OSCE RPS: Unpredictable

Parah. OSCE kali ini benar-benar parah. Saya baru benar-benar belajar full seharian di H-1. Di H-2 padahal libur tapi saya cuma belajar beberapa. Parah... Bahkan ada yang baru saya pelajari dan hafalkan di hari H. Entahlah, kali ini jujur aja, saya terlalu banyak fase denial OSCE-nya. Dan saat hari Minggu malam, saya justru mengambis CRP (padahal dulunya CRP nyaris nggak pernah belajar) dan melupakan OSCE sejenak. Bisa dibilang, ketidaksiapan OSCE kali ini hampir sama dengan ketidaksiapan SOOCA kemarin. Fase denial berkepanjangan, ditambah dengan ada modul yang hilang, ada modul yang memang belum saya dapatkan, dan mungkin faktor X lain :"

Untuk OSCE RPS kali ini, ada 14 station yang diajarkan, dan akan keluar sekitar 11-12 station. Dannnn station-station tersebut adalah:
  1. History Taking Gynecology
  2. Unversal Precaution
  3. Prescription
  4. History Taking Obstetric
  5. Physical Examination Obstetric / Leopold
  6. Partograph
  7. Normal Labor Stage 2
  8. Normal Labor Stage 3 (Placenta Delivery)
  9. Breastfeeding Counseling
  10. Neonatal Rescucitation
  11. Neuromuscular Maturity & Physical Maturity Assessment / Ballard Score
  12. Veneorological Examination
  13. Breast Examination
  14. Pap Smear
Kamis, 4 Juni 2015. Setelah tidur selama 4 jam, saya pun bangun jam 4, sholat, lalu belajar. Saya baru membuka Ballard Score (neuromuscular & physical maturity assessment) dan menghafalkannya. Saya juga baru menghafalkan kembali Neonatal Rescucitation dan Normal Labor. Saya sarapan nasi goreng saya semalam (masih enak sumpah), bawa roti bakar mang igun, fitbar 3, good time, dan sereal. Saya kemarin sengaja belanja makanan buat OSCE, in case dapat kloter siang. Bahkan, saya beli pulpen khusus OSCE... Karena saya merasa akan butuh pulpen yang 'dicetek' supaya lebih cepat saat OSCE. Saya juga memakai jam tangan 1, dan membawa 1 jam tangan lagi di saku jas lab, in case jam tangan saya mendadak mati saat penghitungan denyut jantung janin.

Saya pun berangkat ke FK sekitar jam 6.20, karena kami sudah harus berkumpul jam 6.30. Selain bawa makanan, minuman, modul skills lab, dan draft OSCE, saya membawa satu hal yang rasanya tidak dibawa oleh orang lain: boneka Paddington Bear! Hahaha. Baru semalam saya terpikir untuk menggunakan boneka sebagai 'model' resusitasi, breastfeeding, dan normal labor. Dan ternyata memang cukup membantu kami yang sama sekali nggak kebayang OSCE kali ini (yang banyak pakai peralatan dan mannequin) bakal gimana :")

Sesampainya di FK setelah naik ojeg dan bayarnya ngutang ke Esti karena nggak punya uang lima ribuan, seperti biasa saya naik ke C6.3, Padang Mahsyar yang telah terisi oleh lautan manusia berjas lab putih. Saya duduk di kursi agak ke belakang, mulai mencoba menghafal ulang dan menghabiskan sarapan.

Sekitar jam setengah 8, tiba-tiba dokter Wulan muncul dan memberi tahu masalah peraturan. Setelah beliau, ada malaikat tanpa sayap, sang koordinator tahun 1, dr. Trully yang memberi arahan. 5 menit kemudian, sang bapak pemanggil nama mulai menyalakan mikrofonnya.... Kloter 1 pun dipanggil. Saya baru mulai deg-deg-an di sini, sekaligus agak mulas. Dari 4 wing yang terdiri atas masing-masing 11-12 mahasiswa, nama saya tidak termasuk... Alhamdulillah. Saya memang berdoa mendapat kloter 2 karena saya masih se-tidak siap ini.

