet yang superpanjang. Mungkin hampir sekitar setengah jam kami berdiri. Beberapa orang sudah kembali ke bis akibat sudah dipanggil. Mugi dan Muyas sudah ditelpon berkali-kali, tapi tidak ada yang mengangkat hahaha. Dan kami pun kembali bersama-sama. Jadi, kalau pun harus dimarahin, ya dimarahinnya juga bersama-sama :")

Sekitar jam setengah 2, kami pun melanjutkan perjalanan (alhamdulillah, nggak jadi dimarahin), dan prediksi saya, kami akan sampai sekitar jam 4-5 sore, berdasarkan pernyataan bapak supir, "Masih jauh, Neng. Kalo nggak macet, bisa 3 jam lagi". Alhamdulillah, perkiraan beliau salah. Secara mengagetkan, kami digiring belok kiri oleh seorang bapak-bapak. Di situ terdapat bendera Supercamp berwarna kuning dengan lambang Unpad. Itulah desa kami, Desa Tobong Jaya. Kami sampai jam 3 sore ternyata :") Kami pun langsung turun di balai desa, sholat, duduk-duduk sebentar, dan menerima instruksi selanjutnya berupa pembagian rumah.

Saya serumah dengan Teh Gweta (Statera), Teh Aisyah (Statera), dan Teh (dokter) Ilin (residen IKFR). Kami langsung masuk dan duduk di kursi ruang tamu, sedangkan sang pemilik rumah belum juga datang. Kami berkenalan singkat, lalu terjadilah suasana awkward. Saling diam, main hp, dan susah sinyal. Eh tiba-tiba ada snack datang lagi. Bahkan saya baru banget makan makan siang saya pas di rumah ini. Setengah setengah jam lebih menunggu, barulah empunya rumah datang dan mempersilakan kami masuk ke dalam sebuah kamar yang sudah disediakan.

Awalnya, Teh Ilin numpang ke kamar mandi, dan katanya, dinding pembatas antara kamar mandi dan dapur hanya setinggi hidungnya. Waduh, saya langsung mikir, "Duh, fix ngga mandi nih..." Dan pembicaraan tentang kamar mandi justru mencairkan suasana. Saat giliran saya ke kamar mandi, Teh Aisyah yang menjaga di depan karena kamar mandinya nggak punya pintu (ditutup sama sehelai kain sebagai gantinya). Alhamdulillah, perks of being a short girl adalah dinding kamar mandinya passss setinggi saya. Jadinya nggak perlu bongkok-bongkok kalau mandi hahaha.

Matahari mulai turun. Langit Tobong Jaya mulai gelap. Waktunya mandi, sholat maghrib, dan mulai berbincang-bincang. Saya lebih banyak diam dan menunggu ditanya. Maklum, 'anak bawang' di rumah ini. 3 orang teteh-teteh ini pun semuanya baik dan ramah, nggak ada yang sok senior atau aneh-aneh. Kami juga malah nonton TV, dan ternyata TV-nya TV kabel loh... Yaa lumayan juga, ada beberapa channel internasional. Inilah yang sempat membuat saya dan Teh Gweta kebingungan mencari tombol untuk mengganti channel hahaha.

Awalnya, kami nonton Lipsync Combat di Net TV. Terus malah nonton reality show-nya BBB di Trans TV, pada ketawa-ketawa, komentar, dan gemes nontonnya hahaha.

Nah, makan malam akhirnya datang, yaitu nasi, ayam goreng, tahu, tempe, sambal, kerupuk, lengkap dengan lalapan. Makanannya banyak. Makanannya enak. Alhamdulillah. Begitu kami mau mencuci piring, kata ibunya, "Sabun cucinya di luar. Udah, ibu aja yang cuci." Hmm rasanya agak nggak enak sih, tapi ya......disyukurin aja~

Sehabis kenyang, ditambah dengan akumulasi kelelahan akibat perjalanan selama 9 jam, kami berempat langsung menuju kamar. Teh Ilin menggelar sleeping bag-nya karena masih mau belajar dulu buat ujian OSCE hari Kamis. Teh Aisyah langsung berselimut sarung, Teh Gweta merebahkan badan sambil main hp. Saya tiduran di sebelah Teh Aisyah. Nggak lama, Teh Ilin tiduran juga di sebelah saya. Jadi, kami tidur melintang, dengan urutan (kiri ke kanan) Teh Ilin, saya, Teh Aisyah, Teh Gweta. Ketika yang lain sudah tidur, saya masih susah tidur karena kepanasan (I'm a cold-weather person hahaha). Dengan dibantu beberapa lagu sebelum tidur, akhirnya saya bisa tidur pulas juga, sekitar jam 9 malam~

Comments

Popular Posts