Profesor, Oh, Profesor

Rabu, 25 Maret 2015. Pagi ini setelah sholat subuh, mata saya tidak diijinkan untuk terlelap lagi. Saya belum membuat tugas lab act.... Dan pada jam 7:55, di saat saya mulai lelah menggambar anatomi, handphone saya berdering. Saya pikir, "Ah, paling mama." Begitu saya ambil handphone dan melihat layarnya, saya mendadak palpitasi. Tertulis di situ, "Prof. Herman Susanto".

{FYI, jadi saya mendapat tugas Project Hunting (salah satu proker SCORE CIMSA) untuk menghubung kepala pusat studi onkologi, which is Prof. Herman. Dan sms saya yang terakhir kemarin belum juga beliau balas.)

Saya langsung shock, panik, bingung, karena ini pertama kalinya saya berbicara dengan seorang profesor, apalagi beliau yang justru menelepon saya. Beliau yang menelepon saya. Ah, baik sekali :") Tapi, tidak mungkin saya biarkan beliau lama menunggu. Jadi, saya angkat juga. inti dari pembicaraan kami adalah:
  1. Beliau masih menunggu kabar penelitian dari Jepang
  2. Beliau berbicara sesuatu dan saya yang masih muda ini justru pendengarannya kurang. Karena kurang menangkap maksud beliau, saya tanyakan lagi, "Maaf, Prof?"
  3. Beliau berbicara tentang penelitian dr. Edhyana yang saya "tawarkan" kemarin, dan dijawab, "Hmm, boleh aja." Alhamdulillah :")
  4. Beliau hari ini ada di Jatinangor jam 10 di selasar (AG) untuk expo dari pusat studi onkologi dan genetika
Pembicaraan kami pun usai, dan jantung saya masih berdegup cukup kuat. Saya terdiam sejenak. Saya merasa kecil. Saya merasa sangat kecil. Saya masih tahun 1, masih butuh sangat banyak belajar, masih banyak tidak tahunya, masih belum pantas menjadi dokter yang baik. Sedangkan beliau sudah menjadi dokter, spesialis obgyn, konsulen pula, dan ditambah gelar profesor. Saya merasa teramat sangat terhormat, bisa berbicara dan ditelepon orang sehebat beliau :")

Kemudian, saya melanjutkan tugas saya, dan bersiap-siap ke kampus. Karena saya butuh bertemu dengan Kang Charles (sebelumnya saya meminta Kang Charles mem-back-up saya saat berbicara dengan Prof. Herman, berhubung ia jauh lebih expert dan sudah mengenal beliau). Saya pun naik ojeg dan turun di C5. Begitu mau memasuki pintu C5, tiba-tiba ada seorang laki-laki berlari ke luar. Alhamdulillah, kebetulan sekali itu Kang Charles :") Akhirnya saya ceritakan mengenai telepon tadi dan ia langsung ke AG, bertanya-tanya ke dokter yang ada di situ. Saya pun naik ke C5.3.

Okay, intnya saya ke C5.3, mendapat instruksi untuk melihat pameran poster di selasar/AG, dan menunggu hingga jam 10. Saat jam 10, saya belum merasakan kehadiran sang profesor. Bahkan sudah hampir pukul setengah 11. Saya lantas mengirim sms kepada beliau, dan menanyakan keberadaan beliau. Belum juga dibalas.

Entah ada angin apa yang membawa saya masuk ke C5. Sepertinya saya berniat ke toilet dan duduk sebentar karena dari tadi saya kerjanya hanya berdiri dan berjalan mondar-mandir sekitar AG. Saat nasuk ke C5 melalui pintu belakang, begitu menoleh ke kiri, ada seorang laki-laki yang memegang jas dokter di satu tangan dan satu tangannya lagi memegangi handphone. Seperti sedang membaca pesan yang baru saja masuk. Yap, dan beliau adalah Prof. Herman! Karena merasa belum siap kalau harus menghadap beliau sendirian, saya langsung mundur dan berbalik arah. Saya kabur.... Kebetulan ada Kang Ocan di AG, saya langsung meminta nomor handphone Kang Charles dan langsung menelponnya. Baru saja menempelkan handphone di telinga, ketika menoleh ke arah kiri, Prof. Herman sedang berjalan ke arah saya!!! Aaaah saya benar-benar panik! Beliau pasti sedang mencari saya... Saya dengan konyolnya kabur lagi ke tangga dekat mading AMP. "Kang, Prof. Herman-nya udah di sini. Beliau ada di AG," kata saya kepada Kang Charles via telepon. Saya mengintip dari balik pilar di depan mading AMP, memastikan keberadaan beliau. Sudah tak terlihat lagi. Tapi terlihat sepasang kaki di bawah papan mading. Karena celananya rapi sekali, saya asumsikan itu adalah beliau (?) Sepertinya beliau sedang membaca-baca poster. Dalam hati saya, "Aduh, jangan jalan dulu, Prof.." Dan alhamdulillah ada seorang dokter yang mengajak beliau bicara.