Saya lanjut menghafal bersama Uni, dan saya sadar betapa masih kurangnya saya ini. Waktu saya mencoba HT Gynecology, ternyata saya masih banyak yang kurang. Eh, tiba-tiba, sang bapak pemanggil nama menyalakan mikrofon lagi. "Kloter dua." Loh, padahal ini baru jam setengah 9... Padahal 1 kloter bisa memakan waktu minimal 110 menit kalau tidak ada rest station. Tapi ini sudah dipanggil lagi. Kami sempat berasumsi, "Apa ruangannya ditambah gitu?" "OSCE-nya di RRB kali." Saya malah bilang, "Itu mereka OSCE-nya di Eyckman, ke Bandung paling setengah jam lah." Dan ternyata, mereka masuk ke ruangan isolasi yang saya juga nggak tahu di mana.  Tinggallah saya beserta manusia-manusia kloter terakhir lainnya. Iya, saya kloter terakhir. Huft, masih bisa belajar lagi sih, tapi kami masih harus menunggu 4 jam.......

Selama menunggu, saya memutuskan untuk sholat, ditemani Sakina. Begitu lewat lorong ruangan sekre C6.2, ada "kucing ruang kema" si Kunto yang sedang menyusui ke-4 anaknya. Aaaaaaaaaa gemay :") Saya langsung heboh sendiri "Iiiih lucuuuu. Lucu bangeeeet, mau maiiiiin. Aaaa anaknya empaaaat, masih kecil bangeeeet. Suaranya lucuuuu, mau maiiiiiin." dan rasanya mau main kucing aja sambil menunggu ujian sekitar jam 1.... :")

Selesai sholat, saya kembali ke C6.3 dan masih mencoba menghafal. Saya berniat makan sereal karena mulai lapar lagi. Saya menuangkan bubuk susu, menuangkan air, mengaduk susu, eh tiba-tiba sang bapak pemanggil nama kembali beraksi dengan mikrofonnya. "Yak kloter terakhir." Nama kami pun satu persatu dipanggil, dan saya mendapat wing terakhir yaitu wing D. Kami langsung duduk ke kursi yang di depan toilet, berdiri, menepuktangani diri sendiri, lalu bergerak ke C5 atau C3 untuk diisolasi lagi. Dan ternyata, manusia-manusia kloter 1 baru saja menyelesaikan ujiannya. Sedangkan kami, baru saja turun dari Padang Mahsyar :")

Para makhluk penghuni wing C dan wing D diisolasi di C3.3.2, alias ruangan di depan lab komputer. Di sana, saya melanjutkan makan, menghafal, mempraktekkan resusitasi neonatus dengan boneka beruang saya, dan bahkan saya sempat tidur saking lelahnya. Duh, nggak kebayang bakal selelah apa OSCE nanti. Belum dimulai saja, badan sudah agak 'rontok'... Di sini, saya baru menghafal lagi ballard score dan mencoba memahami partograf. 

Tibalah waktu Zuhur, kami yang muslim turun ke perpustakaan untuk sholat. Saya sebelum sholat justru membuang 'sial' dulu, yang menyebabkan saya sholat sendirian terakhir. Sewaktu saya sholat, tiba-tiba ada suara bapak-bapak, "Kalian OSCE tahun satu? Siap-siap turun ya kalian." Itu sekitar jam 12.15. Kami pun naik, ambil tas, turun ke lantai 1. Di sini lah saya baru merasa palpitasi yang cukup kuat... Kami berbaris di wing masing-masing, berdoa bersama dan masuk ke wing masing-masing. Dan dimulailah OSCE Reproductive System....

STATION 4
TEEEEEEET
Suara bel keramat itu dibunyikan. Setelah membaca soal di luar dan melihat keadaan dalam, tampak seorang dokter laki-laki muda dan mannequin perut di sisi kiri ruangan. Leopold time! Saya pun melakukan prosedurnya mulai dari menjelaskan ke pasien, informed consent, menyiapkan alat, dan membuka "baju" sang ibu manequin. Pertama, hitung tinggi fundus uterus. Alhamdulillah lancar. Tingginya 31.5 cm. Tapi kok dosennya malah pindah berdiri ke sisi kanan pasien.... Oh, ternyata saya yang salah. Harusnya saya memeriksa pasien di sisi kanan pasien. Saya pun pindah, dan dokter tersebut juga pindah. 

