Bahagia (dan SOOCA)
“Kesalahan mendasar yang dibuat orang adalah dengan berpikir bahwa kebahagiaan itu merupakan sebuah tujuan!”- Kata seorang Biksu tua dalam novel terjemahan Hector and the Search for Happiness.
Saya jadi teringat akan quote yang saya buat sendiri di H-4 SOOCA EMS-NBSS, di saat saya merasa bahagia di hari-hari menjelang SOOCA.
“Happiness isn’t the thing that we get. Happiness is the way we do.”
Bagi saya, bahagia bukanlah kata benda. Bukan pula kata sifat. Bahagia adalah kata kerja.
Bagi saya, bahagia bukanlah sesuatu yang kita dapatkan. Melainkan, bahagia adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang lain. Yang jelas, tujuan tersebut hanyalah “bonus”.
Saya ambil suatu contoh: SOOCA. Dalam SOOCA, belajar adalah proses, sedangkan nilai SOOCA adalah hasil. Kalau kebahagiaan ditentukan oleh nilai A pada SOOCA, mungkin sejauh ini, saya hanya pernah bahagia selama satu dari lima kali SOOCA yang pernah dilalui. Tapi, tidak seperti itu. Karena nyatanya, saya selalu bahagia setiap kali belajar SOOCA. Hanya saat menjelang SOOCA-lah saya bisa benar-benar fokus belajar dan tidak memikirkan urusan organisasi maupun kepanitiaan. Banyak juga materi-materi yang akhirnya baru saya kuasai di saat belajar intensif untuk SOOCA. Saya selalu bahagia di saat belajar SOOCA, hingga akhirnya, nilai SOOCA tidak pernah cukup kuat untuk mengurangi kebahagiaan saya setelahnya.
Jadi, kalau kebahagiaan itu adalah sebuah tujuan, mau sampai kapan kita tidak bahagia? Sampai tujuan itu tercapai? Bagaimana kalau tidak pernah tercapai? Bagaimana kalau setelah tercapai, tujuan itu hilang atau diambil kembali oleh-Nya?
Maka, berbahagialah. Karena bahagia datangnya dari hati. Walaupun hati ini bukan milik kita semata, namun milik-Nya Yang Membolak-balikkan Hati. Kalau ingin bahagia, maka mintalah kepada-Nya. Mintalah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sekarang, coba tanyakan pada diri sendiri,
Sudah bahagia hari ini?
Comments
Post a Comment