Tiba-tiba dari kejauhan terlihat seorang laki-laki yang berlari-lari dengan membawa map biru. Itu pasti Kang Charles. Barulah saya memberanikan diri turun mendekati beliau. Tapi untuk menghormati pembicaraan Prof. Herman dan dokter itu, saya dan Kang Charles masih menunggu di belakang beliau. Setelah pembicaraan mereka berakhir dan beliau berjalan ke arah mading AMP, barulah saya hampiri dan sapa, "Assalamu'alaikum, Prof. Saya Adinda, Prof." Pembicaraan itu pun berlanjut, dan alhamdulillah Kang Charles benar-benar mem-back-up saya karena ada beberapa hal yang saya tidak tahu sama sekali :") Beliau pun akhirnya memanggil dokter Gita untuk menanyakan sebuah penelitian. Dan akhirnyaa research project form-nya beliau bawa, dan kami akan menunggu kabar selanjutnya di hari Selasa depaaan :D

Setelah itu, Prof. Herman mau ke gedung C5 untuk kurikulum integratif pusat studi onkologi mengenai gen something untuk kanker serviks. Beliau bertanya gedung C5 di mana, dan dokter Gita justri menunjukkan gedung C3. Saya pun mengoreksi, (D: Dinda, P: Prof. Herman, G; dr. Gita)
D : Maaf, Prof. Gedung C5 di sebelah sana. Kalau yang ini, gedung C3.
P : Loh, kalau gedung A mana?
G : Dulu A, Prof. Sekarang diubah jadi C
P : Wah, kenapa diubah ya namanya?
G : Mungkin mengikuti peraturan universitas, Prof
P : Kenapa berubah namanya? (Nanya ke arah saya)
D : Wah, kurang tau saya, Prof.
P : Loh, bukannya kamu yang ubah namanya? (Ngomong ke saya) (Lucu ih :"))
D : Wah, bukan, Prof. Saya aja baru masuk hehehe

Kemudian beliau pun pergi, saya dan Kang Charles bahagia seekaligus legaaa :") Selanjutnya, kemi mengikuti kurikulum integratif di C5.3. Tamat~

Jadi, inti dari tulisan ini apa? Jawabannya, nggak ada. Hahaha. Nggak deng. Entah kenapa kejadian hari ini terasa luar biasa. For the first time in forever, saya berbicara langsung dan via telepon dengan seorang profesor. Baru kali ini, saat saya berbicara dengan seseorang, saya sangat segan dan sangat menjaga tutur bahasa saya. Dan begitu melihat beliau, saya merasa kecil sekali. Bagaikan bumi di dalam galaksi... Atau mungkin di dalam alam semesta ini. Ah, terkesan berlebihan memang. Tapi, ya da aku mah apa atuh ya. Masih mahasiswa kedokteran, masih tahun 1. Belum banyak tahu apa-apa. Pengalaman masih sangat minim. Sedangkan beliau, pasti sudah banyak research yang dilakukan dan sudah banyak makan asam garam kehidupan. Rasanya terhormat sekali bisa menjalin kerja sama research program bersama beliau :") Tapi, ini yang membuat saya termotivasi. Saya ingin menjadi seperti beliau. Mungkin tidak akan sama persis seperti beliau, tapi mungkin di bidang saya sendiri. And I can't wait to be that kind of person I expected. Dan yang terpenting, semoga sehat selalu, Prof. Semoga selalu sukses dalam proyek-proyeknya dan semoga bisa sukses proyeknya untuk research exchange ya, Prof hehehe. Tamat beneran~

Comments

Popular Posts