Lanjut leopold 1: "Saya menemukan bagian yang keras, bulat dan melenting. Ini adalah bagian kepala bayi." Leopold 2: "Di perut kanan terdapat bagian datar, keras dan luas, yaitu punggung. Sedangkan di perut kiri terdapat bagian yang kecil, banyak dan ireguler. Ini adalah ekstrimitas bayi." Leopold 3, saya mulai meraba bagian atas pubis. Harusnya, di sini saya mendapatkan bagian bokong/breech, yang bulat dan lebih besar dari kepala. Tapi..........INI KOK KAYAK ADA KAKI DI BAWAH?! Pikiran saya seketika kacau. Saya jadi rancu. Saya nggak tahu bagian apa yang ada di bawah, yang jelas ada semacam esktrimitas di bawah sana. "Dok, boleh saya ulang?" Saya pun mengulang lagi dari leopold 1, 2, dan 3. Saya masih bingung. Kata dokter itu, "Di-skip aja dulu." Oh iya, saya belum melakukan leopold 4 dan menghitung denyut jantung janin (DJJ). Setelah mendapati hasil 'konvergen' dan DJJ 104 bpm, saya mengatakan konklusinya kepada dosen penguji. Saya bilang kalau bayinya breech presentation. 

Dosen : Kamu yakin?
Saya : Hmm belum sih, Dok.
Dosen : Harus yakin dong. Saya cuma butuh satu jawaban itu aja dari kamu. Kalo kamu salah, ya remed.
Saya : Boleh diulang lagi ngga, Dok?
Dosen : Iya silahkan.

Saya lanjut 'mengubek-ngubek' perut ibu mannequin. Saking bingungnya, saya sampai bertanya, "Ini nggak transverse kan, Dok.....?" Sampai akhirnya pada leopold 1, saya merasa kalau bagian itu sulit digerakkan. Saya anggap itu adalah bokong. Dan pada leopold 3, saya seperti menemukan kepala, tapi posisinya bukan di tengah dan tidak mengarah ke pintu atas panggul.

TEEEET
"Jadi, apa?"
"Vertex, Dok."

STATION 5
Begitu membaca soal dan terdapat kata 'parturition', saya langsung berpikir kalau ini adalah normal labor stage 2. Saat masuk, mata saya langsung tertuju ke meja di depan dosen penguji........ KOK NGGAK ADA MANNEQUIN-NYA?!?! Apa mungkin disembunyikan dulu di belakang dosennya....? Dan ternyata, ini adalah station partograph. Saya pun duduk dan langsung mengerjakan soal. Saya nge-blank. Parah. Bingung apa yang harus ditulis. Datanya banyak. Bingung kenapa jarak jamnya jauh. Bingung kenapa waktunya jadi panjang banget sampai melewati fase 'bertindak'. Sang dosen pun diam tanpa kata, dan saya rasanya sudah ikhlas lahir batin kalau harus remedial di station ini :")

STATION 6
Nah, yang ini baru normal labor stage 2! Saya masuk, ada mannequin, ada ibu-ibu yang nanti akan 'mendorong' bayi, dan ada dokter Aya. Pertama, saya menjelaskan tanda-tanda persalinan kala 2 dan menjelaskan peralatan yang digunakan. Step berikutnya, saya benar-benar lupa harus apa dulu. Saya bilang, "Kemudian saya akan menggunakan, eh...melakukan..." dan dr. Aya mengoreksi, "Menggunakan." Saya lantas menggunakan handglove dan dr. Aya mengingatkan saya kembali untuk menggunakan apron. Setelah itu saya lakukan step-stepnya, beberapa kali dr. Aya  menyuruh untuk "Udah ngga usah," "Anggap aja udah dilkukan," dan lain-lain yang membantu saya agar saya tidak kehabisan waktu. Terakhir, setelah bayinya lahir dengan selamat dan sudah mendapat skin-to-skin contact dengan sang ibu (mannequin), dr. Aya menyuruh saya untuk melipat kembali handuk. Terakhir, beliau berkata, "Diperbaiki lagi teknik menyusuri bayinya ya. Kamu udah bagus sebenernya." Yaa Allah, bahagia sekali bisa dibilang "bagus" oleh seorang dr. Aya yang setahu saya perfeksionis dan sangat pintar itu :"D Aaaaaa terima kasih, Dok :")

Tapi, bagian terlucu dari station ini adalah saat kami sudah heboh meminta ibunya untuk meneran/mengejan/mengedan dengan bilang, "Ayo, dorong terus, Bu. Dorong lagi, Bu," sang ibu "pendorong" bayi hanya mendorong bayi dengan wajah datar..... Padahal kalau di situasi asli, mungkin sang ibu sudah berteriak-teriak.__.

STATION 7
Dari sisi kiri, saya langsung setengah berlari ke sisi kanan. Setelah kelahiran normal, sekarang saatnya normal labor stage 3 atau placenta delivery! Pengujinya seorang dokter cantik berambut pendek yang sangat familiar tapi saya tidak tahu namanya (?) Saya lakukan prosedur awal, dan dokternya baik sekali mengingatkan saya untuk memakai apron :") Lantas saya lakukan prosedur peregangan tali pusat terkendali (PTT) sampai plasenta keluar, dan menjelaskan pemeriksaan selanjutnya dll. Alhamdulillah saya selesai sebelum waktu saya habis. Kata dokternya, "Maaf ya, nggak ada kursi." Saya jawab, "Nggak apa-apa kok, Dok." Padahal saya selama 4 station belum duduk sama sekali :")

STATION 8
Saat di station 7 tadi saya sempat mendengar suara-suara dari station 8. Saya pikir awalnya veneorology examination, ternyata ini station pap smear. Diuji oleh dokter perempuan yang sudah agak berumur, tapi tampak ramah dan penyayang. Di soal, ceritanya kami sudah mengenakan handglove, lantas saya langsung kenakan. Begitu saya mau menyalakan lampu, dokternya mengingatkan kalau saya seharusnya tidak boleh menyalakan lampu lagi kalau sudah mengenakan handglove. Akhirnya, saya malah tidak menyalakan lampu.... Saya pap smear tanpa menyalakan lampu untuk menyorot cervix :") Alhamdulillah masih bisa terlihat, dan masih lancar sampai akhir. Tapi setelah itu sang dokter masih menanyakan beberapa hal yang saya sempat terlewat, dan juga meminta saya mempraktikkan cara membersihkan vulva dan cara memasukkan spatula ke dalam vagina. Beliau sempat menanyakan asal saya, lalu bel pun berbunyi kembali~

STATION 9
Station kali ini adalah sahabat karibnya pap smear, yaitu veneorological examination. Di dalam soal, hanya tertulis kurang lebih "Do veneorological examination, including pH, Whiff test, and Neisseria gonorrhoeae specimen sampling". Saya pikir, saya hanya cukup melakukan 3 perintah itu. Jadilah saya--setelah melakukan cuci tangan, memakai handglove dan mempersiapkan alat--langsung memasukkan spekulum ke dalam vagina wanita mannequin itu. Wajar kalau sang dokter penguji protes. Saya berdalih dengan membacakan kembali 3 perintah dalam soal. Beliau menekankan satu kata, yaitu 'venereological'. Itu berarti, saya harus melakukan semuanya dari awal. Baiklah, Dok. Challange accepted! Saya lepaskan lagi spekulumnya (alhamdulillah, ini bukan pasien sungguhan), dan mulai pemeriksaan dari inspeksi dan palpasi inguinal, inspeksi rambut pubis, inspeksi labia, membuka labia minora lalu inspeksi introitus, uretra dan kelenjar parauretra, melakukan milking, serta palpasi kelenjar Bartholin. Tak lupa, mengucapkan "Dan jika ada discharge, maka saya akan mencatat jumlah, warna, dan konsistensinya" dengan superfasih saking seringnya diulangi. Setelah itu, barulah saya pasang spekulum lagi (alhamdulillah ini hanya mannequin) dan melakukan "3 perintah" tersebut. Alhamdulillah, cukup lancar. Sekali pun saya terpaksa menggunakan kapas yang sudah dibuang (atas perintah sang dosen penguji) karena kapas di piringnya sudah habis dan agak sayang kalau harus membuka yang baru di dalam kotaknya.

STATION 10
Neonatal rescucitation... Station yang biasanya paling banyak memakan korban ini dihuni oleh seorang dokter anak cantik yang saya tidak tahu namanya. Saya mulai resusitasinya, dan dokter ini teramat sangat membantu saya :") Setiap saya salah (misalnya saya harusnya melakukan alternative airway, tapi saya malah bilang mau melakukan chest compression) beliau langsung mengubah ekspresi wajahnya dan membuat saya sadar kalau saya salah. Jadi, awalnya saya lakukan rangsang taktil, VTP, MR, SOP, A, VTP lagi, dan alhamdulillah setelah VTP terakhir, begitu ditanya "Heart rate-nya, Dok?" "110" saya langsung "Alhamdulillaaaah" dalam hati. Itu tandanya, resusitasi saya berhasil :") Dan alhamdulillah saya tak sampai ke tahap chest compression... Mungkin, sang dokter penguji malas juga kalau harus terlibat dalam chest compression hahaha. Terima kasih banyak, Dok :")

STATION 11
Ballard score: neuromuscular & physical maturity assessment. Di dalam sudah terlihat 2 buah mannequin bayi, satu laki-laki dan satu perempuan. Bodohnya, saya malah bertanya dulu, "Dok, ini udah anamnesis atau belum?" Beliau menjawab, "Ya kamu baca aja soalnya." Saya pun langsung memulai pengukuran, dan secara random memilih bayi yang perempuan, alhamdulillah benar... Di sini, kami sudah diberi tabel yang diberi ceklis pada nilai tertentu yang harus kita jelaskan dan peragakan. Saya pun banyak tersendat dalam menjelaskan, karena saya tidak terlalu hafal dan masih lebih banyak membaca tabel. Begitu selesai, sang dokter penguji bertanya, "Kamu kalau nggak ada ini (tabel), hafal nggak?" Dengan jujur dan polos saya jawab, "Nggak, Dok..." "Jadi dari tadi kamu baca?" "Iya, Dok..." Yaa mau bagaimana lagi. Kalau saya bohong dan bilang kalau saya hafal, yang ada saya justru ditanya-tanya. Pokoknya saya sudah benar-benar pasrah di station ini, dan masih optimis bisa lulus.

STATION 1
Karena letaknya di seberang station 10, saya langsung berlari. Alhamdulillah, 3 station terakhir saya bagaikan surga :") Ini adalah station universal precaution, semacam station "bonus" :D Dihuni oleh dr. Intan, saya menjelaskan mulai dari alat yang harus disiapkan, memakai masker, cara mencuci tangan dengan 6 step handwashing, dan cara memakai handglove dengan metode skin-to-skin/hand-to-hand lalu glove-to-glove. Saya agak sedikit bingung saat menaruh handuk steril gara-gara teringat cerita Najmia kemarin hahaha. Alhamdulillah beliau bilang, "Taruh situ aja." Dan saya agak sedikit salah saat ibu jari saya yang sudah memakai handglove tak sengaja menyentuh bagian dalam handglove saat mau memakainya di tangan kiri. Tapi, alhamdulillah setelah itu semuanya lancar, dan masih menyisakan cukup banyak waktu. Saya pun duduk dan mengistirahatkan pinggul yang sudah pegal. Dokter Intan sempat mengajak saya ngobrol sedikit, menanyakan asal sekolah dan kost-kost-an saya. Lalu, ke-awkward-an terjadi dan tak lama kemudian, bel berbunyi lagi.

STATION 2
Station "bonus" lainnya: prescription yang dihuni oleh malaikat tak bersayap: dr, Trully! Saat masuk, saya isi absen dan langsung menuliskan resep. Belum sampai 3 menit, sudah selesai karena memang tak banyak yang harus ditulis. Dokter Trully langsung memeriksa resep saya, membenarkan, dan langsung memberi nilai 100 :") Saya juga tak sengaja melihat daftar nilai beliau, dan memang banyak yang mendapat 100. Lalu beliau seperti merekap nilai, memainkan laptop, dan lagi-lagi terjadi ke-awkward-an :( Saya mencoba memecah keheningan dengan menanyakan masalah open house OSCE seperti tahun lalu. Setelah itu awkward lagi. Barulah setelah itu beliau mengajak ngobrol saya, menanyakan asal dan SOOCA. Baru sebentar kami berbincang, bel kembali berbunyi. 1 station lagiiii :"D

STATION 3
Station terakhiiiir! History taking obstetric dengan dr. Suherman :") Begitu saya isi absen, beliau malah berkata, "Adinda Syarifah Noor. Kamu orang mana? Johor ya?" "Hehe bukan, Dok. Saya dari Jakarta." Agak awkward ya ini.. Waktu OSCE history taking OSCE FBS kemarin, saya justru disangka orang Kalimantan oleh dr. Ismed. Sekarang malah dikira orang Malaysia hahaha. Saya pun meminta ijin untuk memulai anamnesis.

Jadi, ada seorang ibu-ibu yang datang untuk mengecek kandungan. Setelah dihitung, usia kehamilannya 39-40 minggu, dengan estimasi melahirkan pada tanggal 16 Juli 2015. Karena ada beberapa yang akan ditanyakan di akhir dan sang ibu sudah bilang ingin mengecek kandungan, maka ada beberapa pertanyaan yang saya skip atau hanya saya tanyakan sekali. Setelah saya rasa cukup, dr. Suherman justru menanyakan beberapa hal. (dr. S = dr. Suherman, ASN = saya, IH = ibu yang ceritanya hamil)

dr. S : Ayoo, apa yang kurang? Kamu belum tanya anaknya hidup atau nggak.
ASN : Oh iya, Dok. Ibu, anaknya umur berapa, Bu?
IH : 3 tahun, Dok.
ASN : Udah, Dok. Berarti anaknya masih hidup kan?
dr. S : Bukan anaknya yang itu, tapi yang di kandungan. Kalo tanda-tanda bayi masih hidup apa?
ASN : Oh iya. Ibu, apakah ibu merasakan bayinya bergerak?
IH : Bergerak, Dok.
dr. S : Terus itu kan udah 39 minggu. Udah mau lahir kan? Tanda-tandanya apa kalau bayi mau lahir?
ASN : Apakah ibu merasakan kontraksi, Bu?
IH : Iya, Dok.
dr. S : Terus apa lagi?
ASN : Apakah ada pembengkakan di kaki ibu? Apakah frekuensi buang air kecilnya lebih sering, Bu? Apakah kalau ibu makan, jadi lebih cepat kenyang?
dr. S : Ayooo apa lagi yang kurang? *tiba-tiba tangannya memeragakan orang yang sedang merokok*
ASN : Apakah ibu merokok?
dr. S : *tangannya meraih gelas aqua dan beliau seolah-olah sedang minum*
ASN : Apakah ibu meminum minuman beralkohol?

Hahaha, sumpah. Dokter Suherman memeragakan orang merokok dan minum dengan gaya yang sangat lucu di sini... Saya jadi merasa teramat sangat berdosa karena selalu tidur saat lecture beliau. Padahal, beliau teramat sangat membantu saya melengkapi ceklis dalam station terakhir OSCE kali ini. Setelah itu, saya sempat berbincang sesaat dengan beliau, lalu bel terakhir berbunyi. Akhirnya..... Saya pun keluar ruangan dan mendadak mual. Saya mau muntah, literally. Tenggorokan juga kering. Pinggang juga pegalnya bukan main. Lambung yang kosong ini juga sudah meminta diisi. Tapi satu yang pasti, saya legaaaa sekali rasanya karena ujian "berbicara dan melakukan" selama 2 jam nonstop ini telah berakhir :")

Jum'at, 5 Juni 2015. Sesuai prediksi saya kemarin, ternyata saya remed di station partograf dan leopold. Untuk station partograf, bisa dibilang saya baru menulis 10%-20% dari total data yang harus ditulis. Sedangkan, untuk leopold, ternyata presentasi sang bayi kemarin adalah breech presentation/sungsang, yang ternyata di soalnya juga sudah tertulis 'malposition', hanya saja saya yang tidak memperhatikan. Tapi, semalam saya terlalu lelah, kepala saya terlalu pening, dan masih ada urusan X-FACTOR sehingga saya tidak belajar sama sekali. Bahkan di pagi hari ini pun saya hanya membaca draf leopold sebentar, lalu berangkat ke kampus.

Sampai di kampus, suasana terlihat seperti para dokter (atau calon dokter) yang ingin melakukan aksi, demo, atau pun unjuk rasa terhadap pemerintah. Rasanya saya langsung ingin menyanyikan lagu Totalitas Perjuangan...... Hahaha. Bukan. Mereka hanyalah sekumpulan calon dokter berjas lab putih yang menunggu perintah untuk naik ke C6.3. Dan saat kami mulai naik ke atas, saya baru mengulang lagi hafalan leopold saya.

Di Padang Mahsyar C6.3, kami duduk di kursi yang disediakan dan disusun dengan rapi--mengingatkan saya pada ujian seleksi masuk UIN... Tak lama, sang bapak pemanggil nama masuk dan membagikan kertas remedial, sesuai dengan jumlah station yang harus diulang. Begitu saya mendapat kertas saya, benar kalau saya mendapat remedial "partograf" dan "gestational age". Lalu, Zahra mengajak ngobrol saya dengan pertanyaan standar remedial OSCE, "Lo remed apaan?" Setelah saya jawab, saya membaca kertas saya. "Loh, ini 'PE Obstetric' apaan dah?" "Itu yang leopold, Din." "LOH, YANG 'GESTATIONAL AGE' APAAN DONG?" "Itu sih yang Ballard Score." Damn....... Ternyata saya salah sangka. Observer bias. Misclassification bias. Kemarin, saya cuma mencari nama saya, melihat berapa station yang harus saya ulang, dan melihat station apa saja itu, tanpa memperhatikan station lainnya. Saya pikir, 'gestational age' merupakan station leopold, karena sebelumnya ada pengukuran usia kehamilan dengan mengukur tinggi fundus uterus. Ternyata, saya salah..... Hahaha :")

Saya langsung kembali ke tempat duduk dan membaca lagi foto modul ballard score yang ada di handphone saya. Lalu kloter pertama dipanggil. Nama saya tidak ada. Kloter kedua dipanggil. Nama saya ada. Saya maju ke depan, duduk sebentar, dan digiring ke C3.1. Seperti remedial sebelumnya, di halaman belakang C3 dibuatlah antrian remedial berdasarkan station. Karena antrian station partograf cukup penuh, saya berdiri di antrian station gestational age, di belakang Natsir.  Di situ saya baru bertanya apa saja yang harus dijelaskan sambil menghafal ulang.

"Gestational age dua orang," kata sang bapak pemanggil nama. Saya dan Natsir masuk. Hanya ada 1 station, dan saya menyuruh Natsir masuk duluan ke dalam ruangan berisi dr. Nia dan dua mannequin bayi. Dari luar, saya mendengar banyak kata-kata yang keluar dari mulut dr. Nia. Tidak jelas apakah beliau sedang marah, menasehati, atau apa pun itu. Tak lama, Natsir keluar. "Gimana?" tanya saya. "Gue salah jelasinnya. Gue disuruh belajar lagi." Mendengar hal itu, saya jadi merasa sedikit takut mengingat persiapan saya yang sangat minimal ini...

Saya beranikan diri untuk masuk, mengucapkan selamat pagi, dan mengisi absen. Dokter Nia masih membahas Natsir barusan. Kemudian saya mulai menjelaskan. "Saya nggak peduli skornya berapa dan kenapa, yang penting kamu bisa jelaskan itu apa dan kamu peragakan," kata beliau. Akhirnya saya jelaskan setiap langkah, saya jelaskan 'jika semakin matur, maka akan semakin ...." sekaligus saya peragakan pada mannequin bayi. Alhamdulillah, saya pun bisa menyelesaikannya...

dr. N : Coba sini mana kertas kamu. Ini tuh sebenernya gampang, kamu tinggal baca modul dan hafalkan saja. Kamu kenapa bisa remed kemarin? Ini kamu resusitasi aja nggak remed.
ASN : Mungkin kemarin saya menjelaskannya kurang lengkap, Dok.
dr. N : Kamu tadi juga belum lengkap sebenernya. Tapi karena kamu bisa peragakan, ya boleh lah. *tanda tangan*
ASN : Makasih banyak, Dok. *menyalami beliau*

Saya pun keluar, mengantri remedial partograf dalam antrian yang begitu panjang... Tapi antrian panjang ini membuat saya bisa belajar lagi sih. Dan setelah cukup lama, saya pun bisa masuk dan menunggu lagi di dalam. Singkat cerita, saya masuk ke dalam station ke-2, dengan dokter yang saya tidak tahu namanya. Tiba-tiba beliau bilang, "Ayo cepat, nanti keburu habis waktunya." Saya langsung duduk, mengisi absen, dan mengisi partograf. Halaman depan hampir semua terisi, kecuali di bagian pembukaan cervix dan station turunnya kepala, saya merasa punya saya agak aneh, dan belum sempat saya tuliskan saat kelahirannya. Halaman belakang masih benar-benar kosong, sampai akhirnya sang dosen penguji mengagetkan saya dengan "Yak waktu kamu habis." Tapi, Dok..... Saya belum selesai..... :"( Well, saya benar-benar pasrah untuk station partograf, semoga saja saya diluluskan dalam remedial kali ini supaya tidak perlu mengulang semua station lagi di tahun depan :")

Epilog:
OSCE kali ini benar-benar luar biasa tak terduga. Sepertinya Allah sudah mendesain rundown-nya sesempurna itu. Begitu juga dengan SOOCA. Saya yang pada UAS kali ini, se-tidak-siap itu dan se-deadliner itu dalam persiapan SOOCA dan OSCE, ternyata diberi kemudahan yang luar biasa dari Allah SWT. Saya diberi kloter hampir terakhir di SOOCA, dan kloter terakhir di OSCE. Itu yang membuat saya jauh lebih siap menghadapinya karena masih diberi kesempatan belajar sekitar 2-5 jam lebih lama dari teman-teman yang lain. Saya merasa sangat bersyukur, tapi juga merasa sangat malu. Kenapa saya tak bisa sesiap teman-teman saya yang lain?

Selain itu, hal tak terduga lain adalah ketika station-station yang tingkat mortalitasnya tinggi, justru dapat saya lalui dengan baik dan alhamdulillah mendapat kelulusan. Semua ini murni karena keberuntungan yang datangnya dari Allah SWT dan juga kebaikan para dosen penguji saya, contohnya pada station neonatal rescucitation dan normal labor stage 2.

OSCE kali ini benar-benar lucu. Saya yang mengetahui kalau saya remedial pada station leopold, rasanya ingin menceritakan ke semua orang mengenai kisah leopold saya yang legendaris: sudah benar menjawab breech presentation, masih ragu dan rancu gara-gara menemukan ekstrimitas di bawah, mengulang 'mengubek-ubek' perut ibu hamil berkali-kali, sampai pada last minute saya katakan bayinya vertex presentation. Saya pikir, kesalahan penyebutan presentasi membuat saya masuk ke daftar remedial. Ternyata, saya justru tidak remedial... Dan bodohnya, saya seharusnya mengonfirmasi dari awal mengenai station-station remedial saya-___-

Pelajaran yang dapat saya ambil dari OSCE ini adalah bahwa usaha berbanding lurus dengan hasil. Saya baru belajar ballard score pada pagi hari di hari-H OSCE, dan saya rasa saya memang pantas mendapatkan remedial. Sedangkan, partograf baru saya pelajari di ruang isolasi C6.3 dan C3.3.2. Tidak heran kalau saya kebingungan mengerjakannya dan terpaksa meninggalkan ruangan dengan kertas yang mungkin hanya terisi 10%-20%.

Pelajaran lain adalah: baca soal dengan teliti. Baca kalau ada kata 'malposition', baca kalau ternyata di soal sudah ditulis jenis kelamin bayinya, baca dan pahami makna 'veneorological', baca kalau ada kata 'observe' sebelum kata 'parturition'.

Overall, alhamdulillah, OSCE yang paling hectic menurut kakak-kakak tingkat ini terlewati sudah :D 11 station tanpa istirahat yang dibabat habis dalam 110 menit nonstop! Sekarang waktunya menunggu hasil, belajar dari kesalahan dan mempersiapkan diri untuk sistem-sistem berikutnya. Selamat berlibur dan sampai bertemu lagi di EMS-NBSS!

Comments

Popular Posts